.... berani menjalani kehidupan, adalah sebuah konsekuensi untuk ikut membangun sebuah peradaban yang lebih bertanggung jawab ...
Showing posts with label ded. Show all posts
Showing posts with label ded. Show all posts
15 May 2013
PERENCANAAN TEKNIS (DED) PEMBANGUNAN PENGELOLAAN SAMPAH ORGANIK BERBAHAN BAKU KOMPOS SAMPAH PERKOTAAN DI KOTA MAGELANG
Latar Belakang :
1. Timbulan Sampah Yang Semakin Meningkat
2. Umur TPA Yang Telah Habis Umurnya
3. Sulitnya Lahan TPA Baru
Tujuan :
1. Memperpanjang Umur TPA
2. Menambah Nilai Sampah di TPA
Alur Produksi Kompos Organik Granul :
1. Pengayakan Sampah
2. Pengangkutan
3. Granulisasi
4. Pengeringan
5. Pengayakan Granul
Spesifikasi dan Dimensi Alat :
CONVEYOR
Panjang : 5.000 mm
Lebar : 600 mm
Motor Penggerak Kapasitas 5,5 HP, 3 Phase, 380 Volt, 50 Hz, 1.450 rpm.
Pengangkutan :
Kompos --- Proses Granulisasi
Pan Granulator :
Diameter : 2.000 mm
Tebal : 300 mm
Motor Penggerak 7,5 HP, 3 Phase, 380 Volt, 50 Hz, 1.450 rpm.
Tangki Mikroba dan Mixer :
Tangki fiber 2.000 ltr, 2 buah.
Pipa pvc dan sambungan L, U dan Lurus type AW ¾”.
Pompa air ukuran 1’.
Mixer dengan batang pengaduk menggunakan pipa Ø 1”.
Panjang batang pengaduk 2.000 mm.
Motor penggerak type ½ HP, 3 Phase, 380 Volt, 50 Hz, 1.450 rpm
Rotary Dryer :
P (Panjang) : 8.000 mm.
D (Diameter) : 950 mm.
Motor penggerak 5,5 HP, 3 Phase, 380 Volt, 50 Hz, 1.450 rpm.
Kompor Elpiji :
P 400mm.
L 247 mm.
Tabung Elpiji 12 Kg
Regulator.
Slang elpiji 3/8”.
Penggerak motor 220 volt 1 phase.
Menggunakan control suhu otomatis.
Ayakan (Grader) :
Panjang : 4.000 mm.
Lebar : 1.000 mm.
Tinggi : 800 mm.
Motor Penggerak 5,5 HP, 380 Volt, 3 Phase, 50 Hz, 1.450 rpm.
Suction Blower :
D (Diameter) Rumah Keong 440 mm.
T (Tebal) Rumah Keong 200 mm.
D (Diameter) Baling – baling dalam 200 mm
Motor Penggerak 10 HP, 3 Phase, 380 Volt, 50 Hz, 2.900 rpm.
Operasional :
Hasil produksi granul yang telah berjalan di Lampung, biaya operasional yang terpakai adalah sekitar Rp. 260.000.000,- per bulan
Operasional Meliputi :
Biaya listrik dengan daya 33,997 KWh
LPG 12 Kg
Mikroba
Upah pekerja
Bahan baku kompos
Produksi granul 15 ton /shift
Maka harga jual pupuk kompos granul adalah Rp. 1.000,- /Kg
Pendapatan bruto
= 15.000 kg x 30 hari x Rp.1.000,-
= Rp.450.000.000,-
Sebagai Perbandingan harga pasaran merk Radoc Rp. 1.750,- (Produksi Lampung)
Sedangkan harga jual kompos granul PT Narpati Semarang ke Petrokimia Rp. 1.300,-
Produksi granul 15 ton /shift
Maka harga jual pupuk kompos granul adalah Rp. 1.000,- /Kg
Pendapatan bruto
= 15.000 kg x 30 hari x Rp.1.000,-
= Rp.450.000.000,-
Sebagai Perbandingan harga pasaran merk Radoc Rp. 1.750,- (Produksi Lampung)
Sedangkan harga jual kompos granul PT Narpati Semarang ke Petrokimia Rp. 1.300,-
Keuntungan saat ini :
- Menambah nilai sampah di TPA menjadi kompos bernilai jual yang menguntungkan
- Pengerukan kembali lahan yang sudah matang (Zona Pasif) bisa dimanfaatkan kembali untuk Zona Aktif kembali sehingga akan memperpanjang umur TPA .
Labels:
akmil,
anorganik,
ded,
dinas cipta karya,
dkpt,
dkpt kota magelang,
dkptk,
gethuk,
kota magelang,
magelang,
mahmudatun,
organik,
perencanaan,
sampah,
teknis,
tidar,
widoyoko
09 January 2008
Tentang Sejarah Magelang - Kantor Pemerintah Kota Magelang Tahun 1985
https://www.facebook.com/bagus.priyana?__tn__=%2CdC-R-R&eid=ARD6003zl_D6rIjVvrcdUxUVC5B22pHdXMWrFG000tBchk8m7u3SWH1GMrqR3IGZqu488f5TPWbq-YOd&hc_ref=ARQOZ1QqsMYNOEWSGfcKfJi3iGAfuIqUQXgzUUsSeIXgZtGtFseVNs57v4dJFzZ9FsE&fref=nf
29 March 2007
Tentang Sejarah Magelang -
AGELANG TEMPO DOELOE:
DI MANAKAH MUSIK KERONCONG TAMPIL?
DI MANAKAH MUSIK KERONCONG TAMPIL?
oleh : Bagus Priyana
Sumber
https://www.facebook.com/bagus.priyana?__tn__=%2CdC-R-R&eid=ARD6003zl_D6rIjVvrcdUxUVC5B22pHdXMWrFG000tBchk8m7u3SWH1GMrqR3IGZqu488f5TPWbq-YOd&hc_ref=ARQOZ1QqsMYNOEWSGfcKfJi3iGAfuIqUQXgzUUsSeIXgZtGtFseVNs57v4dJFzZ9FsE&fref=nf
Keroncong adalah wujud akulturasi kebudayaan orang Portugis dan anak negeri pada abad ke-17. Keroncong semula hanya berkembang di wilayah Tugu, Batavia. Melalui jasa seniman sandiwara keliling, keroncong menyebar ke pelbagai penjuru Hindia Belanda dan Malaya pada akhir abad ke-19.
Keroncong kian menancap di sanubari rakyat dengan semaraknya 'konkoers' atau konkurs (kontes) keroncong. Konkurs hadir di taman-taman kota Batavia pada 1910-an.
“Di park-park seperti Deca Park, Lunapark, dan sebagainya senantiasa ada pertandingan keroncong,” tulis W. Lumban Tobing, penulis musik produktif pada 1950-an, dalam “Musik Krontjong,” Aneka, 20 Oktober 1954.
“Di park-park seperti Deca Park, Lunapark, dan sebagainya senantiasa ada pertandingan keroncong,” tulis W. Lumban Tobing, penulis musik produktif pada 1950-an, dalam “Musik Krontjong,” Aneka, 20 Oktober 1954.
Kerontjong Konkoers atau konkurs keroncong semula bertujuan memanjakan telinga penyuka alunan alat musik petik. Siapa sangka konkurs justru menumbuhkan minat masyarakat pada keroncong?
“Konkurs ini mempopulerkan keroncong dan mengarahkannya ke dunia bisnis,” tulis Peter Keppy dalam “Keroncong, Concours, and Crooners” termuat di Linking Destinies: Trade, Towns, and Kin in Asian History editan Peter Boomgaard, Dick Kooiman, dan Henk Schulte Nordholt.
“Konkurs ini mempopulerkan keroncong dan mengarahkannya ke dunia bisnis,” tulis Peter Keppy dalam “Keroncong, Concours, and Crooners” termuat di Linking Destinies: Trade, Towns, and Kin in Asian History editan Peter Boomgaard, Dick Kooiman, dan Henk Schulte Nordholt.
Masyarakat dari beragam kelas sosial tumplek blek menyaksidengarkan konkurs keroncong. “Pertandingan-pertandingan tadi tetap dikunjungi beribu-ribu penonton Indonesia asli,” tulis Lumban Tobing. Masyarakat meninggalkan kepercayaan bahwa keroncong musik kelas melarat dan menjauhkan diri dari pikiran bahwa keroncong cuma pantas terdengar dari gang-gang sempit.
A. Th. Manusama, penulis buku Krontjong Als Muziek instrument, Als Melodie en als Gezang (Keroncong Sebagai Instrumen musik, Melodi, dan Lagu, terbit pada 1919), menyebut konkurs keroncong sebagai pijakan kebangkitan keroncong. Dari jumlah penonton, konkurs keroncong berhasil mengungguli konkurs musik Hawaiian pada periode bersamaan. Demam Jazz pada 1920-an pun tak menyurutkan perhatian masyarakat pada konkurs keroncong.
Konkurs keroncong memiliki sejumlah keunikan ketimbang konkurs Hawaiian dan Jazz. “Lagu dihadirkan dalam bentuk pantun tradisi Melayu, penuh makna tersirat, dan seringkali menyerempet hal-hal seksual,” tulis Peter Keppy.
Laki-laki dan perempuan boleh ikut konkurs keroncong. Mereka kadangkala bertanding antar sesama jenis, kala lain malah bercampur. Tak ada pemisahan pasti. Mereka bisa memenangkan konkurs jika berhasil menciptakan pantun kreatif. Para pemenang bakal menyandang gelar jago atau kampioen. Selanjutnya ketenaran, uang, dan tawaran bergabung ke orkes keroncong akan menghampiri para pemenang.
Jika di Magelang, di manakah musik keroncong tampil?
Dari iklan sebuah koran tahun 1946, pada 18-19 Mei 1946 pukul 19.30 wib diadakanlah sebuah pentas keroncong di gedung Panti Perri Magelang dengan menampilkan para penyanyi juara keroncong. Tak main-main, juara keroncong Indonesia saat itu Soekamto menjadi bintangnya. Tak cukup hanya itu, para penyanyi keroncong lain seperti Asmara, Kamsirah dan Soeginah serta Kamsidi yang merupakan bintang radio di Surakarta dan Jogja ikut tampil.
Di manakah Panti Perri?
Panti Perri artinya PEmuda Republik Indonesia, yang gedungnya merupakan eks bioskop Alhambra di Jordaanlaan. Kini gedung ini sudah hilang dan berganti dengan bangunan baru, letak persisnya di utara Bank BNI, masuk wilayah Kampung Botton Balong Kel. Magelang. Sehingga ruas jalan ini populer dengan sebutan Panti Perri.
Panti Perri artinya PEmuda Republik Indonesia, yang gedungnya merupakan eks bioskop Alhambra di Jordaanlaan. Kini gedung ini sudah hilang dan berganti dengan bangunan baru, letak persisnya di utara Bank BNI, masuk wilayah Kampung Botton Balong Kel. Magelang. Sehingga ruas jalan ini populer dengan sebutan Panti Perri.
Untuk makin menambah daya tarik penonton, tarian dan nyanyian dari luar Jawa, Dagelan Mataram dan demonstrasi main pedang oleh Batalyon V.
Karena menggunakan bekas bioskop di mana posisi tempat duduk berjenjang maka dikenakan tiket bervariasi, yakni harga tiket untuk menonton:
- kelas 1 : f 15
- kelas 2 : f 10
- kelas 3 : f 5
Karena menggunakan bekas bioskop di mana posisi tempat duduk berjenjang maka dikenakan tiket bervariasi, yakni harga tiket untuk menonton:
- kelas 1 : f 15
- kelas 2 : f 10
- kelas 3 : f 5
Yang makin membuat istimewa acara ini adalah seluruh hasil penjualan tiket akan disumbangkan ke PMI (Palang Merah Indonesia).
SAKSIKANLAH, BERAMAL!!
HEBAT - GEMPAR!!
HEBAT - GEMPAR!!
=====
Sumber:
- majalah Historia
- koran PELITA Mei 1946
Sumber:
- majalah Historia
- koran PELITA Mei 1946
Subscribe to:
Posts (Atom)