02 August 2025

Akhir Sang Pengkhianat, Senja Terakhir Jayakatwang Langit di atas Daha memerah. Senja menggantung berat seperti firasat. Di balik tembok-tembok Kerajaan Kediri, seorang raja tua duduk terpaku di singgasananya. Bajunya masih megah, mahkotanya masih gemerlap. Tapi di matanya… tak ada lagi cahaya kemenangan. Namanya Jayakatwang, raja Kediri, penguasa yang pernah menggulingkan Singhasari dan membunuh Kertanegara. Ia pernah berdiri gagah sebagai pemenang. Namun hari ini, langkah-langkah pasukan asing mendekat. Pedang-pedang mengkilap. Dan dendam lama ikut bersamanya. Raja yang Menikam dari Belakang Tahun 1292, saat Kertanegara sibuk mengirim pasukan ke Sumatra dalam Ekspedisi Pamalayu dan menantang Mongol, Jayakatwang melihat celah. Diam-diam, ia bangkit dari bayang-bayang sejarah Kediri, kerajaan yang dulu ditaklukkan oleh leluhur Kertanegara. Dengan tipu daya dan kekuatan militer, Jayakatwang menyerbu Singhasari dan membunuh Kertanegara. Ia mengangkat dirinya sebagai raja baru. Sebagian rakyat tunduk. Sebagian diam dalam kemarahan. Salah satu dari mereka adalah Raden Wijaya, menantu Kertanegara yang melarikan diri ke utara dan pura-pura tunduk, meminta sedikit tanah di daerah hutan Tarik kelak menjadi Majapahit. Jayakatwang tak tahu, bahwa pada saat ia berpesta di tahta, benih pembalasan sudah ditanam. Karma Secepat Petir Setahun kemudian, Mongol datang ke Jawa, dipimpin oleh pasukan Kaisar Kubilai Khan. Mereka datang untuk menghukum Kertanegara karena menolak tunduk tanpa tahu bahwa ia sudah dibunuh oleh Jayakatwang. Raden Wijaya melihat kesempatan. Ia menyambut pasukan Mongol, berpura-pura menjadi sekutu. Bersama mereka, ia menyerang Kediri. Jayakatwang terkejut. Ia tak menduga musuh akan datang secepat itu, apalagi dari dua arah: Mongol dan anak dari musuh lamanya. Ia mengerahkan pasukan. Perang pun pecah di tanahnya sendiri. Detik-detik Kematian Jayakatwang Benteng-benteng Kediri jatuh satu per satu. Pasukan Mongol menggempur dari luar, pasukan Raden Wijaya menghantam dari dalam. Jayakatwang mencoba bertahan, tapi semakin terdesak. Akhirnya, ia ditangkap. Dibawa ke hadapan Raden Wijaya, pria muda yang dulu ia abaikan sebagai ancaman. Kini berdiri sebagai pemimpin sejati. Tak ada pengampunan. Tak ada pengadilan. Jayakatwang dihukum mati. Ia mati seperti ia membunuh: diam-diam dan tanpa kehormatan. Akhir Sang Raja Tanpa Warisan Tak ada monumen besar untuk Jayakatwang. Tak ada candi megah. Tak ada lagu rakyat mengenangnya. Yang tersisa hanyalah bayang-bayang: tentang seorang raja yang naik tahta dengan darah dan turun ke liang kubur dengan kehancuran. Namun sejarah tak melupakannya. Karena tanpa pengkhianatan Jayakatwang, takkan ada Majapahit. Takkan ada Wijaya. Takkan ada kejayaan yang kita kenang hari ini. #viral #fyp #kertanegara #kediri #bumipusaka #majapahit #kediri #jawa

 Akhir Sang Pengkhianat, Senja Terakhir Jayakatwang


Langit di atas Daha memerah. Senja menggantung berat seperti firasat. Di balik tembok-tembok Kerajaan Kediri, seorang raja tua duduk terpaku di singgasananya. Bajunya masih megah, mahkotanya masih gemerlap. Tapi di matanya… tak ada lagi cahaya kemenangan.



Namanya Jayakatwang, raja Kediri, penguasa yang pernah menggulingkan Singhasari dan membunuh Kertanegara. Ia pernah berdiri gagah sebagai pemenang. Namun hari ini, langkah-langkah pasukan asing mendekat. Pedang-pedang mengkilap. Dan dendam lama ikut bersamanya.


Raja yang Menikam dari Belakang


Tahun 1292, saat Kertanegara sibuk mengirim pasukan ke Sumatra dalam Ekspedisi Pamalayu dan menantang Mongol, Jayakatwang melihat celah. Diam-diam, ia bangkit dari bayang-bayang sejarah Kediri, kerajaan yang dulu ditaklukkan oleh leluhur Kertanegara.


Dengan tipu daya dan kekuatan militer, Jayakatwang menyerbu Singhasari dan membunuh Kertanegara. Ia mengangkat dirinya sebagai raja baru. Sebagian rakyat tunduk. Sebagian diam dalam kemarahan.


Salah satu dari mereka adalah Raden Wijaya, menantu Kertanegara yang melarikan diri ke utara dan pura-pura tunduk, meminta sedikit tanah di daerah hutan Tarik kelak menjadi Majapahit.


Jayakatwang tak tahu, bahwa pada saat ia berpesta di tahta, benih pembalasan sudah ditanam.


Karma Secepat Petir


Setahun kemudian, Mongol datang ke Jawa, dipimpin oleh pasukan Kaisar Kubilai Khan. Mereka datang untuk menghukum Kertanegara karena menolak tunduk tanpa tahu bahwa ia sudah dibunuh oleh Jayakatwang.


Raden Wijaya melihat kesempatan. Ia menyambut pasukan Mongol, berpura-pura menjadi sekutu. Bersama mereka, ia menyerang Kediri.


Jayakatwang terkejut. Ia tak menduga musuh akan datang secepat itu, apalagi dari dua arah: Mongol dan anak dari musuh lamanya.


Ia mengerahkan pasukan. Perang pun pecah di tanahnya sendiri.


Detik-detik Kematian Jayakatwang

Benteng-benteng Kediri jatuh satu per satu. Pasukan Mongol menggempur dari luar, pasukan Raden Wijaya menghantam dari dalam. Jayakatwang mencoba bertahan, tapi semakin terdesak.


Akhirnya, ia ditangkap. Dibawa ke hadapan Raden Wijaya, pria muda yang dulu ia abaikan sebagai ancaman. Kini berdiri sebagai pemimpin sejati.


Tak ada pengampunan. Tak ada pengadilan.

Jayakatwang dihukum mati. Ia mati seperti ia membunuh: diam-diam dan tanpa kehormatan.


Akhir Sang Raja Tanpa Warisan


Tak ada monumen besar untuk Jayakatwang. Tak ada candi megah. Tak ada lagu rakyat mengenangnya. Yang tersisa hanyalah bayang-bayang: tentang seorang raja yang naik tahta dengan darah dan turun ke liang kubur dengan kehancuran.


Namun sejarah tak melupakannya. Karena tanpa pengkhianatan Jayakatwang, takkan ada Majapahit. Takkan ada Wijaya. Takkan ada kejayaan yang kita kenang hari ini.


#viral #fyp #kertanegara #kediri #bumipusaka  #majapahit #kediri #jawa

No comments:

Post a Comment