26 May 2018

MBAH MANGLI MAGELANG






Kiai Haji Hasan Asy’ari alias Mbah Mangli adalah ulama dari Magelang, Jawa Tengah, yang dipercaya punya sejumlah karomah. Pengajian mursyid Tarekat Qadiriyyah wa Naqsyabandiyyah (TQN) ini dihadiri ibuan orang, yang datang dari berbagai kota di Jawa Tengah. Yang unik, setiap mengisi pengajian, kapan pun dan di mana pun, Mbah Mangli, yang lahir di Kediri pada 17 Agustus 1945 ini tidak pernah memakai pelantang atau alat pengeras suara. Meskipun jamaahnya berjubel dan membentuk barisan sampai jauh, mereka masih bisa mendengar suara Mbah Mangli, yang juga dikenal amat kaya raya ini. Konon simpanan emasnya mencapai kiloan gram.

Nama beken Mbah Mangli berasal dari nama tempat kediaman KH Hasan Asy’ari. Yakni Dusun Mangli, Desa Girirejo, Kecamatan Ngablak, Kabupaten Magelang. Dia menetap di dusun ini pada tahun 1956. Setelah mengasuh majelis taklim selama tiga tahun, ia pun mendirikan pondok pesantren salafiyah namun tidak memberikan nama resmi. Lambat laun pondok tersebut dikenal dengan nama Ponpes Mangli dan sosok Hasan Asy’ari dikenal masyarakat dengan nama Mbah Mangli. Mbah Mangli-lah yang berhasil mengislamkan kawasan yang dulu menjadi markas para begal dan perampok tersebut. Pada masa itu daerah tersebut dikuasai oleh kelompok begal kondang bernama Merapi Merbabu Complex (MMC).

Dusun Mangli terletak persis di lereng Gunung Andong, di atas ketinggian 1.200 meter dari permukaan laut. Dari teras masjid, orang bisa melihat hamparan rumah-rumah di Kota Magelang dan Temanggung dengan jelas. Hamparan rumah-rumah itu di malam hari berubah menjadi lautan lampu. Untuk mencapai Dusun Mangli, orang harus menempuh perjalanan sekitar 40 km dari ibu kota Kabupaten Magelang di Kota Mungkid. Bangunan pondok yang berada di tengah-tengah perkampungan berdiri di atas lereng-lereng bukit sehingga dari kejauhan terlihat seperti bangunan bertingkat. Meski terpencil, ribuan masyarakat setiap Minggu mengaji ke pondok tersebut. Mereka tidak hanya berasal dari sekitar Magelang namun juga berbagai daerah lain. Uniknya, santri yang mukim tidak lebih dari 41 orang.
Mbah Mangli punya kebiasaan menolak amplop yang lazim diberikan panitia usai mengisi pengajian. Ia selalu mengatakan: “Jika separoh dari jamaah yang hadir tadi mau dan berkenan menjalankan apa yang saya sampaikan tadi, itu jauh lebih bernilai dari apapun, jadi mohon jangan dinilai dakwah saya ini dengan uang, kalau tuan mau antar saya pulang saya terima, kalau kesulitan ya gak papa saya bisa pulang sendiri”

Selain tidak menggunakan pelantang, menurut sohibul hikayah, Mbah Mangli bisa mengisi pengajian di beberapa tempat sekaligus dalam waktu bersamaan. Ia bisa mengisi pengajian di Mangli, namun pada saat bersamaan juga mengaji di Semarang, Wonosobo, Jakarta dan bahkan Sumatera. Hal ajaib yang tidak masuk logika ini bisa terjadi lntaran Mbah Mangli punya “Ilmu Melipat Bumi”. yakni bisa datang dan pergi ke berbagai tempat yang jauh dalam sekejap mata. Selain itu, ia juga memiliki kemampuan psikokinesis tinggi, seperti mengetahui tamu yang akan datang beserta maksud dan tujuannya. Konon, ada seorang tamu dari Klaten, Jawa Tengah, bermaksud minta jeruk ke Mbah Mangli untuk diambil barokahnya. Eh, belum lagi sang tamu mengutarakan maksud kedatangannya, Mbah Mangli langsung memetikkan jeruk dari pekarangannya.

Menurut KH Hamim Jazuli alias Gus Miek, walau Mbah Mangli memiliki banyak usaha dan termasuk orang yang kaya-raya, namun Mbah Mangli adalah wali Allah yang hatinya selalu menangis kepada Allah, menangis melihat umat dan menangis karena rindu kepada Allah. Tokoh yang ikut mendirikan Pesantren Asrama Pendidikan Islam (API) Magelang ini wafat pada akhir 2007 di Magelang.

Sumber:
1.   Samsul Munir Amin, Karomah Para Kiai
3.   https://www.facebook.com/photo.php?fbid=250907972143617&set=g.107958196540144&type=1&theater&ifg=1
Catatan :
1.  Hidayat Budi Taufik Hidayat, warga Pakis, Magelang, menuturkan kesaksiannya ketika bertemu Mbah Mangli sebagai berikut : “kenapa beliaunya disebut Mbah Mangli karena beliau tinggal di Dusun Mangli, Desa Girirejo, Kecamatan Ngablak, Kabupaten Magelang. Rumah beliau dilereng Gunung Andong. Sepeninggal beliau pondok pesantrenya yang meneruskan putra pertamanya. Dulu waktu saya bertugas di Ngablak selaku anggota Forum Komunikasi Pimpinan Kecamatan Ngablak sering sowan beliau Mbah Mangli.  Beliau Mbah Mangli baik sekali”.
2.  Aziz Achmad, menuturkan kesaksian selama mengaji kepada Mbah Mangli, sebagai berikut : “Sebelum ikut ngaji, jamaah wajib mandi”.
3.  TotoZadoel, seorang onthelis warga Jakarta dan sekarang jadi pengusaha kopi di Ngablak, menuturkan sebagai berikut : “Pada zaman dulu saya sudah sering mendengar dari masyarakat desa kaki Merbabu mengenai kharomah simbah mangli yang nyaris seperti sebuah legenda. Sayang saya pribadi belum sempat melihat beliau sampai wafat nya ,dan juga tempat pesantrannya.”
4.  Hamid Anwar, warga Pabelan, Magelang dan menjadi Pegawai Negeri Sipil di Pemerintah Kabupaten Semarang, mengemukakan hal sebagai berikut :  “Sebagaimana yang ada dihati saya. Sering mendengar kisah beliau Mbah Mangli tapi sampai wafatnya saya juga belum pernah melihat maupun berkunjung. Rasanya agak menyesal”
5.  Wha-Whah dE'Oneto, menuturkan sebagai berikut : “terkenang waktu masih tinggal di Magelang saat mengaji sama Mbah Mangli”.
6.  Rachmad Ganevo, warga Tempuran, Magelang, menutur sebagai berikut :  “Mbah Mangli memang ulama besar merakyat banyak yang mengaji dan banyak yang mencari barokah. Banyak yang ngaji ke pesantran Mbah Mangli, dibela-belain jalan kaki dari Parakan Temanggung dengan jalan kaki. Tapi masya Alloh, orang yang ngaji merasa tidak capek dan lelah dan perjalanan sampai tempat pengajian Mbah Mangli terasa cepat. Orang-oarang tua dulu (orang sepuh).Termasuk Emak saya yang mengalaminya.
7.  Eka Pradhaning, warga Mejing, Candimulyo, Magelang, menuturkan hal-hal sebagai berikut : “Mbah Mangli setiap Kamis Wage selalu mengisi pengajuan di Mejing, saya selalu ngaji dan ketika penutupan selalu bersholawat sambil didoakan oleh Beliau Mbah Mangli dan saya pernah berdiri tepat dibawahnya sambil tengadahkan tangan mengucap aamiin setiap doanya. Saya selalu membayangkan di tengah-tengah Padang Mashar”.
8.  Fajar Agus Muhammad Raihan, menuturkan sebagai berikut :” Yang unik dari beliau Mbah Mangli dan Penerusnya sampai hari ini tidak mau didokumentasikan atau direkam dan difoto”.
9.  Abdul Mutholib, warga Magelang, menuturkan sebagai berikut : “Mbah Mangli mungkin lahir sebelum tahun 1945. Waktu saya kecil Beliau sudah sepuh (tua)”.
10.        Ibozz Halte Subhanallah, mengatakan bahwa : “ Mbah Mangli  adalah Ulama Kesayangan ALLAHUMMA YARHAM.. Abuya Prof Dr. SAYYID MUHAMMAD AL MALIKI dan Ada Kabar kalau Mbah Mangli ini adalah Djurriyah Rasul, Wallahualam.”
11.        Arief Romly, mengatakan bahwa : Mbah Mangli itu asli desa jambu Monggo Jepara.
12.        Bundha Anie, menyatakan bahwa : Ada yang istimewa  saat pengajian Mbah Mangli datang udara begitu sejuk juga bau harum.. dulu selalu mengisi pengajian selapanan di hari Kamis Wage”.
13.        Dwi SuwarjonoDwi mengutarakan hal sebagi berikut : Disuatu ketika pada saat beliau sedang mengisi acara disebuah pengajian tiba-tiba hujan besar datang mengguyur lokasi,dan beliau berkata:"hujan balik!" menyuruh hujan itu utk kmbali (jangan hujan dulu) maka seketika itupun hujan brhenti.
14.        Aan E Abidin, mengutarakan sebagai berikut : “Ahli ikhlas, tabarukan illaa hadhrotal kirom, asyekh al'arif billah al'alim al'alaamah... KH. Hasan asy'ari (Mbah Mangli) Magelang.”
15.        Widodo SamsulWidodo bersaksi sebagai berikut : Subhanalloh didalam masjid beliau selalu harum banyak ucapan beliau selalu terjadi
16.        Rudd menyatakan :“kalau ingat Mbah Mangli ingat ijazah wirid dari guru saya Abuya Muh.Hayatul Ikhsan dari Abuya Ihya' Ulumuddin Malang dari Mbah Mangli Hasan Asy'ari...
yang terangkum dalam Dzikir Jama'i.

اللهم يا ربنا جوكوفنا لوبيرانا براس اكيه دوىء اكيه كا اغكو عاجي لوغو حاجي براكهي تبي والي
Amiin...
17.        Ziya Ulhaq menyatakan sebagai berikut : Ada sumber mengatakan kalau beliau itu lahir di desa sowan kidul kecamatan kedung kabupaten jepara. Wallohu A'lam


No comments:

Post a Comment