28 February 2019

Sejarah Sepak Bola di Magelang

 Sejarah Sepak Bola di Magelang
Okeh Bagus Priyana


MAGELANG TEMPO DOELOE:
RIWAYAT PERSEPAKBOLAAN, LEBIH DARI 100 TAHUN 'MENENDANG' BOLA (1911-2019)
(bagian 15)
TERBENTUKNYA PSSI...


MAGELANG TEMPO DOELOE:
RIWAYAT PERSEPAKBOLAAN, LEBIH DARI 100 TAHUN 'MENENDANG' BOLA (1911-2019)
(bagian 13)
SUASANA KONGRES SEPAKBOLA DI JOGJA
Dengan wajah serius penuh optimis, suara M. Daslam Adiwasito tercetus tegar, antara lain ia berkata: "Kita orang kumpulan sport bagi kemuliaan bangsa."

Tepuk tangan meriah bergema menyambut kata pembukaan sidang itu dalam suatu pertemuan di ruangan Gedung Handeprojo (sekarang Gedung Batik) Jl. Yudonegaran Jogja, hari Sabtu 19 April 1930, padahal di luar gedung berkeliaran mata-mata polisi Belanda (PID), yang mencurigai pertemuan itu sebagai gerakan politik menentang Belanda.
Sebanyak 17 orang wakil dari 7 perserikatan sepakbola/bonden yaitu:
- Sjamsoedin, mahasiswa RHS dari VIJ Jakarta (Voetbalbond Indonesische Jakarta),
- Gatot Mangkudiharjo dari BIVB Bandung (Bandoengsche Indonesische Voetbalbond)
- E. A. Mangindaan, siswa HKS & kapten IVBM dari IVBM Magelang (Indonesische Voetbal Bond Magelang)
- Kartodarmoedjo dari MVB Madiun (Madioensche Voetbalbond)
- Pamoedji dari SIVB Surabaya (Soerabajasche Indonesische Voetbalbond)
- Sastrosaksono dari VVB Surakarta (Vortstenlandsche Voetbalbond)
- PSM Yogyakarta (Persatuan Sepakbola Mataram)
Dan 4 orang undangan khusus yaitu Soeratin Sosrosoegondo, Soetjitro, dan pengurus PSM Yogyakarta (Daslam Hadiwasito, A. Hamid, M. Amir, Notopratomo).
Usaha pembentukan sebuah badan sepakbola itu punya latar belakang khusus. Selain memang dorongan jiwa nasionalis dari para pendirinya, juga didorong oleh kejadian yang menguatkan tekad tersebut adalah:
Penghinaan yang dilakukan oleh Belanda.
Muhammad Nafi,








MAGELANG TEMPO DOELOE:
RIWAYAT PERSEPAKBOLAAN, LEBIH DARI 100 TAHUN 'MENENDANG' BOLA (1911-2019)
(bagian 11)
PINJAM UANG & BOLOS SEKOLAH UNTUK HADIRI KONGRES SEPAKBOLA 1930
Erents Alberth Mangindaan atau EA Mangindaan barangkali tidak akan menyangka akan jalan kehidupannya. Siapa sangka, dunia yang digelutinya jauh berbeda dengan jalur pendidikan yang dia tempuh.
Sebagai siswa HKS (Hoge Kweekschool voor Inlander Ambtenaren) di Magelang, lelaki muda kelahiran Minahasa 22 Oktober 1910 ini justru harus terjun ke kancah perjuangan melalui sepakbola. HKS adalah sebuah sekolah bagi calon guru untuk kaum pribumi, sekolah di Magelang ini merupakan pindahan dari sekolah serupa di Surakarta pada tahun 1875.
Siswa-siswanya berasal dari kalangan anak-anak priyayi dan bangsawan dari berbagai penjuru.
Di HKS selain mempelajari pelajaran sekolah juga terdapat perkumpulan olahraga, salah satunya adalah sepakbola. Karena itu disebut dengan perkumpulan sepakbola HKS.
Bahkan Mangindaan dipilih sebagai kapten kesebelasan HKS.
Sekitar pertengahan April 1930, Sudiro memerintahkan diri Mangindaan untuk menghadiri pertemuan konferensi Voetbal Bond (perserikatan sepakbola) di Jogja. Sudiro memerintahkan Mangindaan karena ketua IVBM yang bernama Wihardjo tidak bisa hadir karena tidak punya ongkos untuk berangkat ke Jogja.
Sudiro menerima undangan untuk menghadiri acara kongres sepakbola di Jogja yang kebetulan panitianya memiliki hubungan baik dengan Sudiro.
Karena acara tersebut berkaitan dengan sepakbola maka Sudiro menghubungi Wihardjo selaku ketua IVBM.
Sudiro adalah ketua Indonesia Muda yang tinggal di Magelang. Indonesia Muda adalah organisasi fusi dari organisasi kepemudaan yang hadir di acara Kongres Pemuda II di Jakarta (28 Oktober 1928) dimana di kongres itu menghasilkan keputusan berupa fusi semua organisasi pemuda menjadi Indonesia Muda, lagu Indonesia Raya sebagai lagu kebangsaan dan Sumpah Pemuda.
Sedangkan IVBM adalah Indonesische Voetbal Bond Magelang atau Perserikatan Sepakbola Indonesia Magelang yang dibentuk oleh Wihardjo bersama 4 perkumpulan sepakbola di Magelang yaitu HKS, MOSVIA, Amongrogo dan Starmvogels.
MOSVIA adalah sekolah bagi calon pangreh praja untuk kaum pribumi. Amongrogo adalah klub sepakbola asli Magelang. Sedangkan Starmvogels adalah klub sepakbola milik Belanda tetapi mau bergabung membentuk IVBM.
Mangindaan tak bisa menolak, pemuda 20 tahun ini tetap harus berangkat mengingat keberangkatannya atas perintah ketua Indonesia Muda Sudiro dan kondisi Ketua IVBM Wihardjo yang tidak bisa hadir karena terkendala oleh tidak adanya ongkos ke Jogja.
Mangindaan tak hilang akal, dia terpaksa mencari pinjaman dana. Bahkan, Mangindaan terpaksa harus membolos sekolah demi bisa menghadiri kongres sepakbola di Jogja tersebut.
Rencananya, kongres sepakbola tersebut akan dilaksanakan pada 19 April 1930 di Societeit Hande Prodjo Jogjakarta dengan dihadiri oleh perwakilan perserikatan sepakbola (Voetbal Bond) dari berbagai kota. Kelak, di kongres ini PSSI lahir.
Barangkali Mangindaan tak pernah menyangka, jika apa yang kemudian terjadi di Jogja menjadi catatan sejarah terpenting dalam khazanah sepakbola nasional. Dan karena ini pula, namanya tercatat dengan tinta emas dalam sejarah terbentuknya PSSI.
(bersambung)
Foto:
Berita di surat kabar Bintang Mataram edisi 22-24 April 1930 tentang liputan kongres sepakbola yang melahirkan PSSI.
Keterangan:
- Gedung MOSVIA kini menjadi Polres Magelang Kota di Jl. Aloon-aloon Selatan
- Gedung HKS kini jadi Dinas Kependudukan dan catatan sipil Kab. Magelang di Jl. Yos Sudarso
- Kelak, Sudiro menjabat sebagai walikota di Jakarta.
Agoenk Bayu Cahy


MAGELANG TEMPO DOELOE:
RIWAYAT PERSEPAKBOLAAN, LEBIH DARI 100 TAHUN 'MENENDANG' BOLA (1911-2019)
(bagian 12)
PERSIAPAN KONGRES SEPAKBOLA 1930
Sebelumnya, sekitar Maret 1930, orang-orang Indonesia yang hobi bermain sepakbola membentuk sebuah panitia untuk pertandingan amal. Panitia tersebut diberi nama Panitia 'Voetbalwedstrijden' yang terdiri dari klub-klub yang tergabung dalam PSM (Persatuan Sepakbola Mataram) Jogja. Rencananya pertandingan amal tersebut akan diikuti oleh klub dari luar Jogja. Hasil pertandingan akan disumbangkan pada badan amal yang ada.
Rencana mengikutsertakan klub dari luar Jogja rupanya terganjal, karena klub-klub yang diundang meminta agar panitia minta izin pada NIVB (Nederlands Indiesche Voetbal Bond) yang membawahi klub-klub tersebut.
Sesuai permintaan klub, panitia menyurati NIVB, tetapi jawaban NIVB sangat menyinggung bahkan cenderung menghina:
"Tidak bisa. Anggota NIVB dilarang bermain dengan perkumpulan sepakbola Inlander yang belum teratur baik..."
Meskipun dihina, panitia mencari jalan tengah dengan mengundang klub militer. Klub militer ini tidak menggubris larangan ini. Tim ini datang ke lapangan sesaat sebelum pertandingan dimulai. Kapten tim klub militer Belanda ini tenang-tenang saja masuk ke lapangan sehingga pertandingan jalan terus.
Penghinaan NIVB tersebut mendorong tokoh sepakbola Jogja seperti Suratin, Daslam, Anwar Noto, dll untuk membentuk Panitia Sementara pada awal April 1930. Ketuanya ditunjuk H. A. Hamid, Sekretaris Amir Noto, sementara Suratin bertugas menghubungi bonden (perserikatan sepakbola) di luar kota seperti Jakarta dan Bandung.
Suratin Sosrosoegondo, seorang intelektual yang studi di Jerman mengadakan pertemuan dengan tokoh-tokoh sepakbola di Solo, Jogjakarta, Jakarta dan Bandung. Pertemuan dilakukan dengan kontak-kontak pribadi untuk menghindari sergapan dari Polisi Belanda (PID).
Di Jakarta, Suratin bertemu dengan Soeri Ketua VIJ (Voetbalbond Indonesische Jakarta) bersama pengurus lainnya. Dalam pertemuan tersebut dibahas perlunya dibentuk sebuah organisasi persepakbolaan kebangsaan.
Selanjutnya pematangan pembentukan asosiasi sepakbola dilakukan di Bandung. Bersama tokoh-tokoh sepakbola di Jogja dan Solo seperti dengan tokoh pergerakan nasional Daslam Hadiwasito, Amir Notopratomo, S. Hamid, dan Soekarno (bukan Bung Karno).
Sementara dengan kota lain, dilakukan dengan kontak pribadi atau melalui kurir, sebagaimana halnya dengan Soediro dari Magelang selaku Ketua Indonesia Muda.
Panitia Sementara itu kemudian mengadakan rapat di Gedung Handeprojo (kini Gedung Batik) pada 10-11 April 1930 dan dihadiri oleh klub Indonesia se-Jogja.
Hasil rapat adalah sbb:
- membentuk panitia persiapan
- menyelenggarakan konferensi untuk membentuk Persatuan Sepakraga yang akan dihadiri oleh klub bonden sebagai Indonesia untuk mengimbangi NIVB
- penyelenggaraan konferensi ditetapkan pada 19 April 1930 dengan mengundang klub dan bonden dari Jawa saja karena waktu yang sudah mendesak.
(bersambung)
Foto:
Koran Bintang Mataram edisi 22-24 April 1930 tentang hasil kongres sepakbola yang melahirkan PSSI di Jogja.
Keterangan:
Sebutan konferensi merupakan rencana awal agenda pertemuan bonden sepakbola. Tetapi pasca konferensi dan melahirkan PSSI, pertemuan konferensi itu disebut dengan Kongres PSSI I.






MAGELANG TEMPO DOELOE:
RIWAYAT PERSEPAKBOLAAN, LEBIH DARI 100 TAHUN 'MENENDANG' BOLA (1911-2019)
(bagian 11)
PINJAM UANG & BOLOS SEKOLAH UNTUK HADIRI KONGRES SEPAKBOLA 1930
Erents Alberth Mangindaan atau EA Mangindaan barangkali tidak akan menyangka akan jalan kehidupannya. Siapa sangka, dunia yang digelutinya jauh berbeda dengan jalur pendidikan yang dia tempuh.
Sebagai siswa HKS (Hoge Kweekschool voor Inlander Ambtenaren) di Magelang, lelaki muda kelahiran Minahasa 22 Oktober 1910 ini justru harus terjun ke kancah perjuangan melalui sepakbola. HKS adalah sebuah sekolah bagi calon guru untuk kaum pribumi, sekolah di Magelang ini merupakan pindahan dari sekolah serupa di Surakarta pada tahun 1875.
Siswa-siswanya berasal dari kalangan anak-anak priyayi dan bangsawan dari berbagai penjuru.
Di HKS selain mempelajari pelajaran sekolah juga terdapat perkumpulan olahraga, salah satunya adalah sepakbola. Karena itu disebut dengan perkumpulan sepakbola HKS.
Bahkan Mangindaan dipilih sebagai kapten kesebelasan HKS.
Sekitar pertengahan April 1930, Sudiro memerintahkan diri Mangindaan untuk menghadiri pertemuan konferensi Voetbal Bond (perserikatan sepakbola) di Jogja. Sudiro memerintahkan Mangindaan karena ketua IVBM yang bernama Wihardjo tidak bisa hadir karena tidak punya ongkos untuk berangkat ke Jogja.
Sudiro menerima undangan untuk menghadiri acara kongres sepakbola di Jogja yang kebetulan panitianya memiliki hubungan baik dengan Sudiro.
Karena acara tersebut berkaitan dengan sepakbola maka Sudiro menghubungi Wihardjo selaku ketua IVBM.
Sudiro adalah ketua Indonesia Muda yang tinggal di Magelang. Indonesia Muda adalah organisasi fusi dari organisasi kepemudaan yang hadir di acara Kongres Pemuda II di Jakarta (28 Oktober 1928) dimana di kongres itu menghasilkan keputusan berupa fusi semua organisasi pemuda menjadi Indonesia Muda, lagu Indonesia Raya sebagai lagu kebangsaan dan Sumpah Pemuda.
Sedangkan IVBM adalah Indonesische Voetbal Bond Magelang atau Perserikatan Sepakbola Indonesia Magelang yang dibentuk oleh Wihardjo bersama 4 perkumpulan sepakbola di Magelang yaitu HKS, MOSVIA, Amongrogo dan Starmvogels.
MOSVIA adalah sekolah bagi calon pangreh praja untuk kaum pribumi. Amongrogo adalah klub sepakbola asli Magelang. Sedangkan Starmvogels adalah klub sepakbola milik Belanda tetapi mau bergabung membentuk IVBM.
Mangindaan tak bisa menolak, pemuda 20 tahun ini tetap harus berangkat mengingat keberangkatannya atas perintah ketua Indonesia Muda Sudiro dan kondisi Ketua IVBM Wihardjo yang tidak bisa hadir karena terkendala oleh tidak adanya ongkos ke Jogja.
Mangindaan tak hilang akal, dia terpaksa mencari pinjaman dana. Bahkan, Mangindaan terpaksa harus membolos sekolah demi bisa menghadiri kongres sepakbola di Jogja tersebut.
Rencananya, kongres sepakbola tersebut akan dilaksanakan pada 19 April 1930 di Societeit Hande Prodjo Jogjakarta dengan dihadiri oleh perwakilan perserikatan sepakbola (Voetbal Bond) dari berbagai kota. Kelak, di kongres ini PSSI lahir.
Barangkali Mangindaan tak pernah menyangka, jika apa yang kemudian terjadi di Jogja menjadi catatan sejarah terpenting dalam khazanah sepakbola nasional. Dan karena ini pula, namanya tercatat dengan tinta emas dalam sejarah terbentuknya PSSI.
(bersambung)
Foto:
Berita di surat kabar Bintang Mataram edisi 22-24 April 1930 tentang liputan kongres sepakbola yang melahirkan PSSI.
Keterangan:
- Gedung MOSVIA kini menjadi Polres Magelang Kota di Jl. Aloon-aloon Selatan
- Gedung HKS kini jadi Dinas Kependudukan dan catatan sipil Kab. Magelang di Jl. Yos Sudarso
- Kelak, Sudiro menjabat sebagai walikota di Jakarta.


MAGELANG TEMPO DOELOE:
RIWAYAT SEPAKBOLA, LEBIH DARI 100 TAHUN 'MENENDANG' BOLA (1911-2019)
(bagian 10)
SEPAKBOLA MAGELANG DALAM CATATAN PERS 1912-1934
Cukup sedikit persuratkabaran di era tahun 1911-1934 koran dan majalah yang memberitakan tentang persepakbolaan di Magelang. Terlebih cukup kesulitan untuk menterjemahkan mengingat mayoritas koran dan majalah tersebut berbahasa Belanda.

Majalah yang paling tua memuat berita tersebut adalah DE REVUE DER SPORTEN edisi 1 Maret 1911 tentang klub sepakbola militer "de Zwaluwen". Majalah khusus memberitakan olahraga ini diterbitkan di Amsterdam Belanda dengan harga langganan f 5.50 per tahun.
Berikutnya adalah koran PREANGERBODE edisi 26 Agustus 1921 yang memberitakan tentang MAGELANGSCHE VOETBAL BOND (MVB). Koran ini terbit di Bandung dengan alamat Grooteweg 54-56.
BATAVIAASCH NIEUWSBLAD edisi 2 Desember 1925 memberitakan tentang pertandingan antara klub sepakbola E. D. O. melawan Het Roode Kruis yang berakhir dengan skor 1-0 untuk E. D. O.
Masih di koran terbitan Amsterdam Belanda ini, memberitakan tentang penggalangan dana untuk sebuah kegiatan di Wonosobo. Koran edisi 26 Desember 1924 mencatat donasi dari MAGELANGSCHE VOETBAL BOND (MVB) sebesar f 44.30. Lembaga lain yang terlibat adalah STEUNCOMITE dari Magelang, Kediri, Pekalongan, Tanjung Pinang, Temanggung, Semarang dan Purworejo. , Asisten Residen dari Kebumen, Mojokerto, Makasar, Hollandsche Club' Singapura, dll.
INDISCHE COURANT menjadi koran terbanyak memberitakan persepakbolaan di Magelang. Koran terbitan dari NV. Mij. EExploitatie Van Den Ind. Crt. Surabaya ini merupakan koran umum, tetapi memiliki kolom-kolom artikel yang memuat olahraga baik di Eropa dan Hindia Belanda. Koran ini beredar secara luas di wilayah Surabaya dan Malang.
Di edisi 12 Februari 1926 memuat berita tentang pertemuan MAGELANG VOETBALBOND (MVB) untuk pembagian divisi sepakbola. Acara tersebut dihadiri oleh Het Roode Kruis, EDO, Vitesse dan OSVIA.
Edisi 3 Mei 1926 memberitakan tentang pertandingan sepakbola antara klub sepakbola Magelang dengan klub sepakbola dari Jogja dan Semarang.
Edisi 3 Februari 1926 memuat berita tentang pertemuan MVB untuk membagi kompetisi dalam 3 kelas.
Edisi 26 Mei 1934 memberitakan tentang pengesahan status hukum MAGELANG VOETBALBOND (MVB) dari gubernur.
Koran atau majalah era tahun 1912-1921 yang memuat berita persepakbolaan di Magelang belum diketemukan. Sehingga belum diketahui sejauh mana perkembangan sepakbola di era itu.
(bersambung)



MAGELANG TEMPO DOELOE:
RIWAYAT PERSEPAKBOLAAN, LEBIH DARI 100 TAHUN 'MENENDANG' BOLA (1911-2019)
(bagian 9)
PPSM DALAM CATATAN PERS 1932-1951
Salah satu sumber yang bisa dipergunakan untuk melacak jejak suatu peristiwa adalah pemberitaan di surat kabar. Pemberitaan di koran atau majalah bisa masuk ke dalam kategori sumber primer, yaitu sumber yang sejaman dengan peristiwa/saksi sejarah saat peristiwa itu terjadi.
Koran dan majalah berikut menyajikan data-data pertandingan yang pernah dilakukan oleh PPSM dalam kurun waktu tahun 1932 hingga 1951. Data ini berdasarkan pemberitaan di koran dan majalah yang sejaman dengan saat peristiwa itu terjadi.
Jika dalam Kongres PSSI tahun 1930 terdapat nama IVBM (Indonesische Voetbal Bond Magelang), maka di koran dan majalah tersebut tertulis tentang PPSM. Belum diketahui sejak mulai kapan perubahan nama dari IVBM menjadi PPSM.
Berikut ini pemberitaan di koran-koran, selengkapnya sebagai berikut:
Di koran 'Fikiran Rakjat' edisi Oktober 1932 memuat sebuah artikel berjudul ''Pers dan Pergerakan" yang berisi tentang pentingnya pers di masa pergerakan nasional.
Majalah 'Panjebar Semangat' edisi 14 Oktober 1939 pada kolom Sport lan Spel yang memuat berita pertandingan sepakbola yang digelar oleh PSSI (Persatuan Sepakraga Seluruh Indonesia) antara PSIM Djogjakarta dengan PPSM Magelang dengan skor akhir 8-1.
Di majalah 'Panjebar Semangat' edisi 31 Oktober 1940 di kolom Sport lan Spel yang berisi tentang pertandingan amal yang diikuti oleh beberapa klub sepakbola, namun fokus pada militer Purworejo vs Magelang dengan skor 2-1.
Majalah 'Panjebar Semangat' edisi 31 Agustus 1940 di kolom Sport lan Spel yang berisi pertandingan anggota PSSI di Jawa Tengah antara tim Ambarawa vs Magelang dengan skor 0-0.
Majalah 'Panjebar Semangat' edisi 1 Juni 1940 di kolom Sport lan Spel yang memuat berita tentang keputusan Kongres PSSI tentang pembagian grup. Di mana grup ketiga berisi perkumpulan sepakbola dari Mataram (Djogjakarta), Magelang dan Ambarawa.
Di edisi 8 Juni 1940 di kolom Sport lan Spel memuat berita tentang pembentukan pengurus PSSI.
Selain majalah lokal, sumber primer juga bisa di dapatkan dari koran-koran terbitan Belanda diantaranya sebagai berikut:
Koran 'De Locomotief' edisi 29 Agustus 1951 di kolom Sport Niuwes berisi tentang jadwal pertandingan antara IBS vs PPSM MAGELANG pada 31 Agustus 1951 dan PPSM MAGELANG vs PERSIS SOLO pada 2 September 1951.
Koran 'De Locomotief' edisi 24 September 1951 yang berisi tentang hasil pertandingan antara PERSIS SOLO vs PPSM MAGELANG yang digelar oleh PSSI.
De Locomotief edisi 8 September 1951 berisi tentang pertandingan ujicoba PPSM MAGELANG dengan perkumpulan sepakbola yang ada di Jawa Tengah yakni ORION JOGJA dan UNION SEMARANG.
De Locomotief edisi 4 Juli 1953 berisi tentang pertandingan antara PERSIS SOLO vs PPSM MAGELANG di Solo dengan skor 3-0 untuk PERSIS SOLO.
De Locomotief edisi 4 Desember 1953 berisi tentang turnamen sepakbola bertajuk Surya Kampion dimana di puncak partai final, PPSM MAGELANG kalah 0-3 dari TNH.
Koran De Sumatra edisi 12 April 1951 di kolom Sport berisi tentang pertandingan antara PSIM vs PPSM MAGELANG dengan skor 3-0 untuk PSIM Djogjakarta.
(bersambung)
Sumber:
- INDONESISCHE VOETBAL BOND MAGELANG (IVBM): 1925-1942. Eko Rahmad Ramadhana. E-joernal Pendidikan Sejarah, jurusan pendidikan sejarah, FISH Universitas Negeri Surabaya.


MAGELANG TEMPO DOELOE:
RIWAYAT PERSEPAKBOLAAN, LEBIH DARI 100 TAHUN 'MENENDANG' BOLA (1911-2019)
(bagian 8).
STADION TIDAR & ABU BAKRIN
Stadion Tidar menjadi satu-satunya stadion yang "representatif" digunakan untuk pertandingan sepakbola di Magelang di tahun 1950-an. Meskipun di kota kecil ini juga ada beberapa lapangan yang bisa dipergunakan untuk pertandingan, misalnya di lapangan tangsi militer (kini Rindam IV), lapangan Candi Nambangan dan lapangan Kramat. Ketiga lapangan ini tidak memiliki tribun penonton sebagaimana di Stadion Tidar sehingga kurang representatif.
Tribun penonton di Stadion Tidar berupa gundukan tanah yang lebih tinggi dari lapangan bolanya. Meskipun tidak ada bangku penonton tetapi penonton bisa duduk atau berdiri di tribun tersebut untuk menikmati pertandingan.
Di sekeliling tribun utara dan barat di tanam pohon-pohon untuk menjadi perindang ketika pertandingan digelar. Konon, keliling stadion diberi pagar bambu untuk pengamanan saat pertandingan digelar.
Baru pada tahun 1973-1976 dilakukan pemugaran stadion agar menjadi lebih baik. Pemugaran mulai 1 Juli 1973 dan selesai pada 30 November 1976.
Pemugaran diantaranya adalah membuat tembok keliling stadion, membuat tribun penonton di sisi barat dan timur, merehab kondisi lapangan dengan membuat sistem sanitasi, membuat track lintasan lari, membuat ruang ganti pemain, dll. Khusus untuk tribun barat dan timur dibuatkan emplasemen agar penonton nyaman dan terlindung dari panas dan hujan.
Pintu masuk penonton pun di tambah. Tercatat ada 1 pintu masuk utama di tribun barat dan 4 pintu masuk tambahan di pojok-pojok stadion.
Hal ini dilakukan agar Stadion Tidar menjadi representatif untuk menggelar pertandingan besar.
Pada 11 Agustus 1977, dilakukan peresmian stadion oleh Pangdam VII Diponegoro Mayjen. Jasir Hadibroto dan diberi nama "Stadion Abu Bakrin". Nama Abu Bakrin dipilih sebagai penghargaan kepada Abu Bakrin (direktur Patal Secang) yang meninggal pada 23 September 1973 sewaktu bermain tenis. Kebetulan, Abu Bakrin adalah seorang perwira militer berpangkat kolonel yang dipercaya untuk menduduki sebagai orang nomor satu di pabrik pemintalan tersebut. Abu Bakrin di makamkan di Taman Makam Pahlawan (TMP) Prawiro Rekso Negoro Pekalongan.
Pada akhir 1976, setahun setelah tampil di Kejurnas PSSI 1975, PPSM Magelang menyelenggarakan sebuah turnamen segitiga. Tiga tim ikut ambil bagian, Persema Malang dan Persib Bandung "B" jadi dua tim undangan selain tentunya tuan rumah PPSM Magelang. Turnamen digelar selama tiga hari penuh sejak tanggal 24 hingga 26 Desember 1976 dengan tajuk 'Piala Abu Bakrin'.
Nama 'Piala Abu Bakrin' sendiri dipilih bukan tanpa 73 (dua tahun sebelum PPSM berhasil tampil di puncak tertinggi kompetisi nasional) sang tokoh sudah terlebih dahulu menghadap Yang Maha Kuasa. Sehingga pada saat itu, sangatlah pantas kiranya memberikan penghormatan bagi H. Abu Bakrin melalui sebuah turnamen yang memakai nama beliau.
Stadion Abu Bakrin menjadi basecamp beberapa klub bola di Magelang di jamannya, baik yang terlibat di perserikatan (PPSM) atau Galatama (Tidar Sakti).
(bersambung)

MAGELANG TEMPO DOELOE:
RIWAYAT PERSEPAKBOLAAN, LEBIH DARI 100 TAHUN 'MENENDANG' BOLA (1911-2019)
(bagian 4).
AJAX & MAGELANGSCHE VOETBAL BOND (MVB)
Mengutip dari koran De Revue der Sporten edisi tahun 1912 menyebutkan jika di Magelang pada tahun tersebut sudah ada klub sepakbola bernama AJAX. Tentu saja, sudah dapat diduga jika klub ini berdiri sebelum tahun tersebut.
Klub Sepakbola "AJAX" Magelang ini merupakan Juara se-Jawa bagian tengah pada tahun 1912. Klub sepakbola "Ajax" merupakan klub sepakbola dari kalangan militer di Magelang. Hal ini sangat menarik mengingat di tahun tersebut masih sedikit klub sepakbola. Saat itu, di Magelang terdapat klub sepakbola lain yang bernama De Zwaluwen dan NIS di Muntilan.
Pada waktu-waktu berikutnya, tumbuhlah klub-klub sepakbola di kota ini. Misalnya ada Roode Kruis (Palang Merah), E. D. O., Vitesse, OSVIA, dll. Mengutip dari koran berjudul PREANGERBODE edisi 26 Agustus 1921, memberitakan bahwa di Magelang dibentuk sebuah komisi untuk pendirian persatuan sepak bola Magelang atau MAGELANGSCHE VOETBAL BOND (MVB). Nantinya MVB ini yang akan menjadi induk dari berbagai perkumpulan sepakbola di wilayah Magelang.
Dalam kepengurusan sementara, posisi ditempati oleh antara lain: Mayor Draaier, yang sudah tidak asing lagi di bidang sepak bola.
Pada Minggu lalu diadakan pertandingan-pertandingan latihan untuk menilai kualitas permainan dari kesebelasan-kesebelasan yang ada. Untuk level permainan kelas satu masih jauh dari harapan, tetapi dari pertandingan-pertandingan yang sudah dimainkan, permainan dari M.V.V (para opsir) masih yang terbaik.
Pihak koresponden koran tersebut berharap dapat memberikan gambaran umum pertandingan-pertandingan yang sudah dimainkan secara teratur.
Koran INDISCHE COURANT edisi 3 Februari 1926 memberitakan soal rencana pertemuan tahunan dari MVB.
Pertemuan tahunan persatuan sepak bola Magelang atau MAGELANGSCHE VOETBAL BOND (MVB), sebagaimana informasi yang berhasil dikumpulkan bahwa akan diadakan di ruangan pertunjukan milik perhimpunan militer di Magelang pada hari Rabu dalam sepuluh hari terakhir.
Agenda-agenda pertemuan tersebut sudah disusun dan mencantumkan poin-poin tambahan sebagai berikut:
Laporan keuangan tahun 1925
- Usulan/proposal hingga penyerahan berbagai perubahan pada peraturan-peraturan di dalam MAGELANGSCHE VOETBAL BOND atau M.V.B.
- Usulan untuk diadakan kompetisi kelas tiga di waktu yang akan datang.
- Mengusulkan afiliasi dari perserikatan-perserikatan sepak bola yang ada.
- Usulan
A. Pengajuan permohonan hak pribadi para pemain.
B. Berafiliasi dengan N.I.V.B (Nederlands Indiesche Voetbal Bond atau Perserikatan Sepakbola Hindia Belanda)
Usulan agar pengurus-pengurus perkumpulan sepakbola di Semarang dan Jogja untuk mengirimkan klub sepakbola perwakilannya di Magelang untuk mengikuti putaran kompetisi Jawa Tengah yang akan dimainkan pada tanggal 22, 23, dan 24 Mei 1926 yang akan datang.
Selain itu dalam pertemuan tersebut juga diadakan penyerahanan jabatan kepengurusan secara reglementer dari pengurus persatuan, komisi keuangan, komisi wasit, komisi kesebelasan dan pimpinan kompetisi, untuk kemudian memilih fungsionaris pengurus yang baru.
(bersambung)
Sumber:
- koran PREANGERBODE 26 Agustus 1921
- koran INDISCHE COURANT 3 Februari 1926
- diterjemahkan secara bebas oleh mbak Nara
MAGELANG TEMPO DOELOE:
RIWAYAT PERSEPAKBOLAAN, LEBIH DARI 100 TAHUN 'MENENDANG' BOLA (1911-2019)
(bagian 3)
PERTANDINGAN ANTAR KOTA
Persepakbolaan di Magelang begitu menarik. Tidak hanya bertanding antar klub se-Magelang saja tetapi juga melawan dengan klub dari kota lain.
Dikutip dari sebuah koran berjudul INDISCHE COURANT tertanggal 3 Mei 1926 tentang pertandingan antara klub Magelang dengan Semarang.
Pertandingan di Magelang dilakukan pada hari Sabtu di Lapangan Gedjoeron atau Kejuron (kini lapangan Kwarasan Cacaban) dimainkan pertandingan kompetisi tingkat Jawa Tengah antara Magelang melawan tim VSO Semarang. Pertandingan ini berakhir dengan skor kemenangan 1-0 untuk tim Semarang.
Namun kemenangan tipis Semarang atas Magelang itu digambarkan jika sesungguhnya kesebelasan Magelang memiliki rasio pertandingan yang lebih baik dari awal sampai akhir pertandingan. Bahkan tim Magelang mampu menyuguhkan pertandingan secara fair dan dimainkan dengan baik.
Sebelum masa jeda babak pertama, Magelang membuat kesalahan, setidaknya kesalahan dibuat oleh empat orang pemain. Pemain kanan dalam kesebelasan Magelang ternyata mendapat pengawalan ketat oleh penjagaan dari Galstaun (pemain VSO Semarang). Oleh karena penjagaan ini, pencetak gol terkenal itu tak mampu melepaskan tendangan karena pergerakannya sudah terbaca dengan mudah.
Permainan dari kesebelasan V.S.O Semarang sangat mengecewakan. Tim ini memainkan pertandingan yang buruk dalam pertandingan antar kota yang diselenggarakan oleh NIVB itu. Awalnya diperkirakan kegagalan kemenangan akan menimpa tim V.S.O Semarang.
Bisa disebutkan jika permainan tim Magelang berjalan dengan fair, sedangkan permainan tim Semarang tidak bisa dikatakan demikian. Kesebelasan Semarang terhitung buruk karena mendapatkan peringatan keenam atas permainan kasar yang terpaksa diterima oleh kesebelasan Magelang. Pemberian peringatan hingga 6 kali ini, cukup menggambarkan bagaimana pertandingan dimainkan.
Satu-satunya gol yang tercipta dalam pertandingan ini sebelum jeda pertandingan, tercipta oleh bunuh diri pemain belakang Magelang.
Sesaat sebelum pertandingan dimulai, hujan turun yang mengakibatkan permukaan lapangan menjadi licin karena banyak air di rumput dan para pemain tidak terbiasa sehingga membuat permainan menjadi menurun karena dipengaruhi arena pertandingan yang begitu licin.
Karena alasan ini, diputuskan untuk mengevaluasi permainan dan membuat laporan secara reguler. Pada umumnya, kesebelasan Magelang sebenarnya tidak pantas kalah dari VSO Semarang. Kemenangan kesebelasan V.S.O karena memilih bertahan dan sangat kasar saat pertandingan.
Dan kekalahan yang diterima oleh kesebelasan Magelang dari VSO Semarang ini tidak sepantasnya dan bisa menjadikan pelajaran untuk bertanding lebih baik lagi.
Wasit Moltyosky yang memimpin pertandingan, seperti biasanya, melakukan tugasnya dengan luar biasa.
(bersambung)
=====
Keterangan foto:
- Lapangan Kwarasan sesudah dibangun menjadi Perumahan Kwarasan sekitar tahun 1937. Dulu, kawasan ini merupakan Lapangan Gedjoeron atau Kejuron yang dipergunakan sebagai lapangan pertandingan sepakbola.
Sumber:
- Indiesche Courant 3 Mei 1926
- foto: Local Technik
- diterjemahkan secara bebas oleh mbak Nara.








No comments:

Post a Comment