06 November 2019

Catatan Agus Mulyadi - Tabebuya

Di pekuburan di kampungku, ada beberapa pohon berbunga sangat cantik. Ungu. Ia laksana bunga tabebuya yang mekar di depan jalanan kantor pemerintahan kota.
Aku tak tahu apa nama pohonnya, tapi yang jelas, aku selalu yakin, keindahan bunga itu adalah sebentuk welas asih dari kuburan untuk mengurangi kesedihan hati orang-orang yang datang mengunjunginya.
Siang ini, keindahan bunga ungu itu menyambut kedatanganku dan rombongan. Dan tanpa menyepelekan niat baik si pohon berbunga indah itu, kesedihanku tak jua berkurang.
Bagiku selalu sama, kematian akan selalu memilukan. Apalagi jika yang berpulang adalah perempuan yang dekat denganku. Perempuan yang harusnya kelak bersolek cantik dan menjadi pager ayu di resepsi pernikahanku. Perempuan yang sakit dan mautnya membuat nenekku menangis tersedu-sedu. Perempuan yang membuat wajah seluruh keluargaku tampak layu.
Kita sejatinya paham betul bahwa kematian pasti datang membidik kita dan orang-orang yang kita sayangi pada waktunya. Kita hanya kaget dan tak menyangka, ia datang secepat itu.
Selamat beristirahat, adiku.

No comments:

Post a Comment