05 August 2019

Tentang Sejarah Magelang - KISAH PERJUANGAN ERA 1945-1949 PERTEMPURAN TIGA HARI MENGHADAPI INGGRIS/NICA

MAGELANG TEMPO DOELOE:
KISAH PERJUANGAN ERA 1945-1949
PERTEMPURAN TIGA HARI MENGHADAPI INGGRIS/NICA #2
2. Awal insiden
Pasukan Inggris tiba di Magelang pada tanggal 26 Oktober 1945. Mereka kemudian menduduki gedung-gedung penting di Magelang utara, seperti kompleks Kader School (kini KODIKLAT Kodam VII Diponegoro). Hotel Nitaka (kini mako 2 Polres Magelang Kota), gedung Susteran dan kompleks perumahan militer di Badaan. Di Badaan inilah tentara Inggris mendirikan markasnya (gedungnya kini menjadi tempat kediaman Gubernur AKMIL).
Kompleks Kader School sejak jaman Jepang telah digunakan untuk menampung orang-orang Sekutu yang ditawan Jepang. Bersama Semarang dan Ambarawa, Magelang adalah pusat penampungan para tawanan Sekutu terbesar di Jawa Tengah. Kedatangan pasukan Inggris di Magelang diterima oleh rakyat dengan rasa curiga dan penuh tanda tanya:
"Benarkah pasukan Inggris datang ke mari hanya untuk mengurus tawanan saja? Tidakkah ada maksud tersembunyi
dibalik tugas resmi sebagai tentara Sekutu?''. Perasaan demikian terutama merata pada para pemudanya yang ketika itu sedang meluap-luap semangat kebangsaannya. Karena itu
mereka kemudian bersiap siaga menghadapi segala kemungkinan.
Insiden pertama pecah, ketika pada tanggal 28 Oktober 1945 satu pasukan Gurkha Inggris melakukan tindakan provokatif, menggeledah rumah-rumah penduduk. Dalam penggeledahan di Desa Ngentak, tentara Gurkha telah menembak dan melukai dua orang pemuda. Akibatnya suasana kota Magelang menjadi panas.
Dalam suasana panas demikian itu di Surabaya pada tanggal 28 Oktober itu telah pecah pertempuran hebat antara pemuda dan tentara Inggris. Suasana menjadi makin tegang ketika tiba berita bahwa pada 30 Oktober 1945 di Semarang pun telah pecah pula pertempuran melawan Inggris. Akibatnya esok harinya tanggal 31 Oktober 1945, pecahnya pertempuran di Magelang tak bisa lagi dihindarkan.
3. Perbandingan kekuatan
Ketika pertempuran itu meletus, Tentara Keamanan Rakyat (TKR) masih dalam proses pembentukan. Meskipun secara formal TKR telah didekritkan pembentukannya oleh
Presiden pada tanggal 5 Oktober 1945, tetapi realisasi pembentukannya masih membutuhkan waktu. Pak Oerip Soemohardjo saja baru pada tanggal 20 Oktober diangkat menjadi Kepala Staf Umum TKR dan dalam kesibukannya menyusun organisasi TKR, baru pada tanggal 5 Nopember 1945 Pak Oerip selesai menyusun dan mengumumkan kepangkatan TKR.
Meskipun demikian, sejak awal kemerdekaan di tanah air telah terbentuk beberapa organisasi pemuda dan badan-badan perjuangan bersenjata yang lahir sebagai spontanitas pemuda untuk membela Republik Indonesia dan kemerdekaan tanah air, seperti Badan Keamanan Rakyat (BKR), Hisbullah, Sabilillah, Tentara Rakyat Mataram (TRM), Angkatan Muda Republik Indonesia (AMRI). Pemuda Republik Indonesia (PRI), Angkatan Pemuda Indonesia (API), Barisan Republik Pemuda Indonesia (Barepi). Untuk memudahkan cara penyebutan bermacam-macam organisasi pemuda tersebut, kita sebut dengan satu nama saja dalam karangan ini, yaitu pasukan Pemuda; suatu nama yang memang lajim disebut untuk masa itu.
BKR dibentuk berdasarkan keputusan rapat Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) tanggal 22 Agustus 1945. BKR bukan tentara, melainkan korps pejuang bersen-
jata, yang tugas formalnya adalah memelihara keamanan bersama rakyat. BKR dapat dianggap sebagai embrio tentara. Para komandan BKR kebanyakan berasal dari eks tentara Peta (Pembela Tanah Air) dari jaman Jepang. Di Magelang para komandan BKR yang terkenal juga berasal dari eks perwira Peta, seperti Sarbini, Soerjosoempeno, Maryadi, Ahmad Yani, Sarwo Edhie dan lain-lain.
Ketika pasukan Inggris tiba di Magelang, tak lama kemudian mengalirlah pasukan pemuda dari berbagai daerah untuk memperkuat pertahanan pasukan pemuda di Magelang. Dari Yogya datang antara lain pasukan BKR pimpinan eks Chudanco (komandan kompi) Peta Suharto, pasukan TRM pimpinan Bung Tardjo dan dari Purwokerto datang pasukan BKR pimpinan eks Daidanco (Komandan Batalyon) Peta Sudirman, sedang dari sekitar Kota Magelang, mengalir pasukan Hisbullah dan Sabilillah pimpinan H. Alwi dan H. Syirod.
Kekuatan pasukan pemuda ketika itu diperkirakan mencapai 10 batalyon lebih bila yang dijadikan ukuran adalah kekuatan manusianya. Tapi jangan ditanya mengenai keluatan senjatanya. Suatu pasukan ketika itu sudah dianggap lumayan persenjataannya, kalau perbandingannya 5:1, maksudnya 5 orang, senjata apinya hanya sepucuk, selebihnya hanya bersenjata tajam saja.
(Bersambung)
 Sumber :
https://www.facebook.com/bagus.priyana/posts/2693364624008558

No comments:

Post a Comment