02 August 2025

RADEN AYU YUDOKUSUMO Komandan senior Kavaleri Mancanegara Timur Salah satu tokoh yang disebutkan dalam konteks umum Perang Jawa (yang juga terkait dengan perjuangan Sosrodilogo) adalah RA Yudokusumo. Ia diangkat menjadi komandan kavaleri senior di mancanegara timur dan disebutkan bergabung dengan pemberontakan Raden Sosrodilogo pada 1827-1828. Ini menunjukkan bahwa RA Yudokusumo adalah salah satu rekan seperjuangan yang penting bagi Sosrodilogo. yang paling jelas disebutkan sebagai rekan seperjuangan spesifik Sosrodilogo dalam periode 1827-1828 adalah RA Yudokusumo. Selain itu, perlu diingat bahwa Pangeran Diponegoro sendiri adalah pemimpin tertinggi dari perlawanan ini, dan sebagai ipar Pangeran Diponegoro, Sosrodilogo adalah salah satu orang kepercayaannya. Perjuangan Pangeran Diponegoro didukung oleh berbagai tokoh lain seperti Kyai Mojo (pemimpin spiritual), serta koordinasi dengan I.S.K.S. Pakubuwana VI dan Raden Tumenggung Prawirodigdoyo Bupati Gagatan. Meskipun nama-nama ini tidak secara langsung disebutkan sebagai "sahabat" Sosrodilogo dalam konteks pertempuran spesifik di Rajekwesi, mereka adalah bagian dari jaringan perlawanan yang lebih besar yang melibatkan Sosrodilogo. Raden Ayu (RA) Yudokusumo adalah salah satu sosok perempuan panglima yang sangat menonjol dalam Perang Diponegoro (1825-1830). Beliau dikenal karena kecerdasan dan keberaniannya dalam memimpin pasukan, bahkan digambarkan memiliki kecerdikan siasat yang melebihi laki-laki oleh pihak Belanda. RIWAYAT SINGKAT RA.YUDOKUSUMO * Asal-usul dan Keluarga: RA Yudokusumo adalah putri dari Sultan Hamengkubuwono I dan istri dari bupati Grobogan-Wirosari, Raden Tumenggung Wirosari. Meskipun usianya sepantaran dengan Pangeran Diponegoro, ia juga merupakan bibi dari Pangeran Diponegoro (putra dari Hamengkubuwono II). * Kepribadian dan Kecakapan: Beliau memiliki kepribadian yang keras dan tanggap dalam mengambil keputusan. Kecerdasannya yang tinggi dan kecerdikan siasatnya sangat diwaspadai oleh Belanda. Bahkan, ia disebutkan seringkali harus mengurus sendiri keperluan terkait perpindahannya karena suaminya, Raden Tumenggung Wirosari, kurang tanggap atau peduli. Setelah perjanjian Giyanti, dia sempat menolak untuk pindah dari daerah Grobogan-Wirosari karena penolakan rakyat saat Inggris ingin mencaplok tanah. Tetapi, dia akhirnya harus pindah ketika diperintah oleh Sultan Hamengkubuwono II. Perjuangan Raden Ayu memunculkan semangat kaum perempuan lain mengangkat senjata, para perempuan lain di desa-desa sekitar Yogyakarta juga dilaporkan menyiapkan bubuk mesiu. Bahkan perempuan-perempuan ini juga turun ke medan perang dengan mengenakan seragam tempur seperti halnya kaum pria. * Peran dalam Perang Mancanegara Timur : Menjadi tokoh utama dalam Penyerangan Komunitas Tionghoa di Ngawi (17 September 1825): RA Yudokusumo adalah tokoh di balik penyerangan terhadap komunitas Tionghoa di Ngawi dari pusat pertahanannya di Muneng, kabupaten suaminya di timur kali Madiun. Aksi ini membuatnya mendapatkan gelar pejuang yang garang, seorang perempuan cerdas namun sangat menakutkan bagi Belanda. * Komandan Kavaleri Senior: Selama Perang Diponegoro, RA Yudokusumo diangkat menjadi komandan kavaleri senior di mancanegara timur. BERGABUNG DENGAN RADEN SOSRODILOGO (1827-1828) Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, ia bergabung dengan pertempuran Raden Sosrodilogo di Jipang-Rajekwesi (sekarang Bojonegoro) pada November 1827 hingga Maret 1828. Hal ini menunjukkan koordinasi strategis antara kedua tokoh pejuang ini. Pergerakan yang mencakup kawasan yang luas dari Tuban, Rajekwesi, Padangan, Cepu , Blora, Rembang , Lasem dan Ngawi Kehadiran RA Yudokusumo mampu mengangkat semangat pasukan wanita di mancanegara Timur. Pertempuran besar pun terjadi di Ploentoeran - ( Cepu-Padangan) dengan masing masing menggunakan senjata Alteleri dan pasukan kavaleri dan mengeluarkan pasukan besar-besaran, bersama Raden Sosrodilogo di wilayah Padangan - Cepu. Perang Ploentoeran akhirnya kalah, pasukan Raden Sosrodilogo dan RA Yudokusumo menyebar menyelamatkan diri. Dan kelompok kecil pasukannya akhirnya terpojok di daerah Ngawi Ketika akhirnya menyerah kepada Belanda pada Oktober 1828 di Ngawi, Raden Tumenggung Sosrodilogo dibawa ke Keraton Yogyakarta, dan demikian juga RA Yudakusuma dan beberapa keluarga serta pasukannya yang tersisa. Cerita menarik dalam akhir episode, RA Yudokusumo bersama sisa keluarganya mencukur habis rambutnya. Tindakan ini dicatat sebagai tanda dedikasinya atas perang sabil melawan Belanda dan orang Jawa murtad. SRIKANDI DIPONEGORO RA Yudokusumo adalah salah satu dari sedikit perempuan yang memegang peranan penting sebagai panglima dalam Perang Diponegoro, bersama dengan Nyi Ageng Serang. Keberanian dan kepemimpinannya menjadi inspirasi dalam sejarah perjuangan bangsa Indonesia. Sejarah perjuangan RA Yudokusumo banyak bersumber dari catatan-catatan Belanda (arsip kolonial) dan babad (kronik Jawa) yang disusun pada masa Perang Diponegoro atau setelahnya. Sejarawan modern, khususnya yang fokus pada Perang Diponegoro, telah mengolah dan menganalisis sumber-sumber ini untuk merekonstruksi peran RA Yudokusumo. SUMBER SEJARAH Berikut adalah beberapa jenis sumber berita dan literatur yang kemungkinan besar menjadi acuan dalam menyusun riwayat perjuangan RA Yudokusumo: * Arsip Kolonial Belanda: * Laporan-laporan militer Belanda: Dokumen-dokumen ini seringkali mencatat pergerakan pasukan Diponegoro, termasuk komandan-komandan mereka. Keberanian dan kecerdasan RA Yudokusumo yang bahkan diakui oleh pihak Belanda (misalnya, digambarkan memiliki kecerdikan siasat melebihi laki-laki) menunjukkan bahwa ia merupakan target yang diawasi ketat dan sering disebutkan dalam laporan-laporan intelijen Belanda. * Korespondensi pejabat kolonial: Surat-menyurat antara para residen, gubernur jenderal, dan komandan militer Belanda seringkali berisi informasi tentang tokoh-tokoh penting perlawanan. * Babad Diponegoro: Ini adalah otobiografi Pangeran Diponegoro yang ditulis sendiri selama pengasingannya di Manado. Babad ini merupakan sumber primer yang sangat kaya tentang Perang Diponegoro dan bisa jadi menyebutkan peran serta tokoh-tokoh penting di dalamnya, termasuk RA Yudokusumo sebagai salah satu panglima. * Babad lainnya, seperti Babad Tanah Jawi atau babad-babad lokal yang berkaitan dengan wilayah Grobogan-Wirosari atau Jipang-Rajekwesi, juga mungkin memuat informasi tentang beliau. * Peter Carey: Salah satu sejarawan terkemuka yang banyak meneliti Perang Diponegoro. Karyanya seperti Kuasa Ramalan: Pangeran Diponegoro dan Akhir Tatanan Lama di Jawa, 1785-1855 dan Asal Usul Perang Jawa sangat mungkin menjadi sumber utama. Carey dikenal karena analisisnya yang mendalam terhadap sumber-sumber Jawa dan Belanda. Semoga bermanfaat Sumber: Sudah kami sertakan dalam artikel Foto cover : Adalah ilustrasi, mengingat tidak ada dokumentasi tentang RA Yudokusumo Pemerhati sejarah dan budaya Temmy Wirawan Suryo Diwongso

 RADEN AYU YUDOKUSUMO

Komandan senior Kavaleri Mancanegara Timur


Salah satu tokoh yang disebutkan dalam konteks umum Perang Jawa (yang juga terkait dengan perjuangan Sosrodilogo) adalah RA Yudokusumo. Ia diangkat menjadi komandan kavaleri senior di mancanegara timur dan disebutkan bergabung dengan pemberontakan Raden Sosrodilogo pada 1827-1828. Ini menunjukkan bahwa RA Yudokusumo adalah salah satu rekan seperjuangan yang penting bagi Sosrodilogo. yang paling jelas disebutkan sebagai rekan seperjuangan spesifik Sosrodilogo dalam periode 1827-1828 adalah RA Yudokusumo.




Selain itu, perlu diingat bahwa Pangeran Diponegoro sendiri adalah pemimpin tertinggi dari perlawanan ini, dan sebagai ipar Pangeran Diponegoro, Sosrodilogo adalah salah satu orang kepercayaannya. Perjuangan Pangeran Diponegoro didukung oleh berbagai tokoh lain seperti Kyai Mojo (pemimpin spiritual), serta koordinasi dengan I.S.K.S. Pakubuwana VI dan Raden Tumenggung Prawirodigdoyo Bupati Gagatan. Meskipun nama-nama ini tidak secara langsung disebutkan sebagai "sahabat" Sosrodilogo dalam konteks pertempuran spesifik di Rajekwesi, mereka adalah bagian dari jaringan perlawanan yang lebih besar yang melibatkan Sosrodilogo.


Raden Ayu (RA) Yudokusumo adalah salah satu sosok perempuan panglima yang sangat menonjol dalam Perang Diponegoro (1825-1830). Beliau dikenal karena kecerdasan dan keberaniannya dalam memimpin pasukan, bahkan digambarkan memiliki kecerdikan siasat yang melebihi laki-laki oleh pihak Belanda.


RIWAYAT SINGKAT RA.YUDOKUSUMO


 * Asal-usul dan Keluarga: RA Yudokusumo adalah putri dari Sultan Hamengkubuwono I dan istri dari bupati Grobogan-Wirosari, Raden Tumenggung Wirosari. Meskipun usianya sepantaran dengan Pangeran Diponegoro, ia juga merupakan bibi dari Pangeran Diponegoro (putra dari Hamengkubuwono II).


 * Kepribadian dan Kecakapan: Beliau memiliki kepribadian yang keras dan tanggap dalam mengambil keputusan. Kecerdasannya yang tinggi dan kecerdikan siasatnya sangat diwaspadai oleh Belanda. Bahkan, ia disebutkan seringkali harus mengurus sendiri keperluan terkait perpindahannya karena suaminya, Raden Tumenggung Wirosari, kurang tanggap atau peduli. Setelah perjanjian Giyanti, dia sempat menolak untuk pindah dari daerah Grobogan-Wirosari karena penolakan rakyat saat Inggris ingin mencaplok tanah. Tetapi, dia akhirnya harus pindah ketika diperintah oleh Sultan Hamengkubuwono II.


Perjuangan Raden Ayu memunculkan semangat kaum perempuan lain mengangkat senjata, para perempuan lain di desa-desa sekitar Yogyakarta juga dilaporkan menyiapkan bubuk mesiu. Bahkan perempuan-perempuan ini juga turun ke medan perang dengan mengenakan seragam tempur seperti halnya kaum pria.


 * Peran dalam Perang Mancanegara Timur :

Menjadi tokoh utama dalam Penyerangan Komunitas Tionghoa di Ngawi (17 September 1825): RA Yudokusumo adalah tokoh di balik penyerangan terhadap komunitas Tionghoa di Ngawi dari pusat pertahanannya di Muneng, kabupaten suaminya di timur kali Madiun. Aksi ini membuatnya mendapatkan gelar pejuang yang garang, seorang perempuan cerdas namun sangat menakutkan bagi Belanda.


  * Komandan Kavaleri Senior: Selama Perang Diponegoro, RA Yudokusumo diangkat menjadi komandan kavaleri senior di mancanegara timur.


BERGABUNG DENGAN RADEN SOSRODILOGO (1827-1828)


Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, ia bergabung dengan pertempuran Raden Sosrodilogo di Jipang-Rajekwesi (sekarang Bojonegoro) pada November 1827 hingga Maret 1828. Hal ini menunjukkan koordinasi strategis antara kedua tokoh pejuang ini. Pergerakan yang mencakup kawasan yang luas dari Tuban, Rajekwesi, Padangan, Cepu , Blora, Rembang , Lasem dan Ngawi 

Kehadiran RA Yudokusumo mampu mengangkat semangat pasukan wanita di mancanegara Timur. Pertempuran besar pun terjadi di Ploentoeran - ( Cepu-Padangan) dengan masing masing menggunakan senjata Alteleri dan pasukan kavaleri dan mengeluarkan pasukan besar-besaran, bersama Raden Sosrodilogo di wilayah Padangan - Cepu. Perang Ploentoeran akhirnya kalah, pasukan Raden Sosrodilogo dan RA Yudokusumo menyebar menyelamatkan diri. Dan kelompok kecil pasukannya akhirnya terpojok di daerah Ngawi 


Ketika akhirnya menyerah kepada Belanda pada Oktober 1828 di Ngawi, Raden Tumenggung Sosrodilogo dibawa ke Keraton Yogyakarta, dan demikian juga RA Yudakusuma dan beberapa keluarga serta pasukannya yang tersisa. Cerita menarik dalam akhir episode, RA Yudokusumo bersama sisa keluarganya mencukur habis rambutnya. Tindakan ini dicatat sebagai tanda dedikasinya atas perang sabil melawan Belanda dan orang Jawa murtad.


SRIKANDI DIPONEGORO


RA Yudokusumo adalah salah satu dari sedikit perempuan yang memegang peranan penting sebagai panglima dalam Perang Diponegoro, bersama dengan Nyi Ageng Serang. Keberanian dan kepemimpinannya menjadi inspirasi dalam sejarah perjuangan bangsa Indonesia.


Sejarah perjuangan RA Yudokusumo banyak bersumber dari catatan-catatan Belanda (arsip kolonial) dan babad (kronik Jawa) yang disusun pada masa Perang Diponegoro atau setelahnya. Sejarawan modern, khususnya yang fokus pada Perang Diponegoro, telah mengolah dan menganalisis sumber-sumber ini untuk merekonstruksi peran RA Yudokusumo.


SUMBER SEJARAH 


Berikut adalah beberapa jenis sumber berita dan literatur yang kemungkinan besar menjadi acuan dalam menyusun riwayat perjuangan RA Yudokusumo:

   * Arsip Kolonial Belanda:

   * Laporan-laporan militer Belanda: Dokumen-dokumen ini seringkali mencatat pergerakan pasukan Diponegoro, termasuk komandan-komandan mereka. Keberanian dan kecerdasan RA Yudokusumo yang bahkan diakui oleh pihak Belanda (misalnya, digambarkan memiliki kecerdikan siasat melebihi laki-laki) menunjukkan bahwa ia merupakan target yang diawasi ketat dan sering disebutkan dalam laporan-laporan intelijen Belanda.

   * Korespondensi pejabat kolonial: Surat-menyurat antara para residen, gubernur jenderal, dan komandan militer Belanda seringkali berisi informasi tentang tokoh-tokoh penting perlawanan.

 * Babad Diponegoro:

 Ini adalah otobiografi Pangeran Diponegoro yang ditulis sendiri selama pengasingannya di Manado. Babad ini merupakan sumber primer yang sangat kaya tentang Perang Diponegoro dan bisa jadi menyebutkan peran serta tokoh-tokoh penting di dalamnya, termasuk RA Yudokusumo sebagai salah satu panglima.

   * Babad lainnya, seperti Babad Tanah Jawi atau babad-babad lokal yang berkaitan dengan wilayah Grobogan-Wirosari atau Jipang-Rajekwesi, juga mungkin memuat informasi tentang beliau.

   * Peter Carey: Salah satu sejarawan terkemuka yang banyak meneliti Perang Diponegoro. Karyanya seperti Kuasa Ramalan: Pangeran Diponegoro dan Akhir Tatanan Lama di Jawa, 1785-1855 dan Asal Usul Perang Jawa sangat mungkin menjadi sumber utama. Carey dikenal karena analisisnya yang mendalam terhadap sumber-sumber Jawa dan Belanda.


Semoga bermanfaat


Sumber: 

Sudah kami sertakan dalam artikel

Foto cover : 

Adalah ilustrasi, mengingat tidak ada dokumentasi tentang RA Yudokusumo


Pemerhati sejarah dan budaya

Temmy Wirawan Suryo Diwongso

No comments:

Post a Comment