06 August 2025

Sejarah Perjalanan ke Puncak Wilhelmina (Puncak Trikora), Papua-Indonesia. ========================================= Puncak Wilhelmina, yang kini dikenal sebagai Puncak Trikora, merupakan salah satu puncak tertinggi di Indonesia dengan ketinggian 4.751 meter di atas permukaan laut, terletak di Pegunungan Jayawijaya, Provinsi Papua Pegunungan. Gunung ini berada di kawasan Taman Nasional Lorentz, yang dikenal sebagai salah satu dari tiga kawasan di dunia dengan gletser tropis. Berikut adalah sejarah singkat perjalanan dan ekspedisi ke Puncak Wilhelmina: Awal Penjelajahan (Abad ke-19 hingga Awal Abad ke-20) Eksplorasi ke Puncak Wilhelmina dimulai pada era kolonial, ketika para penjelajah Eropa tertarik dengan potensi alam Papua. Pada abad ke-19, naturalis seperti Alfred Russel Wallace mencatat keunikan flora dan fauna Papua, yang memicu minat ekspedisi ilmiah. Pada tahun 1909, ekspedisi signifikan dipimpin oleh penjelajah Belanda Dr. Hendrikus Albertus Lorentz, yang menamakan puncak ini Wilhelmina Top untuk menghormati Ratu Belanda saat itu. Ekspedisi ini bertujuan mencari jalur menuju puncak yang terjal dan bersalju, serta melakukan kontak dengan suku-suku lokal seperti suku Pesechem (Pesegem) di wilayah Nduga. Ekspedisi Lorentz berhasil mendokumentasikan keberadaan gunung bersalju di khatulistiwa, sebuah fenomena yang dianggap luar biasa pada masa itu. Namun, perjalanan ini sangat menantang karena medan berawa, hutan lebat, dan cuaca ekstrem, yang menyebabkan beberapa anggota ekspedisi sakit atau tewas. Pada tahun 1920, ekspedisi yang dipimpin oleh van Overeem dan Kremer berhasil mencapai Puncak Wilhelmina dari sisi utara. Ekspedisi ini juga menemukan Danau Habema dan Lembah Swart (kini Lembah Toli), yang dihuni oleh suku Lani. Perjalanan ini melibatkan rute darat dan perahu, dengan tantangan medan terjal dan minimnya infrastruktur. Ekspedisi ini berhasil menambah pengetahuan tentang geografi dan budaya lokal, termasuk interaksi dengan penduduk asli seperti suku Dani di Lembah Baliem, yang ditemukan secara tidak sengaja oleh ekspedisi Richard Archbold pada 1938. Era Modern dan Perubahan Nama (1963) Setelah Papua resmi menjadi bagian dari Indonesia melalui Penentuan Pendapat Rakyat (Pepera) pada 1963, nama Puncak Wilhelmina diganti menjadi Puncak Trikora sebagai simbol penyatuan Papua dengan Indonesia. Pendakian modern ke Puncak Trikora mulai populer di kalangan pendaki gunung, meskipun medannya tetap menantang dengan hutan montane, hutan ericaceous, dan jalur bersalju. Titik awal pendakian biasanya dari Lembah Baliem, Wamena, yang kini menjadi pusat akses ke pegunungan ini. Pendakian ke Puncak Trikora terkenal sulit karena cuaca ekstrem, suhu yang bisa mencapai di bawah 0°C, dan medan terjal dengan jalur trekking melalui hutan lebat serta lereng berbatu. Pendaki harus memiliki persiapan fisik dan mental yang matang, termasuk keterampilan panjat tebing dan logistik yang memadai. Izin pendakian juga diperlukan, biasanya diurus melalui agen perjalanan berlisensi atau otoritas lokal. Puncak Trikora menawarkan pemandangan spektakuler dengan gletser tropis yang kini terancam hilang akibat pemanasan global. Kawasan ini juga kaya akan keanekaragaman hayati dan budaya, dengan suku-suku seperti Dani, Lani, dan Yali yang tinggal di lembah-lembah sekitar, seperti Lembah Baliem dan Toli. Tradisi lokal seperti bakar batu dan rumah adat Honai menjadi daya tarik tambahan bagi pengunjung. Pada Agustus 2024, sebuah ekspedisi ke Puncak Trikora yang digelar oleh Adventurann dan didokumentasikan oleh kontributor Liputan6.com, Juvensius ‘Foxs Explore’, menggambarkan perjalanan 10 hari yang penuh tantangan. Ekspedisi ini dimulai dari Jakarta ke Jayapura, lalu ke Wamena, dengan persiapan fisik selama enam bulan, termasuk latihan ketahanan dan panjat tebing. Pendakian ini menegaskan bahwa Puncak Trikora tetap menjadi destinasi impian bagi pendaki berpengalaman. Perjalanan ke Puncak Wilhelmina (Trikora) mencerminkan sejarah panjang eksplorasi alam dan budaya Papua, dari ekspedisi kolonial hingga pendakian modern. Meski penuh tantangan, keindahan alam dan kekayaan budaya di sekitar puncak ini terus menarik para petualang dan peneliti dari seluruh dunia. #papua #indonesia #cerminwaktu #melawanlupa @pengikut@penggemar berat

 Sejarah Perjalanan ke Puncak Wilhelmina (Puncak Trikora), Papua-Indonesia.

=========================================

Puncak Wilhelmina, yang kini dikenal sebagai Puncak Trikora, merupakan salah satu puncak tertinggi di Indonesia dengan ketinggian 4.751 meter di atas permukaan laut, terletak di Pegunungan Jayawijaya, Provinsi Papua Pegunungan. Gunung ini berada di kawasan Taman Nasional Lorentz, yang dikenal sebagai salah satu dari tiga kawasan di dunia dengan gletser tropis. Berikut adalah sejarah singkat perjalanan dan ekspedisi ke Puncak Wilhelmina:

Awal Penjelajahan (Abad ke-19 hingga Awal Abad ke-20)




Eksplorasi ke Puncak Wilhelmina dimulai pada era kolonial, ketika para penjelajah Eropa tertarik dengan potensi alam Papua. Pada abad ke-19, naturalis seperti Alfred Russel Wallace mencatat keunikan flora dan fauna Papua, yang memicu minat ekspedisi ilmiah. Pada tahun 1909, ekspedisi signifikan dipimpin oleh penjelajah Belanda Dr. Hendrikus Albertus Lorentz, yang menamakan puncak ini Wilhelmina Top untuk menghormati Ratu Belanda saat itu. Ekspedisi ini bertujuan mencari jalur menuju puncak yang terjal dan bersalju, serta melakukan kontak dengan suku-suku lokal seperti suku Pesechem (Pesegem) di wilayah Nduga. Ekspedisi Lorentz berhasil mendokumentasikan keberadaan gunung bersalju di khatulistiwa, sebuah fenomena yang dianggap luar biasa pada masa itu. Namun, perjalanan ini sangat menantang karena medan berawa, hutan lebat, dan cuaca ekstrem, yang menyebabkan beberapa anggota ekspedisi sakit atau tewas.


Pada tahun 1920, ekspedisi yang dipimpin oleh van Overeem dan Kremer berhasil mencapai Puncak Wilhelmina dari sisi utara. Ekspedisi ini juga menemukan Danau Habema dan Lembah Swart (kini Lembah Toli), yang dihuni oleh suku Lani. Perjalanan ini melibatkan rute darat dan perahu, dengan tantangan medan terjal dan minimnya infrastruktur. Ekspedisi ini berhasil menambah pengetahuan tentang geografi dan budaya lokal, termasuk interaksi dengan penduduk asli seperti suku Dani di Lembah Baliem, yang ditemukan secara tidak sengaja oleh ekspedisi Richard Archbold pada 1938.


Era Modern dan Perubahan Nama (1963)

Setelah Papua resmi menjadi bagian dari Indonesia melalui Penentuan Pendapat Rakyat (Pepera) pada 1963, nama Puncak Wilhelmina diganti menjadi Puncak Trikora sebagai simbol penyatuan Papua dengan Indonesia. Pendakian modern ke Puncak Trikora mulai populer di kalangan pendaki gunung, meskipun medannya tetap menantang dengan hutan montane, hutan ericaceous, dan jalur bersalju. Titik awal pendakian biasanya dari Lembah Baliem, Wamena, yang kini menjadi pusat akses ke pegunungan ini.


Pendakian ke Puncak Trikora terkenal sulit karena cuaca ekstrem, suhu yang bisa mencapai di bawah 0°C, dan medan terjal dengan jalur trekking melalui hutan lebat serta lereng berbatu. Pendaki harus memiliki persiapan fisik dan mental yang matang, termasuk keterampilan panjat tebing dan logistik yang memadai. Izin pendakian juga diperlukan, biasanya diurus melalui agen perjalanan berlisensi atau otoritas lokal.


Puncak Trikora menawarkan pemandangan spektakuler dengan gletser tropis yang kini terancam hilang akibat pemanasan global. Kawasan ini juga kaya akan keanekaragaman hayati dan budaya, dengan suku-suku seperti Dani, Lani, dan Yali yang tinggal di lembah-lembah sekitar, seperti Lembah Baliem dan Toli. Tradisi lokal seperti bakar batu dan rumah adat Honai menjadi daya tarik tambahan bagi pengunjung.


Pada Agustus 2024, sebuah ekspedisi ke Puncak Trikora yang digelar oleh Adventurann dan didokumentasikan oleh kontributor Liputan6.com, Juvensius ‘Foxs Explore’, menggambarkan perjalanan 10 hari yang penuh tantangan. Ekspedisi ini dimulai dari Jakarta ke Jayapura, lalu ke Wamena, dengan persiapan fisik selama enam bulan, termasuk latihan ketahanan dan panjat tebing. Pendakian ini menegaskan bahwa Puncak Trikora tetap menjadi destinasi impian bagi pendaki berpengalaman.


Perjalanan ke Puncak Wilhelmina (Trikora) mencerminkan sejarah panjang eksplorasi alam dan budaya Papua, dari ekspedisi kolonial hingga pendakian modern. Meski penuh tantangan, keindahan alam dan kekayaan budaya di sekitar puncak ini terus menarik para petualang dan peneliti dari seluruh dunia.


#papua

#indonesia

#cerminwaktu

#melawanlupa

@pengikut@penggemar berat

No comments:

Post a Comment