28 August 2020

tentang Sejarah Magelang - Sejarah Plat Nomor Kendaraan di Indonesia, Warisan Raffles Yang Abadi Hingga Kini

 

Sejarah Plat Nomor Kendaraan di Indonesia, Warisan Raffles Yang Abadi Hingga Kini

Mobil kuno di halaman Candi Borobudur sekitar tahun 1929 [foto: Tropenmuseum]

Dua Mobil sedang parkir di halaman Candi Borobudur tahun 1929 (foto: Tropen Museum)

Jumlah kendaraan bermotor semakin lama semakin bertambah. Berbagai merek dari berbagai pabrik menjejali jalanan. Dari kendaraan biasa hingga mewah tumpah ruah tak terhitung jumlahnya.

Bahkan di DKI Jakarta diberlakukan plat nomor ganjil genap untuk mengurangi kemacetan.

Tapi tahukah anda, bagaimana sejarah penggunaan plat nomor?

Sejarah Plat nomor di Indonesia tak bisa dilepaskan dari sejarah kedatangan bangsa Inggris di Indonesia.

Tepatnya di tahun 1810, Inggris membawa 15.600 bala tentara dengan menaiki 60 kapal dari daerah koloninya di India yang didatangkan langsung ke Batavia untuk merebut Jawa dari tangan Belanda.

Sejumlah pasukan tersebut terbagi menjadi 26 batalion yang dinamai A-Z. Saat Inggris menduduki Batavia mereka membuat aturan mengenai kendaraan di jalan raya. Inggris kemudian memberi tanda huruf B untuk kereta kuda agar mudah dikenali.

Daftar plat nomor di jaman Belanda tahun 1930-an.

Mengapa huruf B?

Karena wilayah Batavia direbut oleh pasukan batalion B. Penomorannya sama seperti penomoran kendaraan sekarang di mana huruf B di depan diikuti dengan angka.

Setelah Batavia, wilayah yang selanjutnya diduduki pasukan Inggris ini adalah Banten yang dilakukan oleh pasukan batalion A. Kemudian di sana mereka juga menandai wilayah tersebut dengan kode A.

Wilayah selanjutnya yang direbut adalah Surabaya (batalion L) dan Madura (batalion M) pada tanggal 27 Agustus 1811. Wilayah lainnya juga berhasil direbut oleh masing-masing batalion sesuai dengan huruf wilayah plat nomor kendaraan pada jaman sekarang.

Sedangkan Batalion G bergerak menuju Pekalongan sebagai daerah termaju di pantura Jawa Tengah bagian barat,melucuti senjata tentara Belanda dan hingga saat ini penggunaan plat G adalah merujuk pada Batalion G Pasukan Inggris yang mengambil alih kekuasaan di Pekalongan dan sekitarnya.

Mobil bernomor plat AA 6 milik Dokter Bijleveld tahun 1929 di Magelang (foto: KITLV)

Mobil dokter Bijleveld, dokter rumah sakit tentara di Magelang tahun 1929 (foto: KITLV)

Hingga akhirnya keseluruhan pulau Jawa dapat jatuh ke tangan Inggris pada tanggal 18 September 1811.

Di beberapa daerah seperti Magelang (AA), Yogyakarta (AB) dan Solo (AD) memiliki dua abjad.

Mengapa begitu?

Pada saat itu Kesultanan Mataram berdiri sendiri dan belum menjadi wilayah Belanda. Namun pada akhirnya, Kesultanan Mataram menyerah dan bergabung bersama Inggris. Sehingga, di beberapa daerah yang telah disebutkan dibekali batalion A dan batalion B untuk menjaga area Yogyakarta (diberi kode AB). Adapun di area Magelang hanya disediakan batalion A saja sehingga diberi kode AA. Hal serupa juga ditemui di beberapa daerah lainnya.

Setelah Inggris menduduki Jawa, Sir Thomas Stamford Raffles akhirnya membentuk wilayah administratif atau Karesidenan sesuai kode batalion yang disebutkan sebelumnya.

Raffles

Sir Thomas Stamford Raffles

Bahkan, saat Belanda kembali ke Indonesia di tahun 1816, sistem ini masih terus diterapkan hingga ke beberapa daerah di luar pulau Jawa seperti halnya Sumatera Selatan, Kalimantan, Sumatera, Nusa Tenggara, Sulawesi dan Maluku. Kini wilayah Karesidenan tersebut lebih dikenal sebagai Ibu Kota maupun Kabupaten.

Plat nomor kendaraan di berbagai wilayah di Indonesia dibedakan sesuai karesidenan yang dahulunya diputuskan oleh Inggris.

Sebuah mobil melintas di depan kantor pos Magelang tahun 1960-an

Sebuah mobil melintas di depan kantor pos Magelang tahun 1960-an.

Namun perlu menjadi catatan bahwasannya kode C, I, J, O, Q, U, V, W, X, Y dan Z tidak diaplikasikan. Pasalnya batalion dengan kode-kode tersebut hanya menjadi pasukan Back-Up saja atau Reserve Unit kala itu. Khusus kode W dan Z memiliki sisi historisnya sendiri yang kini ternyata diaplikasikan tanpa mengadopsi sistem batalion tersebut.

Ya, kode wilayah W untuk Sidoarjo, dahulu masih satu kesatuan dengan Surabaya berkode L. Namun semenjak tahun 2000, Polres Gresik dan Sidoarjo menetapkan kodefikasi sendiri menggunakan huruf W.

Sedangkan Surabaya masih menerapkan kode L di bawah naungan Polrestabes Surabaya. Sama halnya dengan kode Z yang sebelumnya masih berkode D yang merupakan Eks-Karesidenan Parahyangan.

Sejarah plat nomer begitu panjang, lebih dari 200 tahun sudah warisan dari Raffles menjejali jalanan nusantara. Meski ia warisan penjajah, tak mudah untuk mengubahnya.

(Sumber: wag)

 

Sumber :  http://wartamagelang.com/sejarah-plat-nomor-kendaraan-di-indonesia-warisan-raffles-yang-abadi-hingga-kini.html

No comments:

Post a Comment