Empat anak dari sister boarding school di Mendoet bermain pasaran
c.1930
📷:KITLV 34048
.... berani menjalani kehidupan, adalah sebuah konsekuensi untuk ikut membangun sebuah peradaban yang lebih bertanggung jawab ...
PANEMBAHAN SENOPATI
PENDIRI KERAJAAN MATARAM ISLAM
" Ki Ageng Juru Mertani menghadap Sultan Hadiwijaya di kraton Pajang untuk mengabarkan perihal wafatnya Ki Ageng Pemanahan, serta memohon perintah siapa yang berhak menggantikan kedudukan Ki Ageng Mataram. Sultan Hadiwijaya memberikan perintah kepada Ki Juru Mertani untuk disampaikan kepada Danang Sutawijaya bahwa Beliau mengangkat nya sebagai Senapati Ing Alaga. Dan menggantikan kedudukan Ki Ageng Pemanahan sebagai Penguasa Perdikan Mataram selanjutnya "
Danang Sutawijaya terlahir dengan nama Raden Bagus Srubut atau Raden Danar Atau Raden Danang. Beliau adalah putra dari Ki Ageng Pemanahan dan Nyai Ageng Sabinah.
Silsilah Danang Sutawijaya dari kedua orangtuanya sbb:
1. Dari sisi Ki Ageng Pemanahan.
Prabu Brawijaya V Raja Majapahit VII menikah dengan Wandansari menurunkan Raden Bondhan Kajawan. Raden Bondhan Kajawan menikah dengan Dewi Nawangsih, putri Ki Ageng Tarub II menurunkan Ki Getas Pandowo. Ki Getas Pandowo menikah dengan putri Sunan Mojogung melahirkan Ki Ageng Selo. Ki Ageng Selo menikah dengan putri Ki Ageng Wonosobo menurunkan Ki Ageng Henis. Ki Ageng Henis menikah dengan Nyai Ageng Henis menurunkan Ki Ageng Pemanahan. Ki Ageng Pemanahan menikah dengan Nyai Ageng Sabinah menurunkan Danang Sutawijaya.
2. Dari sisi Nyai Ageng Sabinah
Sunan Giri Prabhu Satmoto menikah dengan Nyai Ageng Ratu putri Sunan Ngampeldento menurunkan Sunan Giri II. Sunan Giri II atau Sunan Giri Dalem menurunkan Ki Ageng Kawisguwo. Ki Ageng Kawisguwo atau Pangeran Sobo menikah dengan Nyai Ageng Sobo putri Ki Ageng Selo dari garwa putri Ki Ageng Wonosobo menurunkan :
1. Nyai Ageng Sabinah.
2. Ki Ageng Juru Mertani
Danang Sutawijaya sejak muda sudah terlihat mewarisi sifat sifat luhur pendahulunya. Beliau memiliki sifat ksatria, pemberani, dan jiwa pemimpin, tekun semedi, gemar mempelajari dan berlatih ilmu kanuragan dan ilmu perang. Dan ahli dalam berkuda. Danang sejak muda sudah memiliki aura kharismatik. Dan bukan tidak mungkin Beliau adalah seseorang yang kelak akan mewujudkan impian leluhurnya ( Ki Ageng Selo ) menjadi Penguasa di Tanah Jawa.
Demikian kenyataannya, takdir membawanya terpilih menjadi putra angkat Sultan Hadiwijaya Raja Pajang, dengan nama Danang Sutawijaya dan Sultan Hadiwijaya berkenan memberi tempat tinggal di sebelah utara pasar kemudian kelak Danang Sutawijaya mendapat julukan Raden Ngabehi Sak Loring Pasar.
Sejarah awal berdirinya Kerajaan Mataram dimulai dengan terbunuhnya Pangeran Hadlirin suami Kanjeng Ratu Kalinyamat oleh Haryo Penangsang
Pada tahun 1548 Sultan Hadiwijaya Raja Pajang berangkat menengok kakak iparnya yaitu Kanjeng Ratu Kalinyamat yang baru saja berduka kehilangan suaminya yang wafat terbunuh oleh Haryo Penangsang. Di daerah Kalinyamat, Ratu Kalinyamat menceritakan kejadian naas yang dialami oleh Pangeran Hadlirin . Ratu Kalinyamat meminta bantuan Sultan Hadiwijaya untuk membalaskan dendamnya kepada Haryo Penangsang yang menyebabkan kematian suaminya.
Pada tahun 1549 Sultan Hadiwijaya mengadakan sayembara kepada siapapun yang berhasil menundukkan Haryo Penangsang akan mendapatkan hadiah Tanah Perdikan. Sayembara akhirnya jatuh kepada Ki Ageng Pemanahan dan saudara saudaranya Ki Juru Mertani juga Raden Penjawi.
Ketika rombongan Ki Ageng Pemanahan akan berangkat ke medan laga, tiba tiba Danang Sutawijaya dengan berkuda tampil mendampingi Bapaknya, Ki Ageng Pemanahan. Beliau tidak tega Bapaknya berangkat ke medan laga sendiri disamping itu beliau sebagai putra angkat Raja Pajang merasa terpanggil untuk membela negerinya. Hingga akhirnya Prabu Hadiwijaya memerintahkan para prajuritnya untuk membantu Danang Sutawijaya. Singkat cerita akhirnya Ki Ageng Pemanahan berhasil membuat kocar kacir pasukan musuh, bahkan berkat kecerdikan Ki Ageng Jurumertani akhirnya Danang Sutawijaya berhasil menundukkan Haryo Penangsang.
Demikianlah akhirnya Ki Ageng Pemanahan dan saudara saudaranya berhasil menyelesaikan perintah dari Sultan Hadiwijaya, tetapi Sultan Hadiwijaya belum berkenan untuk memberikan hadiah untuk Ki Ageng Pemanahan yaitu Tanah Mentaok, karena ramalan dari Kangjeng Sunan Giri Prapen bahwa di Alas Mentaok kelak berdiri sebuah Kerajaan yang lebih mulia daripada Kerajaan Pajang. Sementara itu Raden Pendjawi mendapat Tanah Pathi sebagai ganjarannya.
Ketika Ki Ageng Pemanahan menghadap Sunan Kalijaga, beliau malah diperintahkan untuk bertapa dan laku prihatin ke daerah yang kemudian disebut " Kembang Semampir " hingga akhirnya beliau mendapat " Wahyu Gagak Emprit "
Akhirnya tujuh tahun kemudian pada tahun 1556 Masehi, Sultan Hadiwijaya berkenan memberikan Alas Mentaok kepada Ki Ageng Pemanahan. Kemudian Ki Ageng Pemanahan dan keluarga besarnya dan pendukung setianya berangkat ke Alas Mentaok. Dan membuka Alas Mentaok untuk tempat tinggal beliau dan keluarga besarnya, daerah tersebut kemudian dinamakan Perdikan Mataram dan Ki Ageng Pemanahan sebagai sesepuhnya dengan julukan Ki Ageng Mataram. Ki Ageng Pemanahan wafat tahun 1575 Masehi, dimakamkan di Dalem beliau di samping Masjid di Kotagedhe.
Sepeninggal Ki Ageng Pemanahan , Danang Sutawijaya menggantikan kedudukan beliau dengan nama Adipati ing Ngalaga dan harus setia kepada Kerajaan Pajang. Sementara itu Danang Sutawijaya berkeinginan melepaskan diri dari Kerajaan Pajang dan berkeinginan mendirikan sebuah Kerajaan. Oleh Ki Ageng Juru Mertani, paman beliau, Danang Sutawijaya diberi wejangan dan nasehat serta peringatan kepada Panembahan Senopati untuk tidak pernah memusuhi Sultan Hadiwijaya :
“ Ngger janganlah kamu memusuhi Sultan Hadiwijaya yang tak lain adalah orangtuamu dan juga gurumu, Aku malu karena kita yang berada di Perdikan Mataram sepertinya tidak tahu membalas budi baiknya. Bukankah kita telah diberi tanah dan wilayah untuk kita tempati dan kita bangun oleh Beliau? Aku minta Ngger, lebih baik sekarang mintalah dan berdoalah kepada Allah jikalau Sultan Hadiwijaya wafat Angger bisa menggantikan Keratonnya.Tapi sekarang jangan sekali kali memusuhi Beliau,justru sebaliknya balaslah kebaikannya supaya batinnya rela jika Angger kelak menggantikannya sebagai Raja.”
Dan atas saran Ki Ageng Juru Mertani, berangkatlah Danang Sutawijaya ke suatu tempat untuk menenangkan pikiran dan berdoa kepada Allah. Dimana ditempat itu ada semacam danau yang tengahnya ada Watu Gilang. Di Watu Gilang itulah Danang Sutawijaya bersemedi, sholat bahkan tidur. Kelak daerah tersebut dinamakan Lipuro berasal dari kata penglipur lara. Dan kelak Watu Gilang tersebut dibawa ke Keraton Kotagede sebagai Palenggahan Beliau.
Pada tahun 1582 Masehi Sultan Hadiwijaya wafat. Sebagai Raja Pajang selanjutnya adalah menantu Sultan Hadiwijaya yaitu Arya Pangiri. Sementara Sultan Hadiwijaya memiliki seorang putra yaitu Pangeran Benowo yg berhak menggantikan Sultan Hadiwijaya. Demi melihat kondisi Keraton Pajang yang tidak stabil, Danang Sutawijaya akhirnya bertekad melepaskan diri dari ikatan Keraton Pajang dan mendirikan kerajaan baru.
Pada awalnya Beliau akan membangun Kedaton pusat pemerintahan di daerah dekat daerah kekuasaan Ki Ageng Mangir tetapi dilarang oleh Ki Juru Mertani.
Kemudian pada suatu hari disaat Danang Sutawijaya sedang di Lipura untuk bermunajad dan berdoa kepada Allah tiba tiba ada sebuah sinar terang jatuh menuju kearahnya hingga ada sebuah bisikan untuk mendirikan Keraton Mataram di Kotagedhe. Kejadian tersebut kemudian dinamakan “Wahyu Lintang Jauhari “
Danang Sutawijaya akhirnya mendirikan kerajaan yang bernama Mataram dengan pusat pemerintahan di Kotagedhe
Upacara pelantikan Sutawijaya menjadi Penguasa Mataram yang dilakukan oleh Ki Penjawi yang disaksikan oleh kawula Mataram. Pelantikan dilakukan pada tahun Jimawal sinengkalan Nawa Purna Tataning Rat atau jika dikonversikan kedalam tahun Masehi berarti 1587 Masehi.
gelar :
" Sampeyan Dalem Ingkang Jumeneng Kangjeng Panembahan Senapati ing Ngalaga Sayidin Panatagama Khalifatullah ing Tanah Jawa "
Pada masa pemerintahannya Panembahan Senopati memperluas daerah kekuasaan dan menaklukkan kerajaan kerajaan maupun Kadipaten disekitarnya seperti Pajang tahun 1587, Demak tahun 1588, Madiun tahun 1590, Kediri tahun 1591, Ponorogo tahun 1591.
Panembahan Senopati memiliki beberapa istri
1. Nyai Adisara
2. Kanjeng Ratu Mas Semangkin
3. Kanjeng Ratu Mas Prihatin
4. Kangjeng Ratu Waskita Jawi
5. Kangjeng Ratu Giring
6. Kangjeng Ratu Retno Dumilah
7. Nyai Bramit
8. Nyai Riyo Suwanda
Para putra:
1. Raden Ronggo, Pangeran Adipati Pati
2. RM Tembaga / Pangeran Adipati Puger, Pangeran Adipati Demak
3. RM Kedawung / Pangeran Demang Tanpa Nangkil
4. RM Damar / Pangeran Purbaya
5. RM Djulig / Raden Adipati Pringgalaya, Bupati Madiun.
6. RM Bagus / Pangeran Blitar / Panembahan Juminah, Bupati Madiun.
7. RM Kanistren / Pangeran Adipati Martalaya, Bupati Madiun
8. RM Betatat / Pangeran Jayaraga, Bupati Ponorogo
9. RM Jolang / Panembahan Cakrawati
10. Pangeran Pringgalaya
11. Pangeran Silarong
12. Raden Ayu Pembayun
13. Raden Ayu Tg Tanpa Nangkil
14. Raden Ayu Tepasana
15. Raden Ayu Wangsa Cipta / RAy Kajoran
Panembahan Senopati bertahta tahun 1586 sampai tahun 1601. Beliau adalah Pendiri sekaligus peletak nilai nilai dasar Kerajaan Mataram. Beliau wafat tanggal 30 Juli 1601 di Dalem Bale Kajenar di Kraton Karta maka kemudian beliau dijuluki Sinuwun Kangjeng Susuhunan Seda Kadjenar.
Jenasah Beliau dimakamkan di Astana Kotagedhe
Al Fatihah kagem Eyang Panembahan Senopati
Iklan sepeda motor termuat dalam harian Pikiran Rakyat edisi 31 Desember 1955 (sumber : Perpustakaan Nasional RI).
Sumber :
Denny Setiawan.
Tommy Page
Dalam kurun waktu 1988-1992, si tampan ini pernah membuat lelaki Indonesia cembokor berat gara-gara dia
Kehadirannya berbarengan hadirnya 5 personil boyband asal Boston, AS NKOTB
Foto: Seorang anak Yahudi-Jerman sedang di asuh wanita Jawa, si anak tampak sedang bermain dengan seekor ayam. Anak itu bernama Peter Keller dimana orang tuanya melarikan diri dari Jerman pada tahun 1934 (foto koleksi pribadi).
Menjelang Perang Dunia Kedua, diperkirakan sekitar tiga sampai lima ribu orang Yahudi tinggal di Hindia Belanda, sebelumnya orang Yahudi tidak diizinkan masuk oleh VOC. Orang-orang Yahudi datang dari berbagai negara. Yahudi-Belanda sebagai kelompok terbesar, tinggal di seluruh kepulauan terutama di Jawa, Sumatra dan Sulawesi.
Yahudi-Irak dikenal juga sebagai 'Yahudi-Baghdad' sebagian besar tinggal di Surabaya dan membentuk komunitas yang erat di sana. Yahudi dari Eropa Tengah dan Eropa Timur juga menetap di Hindia. Belakangan, beberapa ratus pengungsi Yahudi dari negara-negara seperti Jerman, Austria dan Palestina bergabung. Alasan pergi ke Hindia sering kali sama seperti orang Yahudi dan non-Yahudi lainnya: peluang karir yang ditawarkan koloni pada saat pekerjaan langka di Eropa.
Apakah ini bagian dari jejak arkeologi nusantara ato tatanan baru masyarakat sekitar
Lokasi Gunung Tumpang, Gedangsari
Dimana terlihat seperti batu kursi 4 sisi, batu lumpang, batu yg tersusun rapi dengan tangga batu dari berbagai arah berlainan
Oleh : Kandang Kebo
suasana iring2an pemakaman melewati perempatan Tugu Jogja, mungkin sekitar tahun 70 an awal.
.
📸 Rully Novianto
Sultan Muhammad Syah dari Aceh
( Sultan Alauddin Muhammad Da'ud Syah I )
Lahir : ?
Sultan Aceh Darussalam ke - 31 : 1823 - 1838 M
Orang Tua : ♂️Sultan Alauddin Jauhar al-Alam.
Saudara : ♂️ Sultan Alauddin Ali Ibrahim Mansur Syah, ♂️Tuanku Abbas, ♂️Tuanku Ibrahim , ♀️Putri Binen, ♀️Putri Chik.
Anak : ♂️Sultan Sulaiman Syah.
Wafat : tahun 1838 M
Makam : Makam Raja Aceh - Bugis, No., Jl. Sultan Mahmudsyah No.10, Peuniti, Kec. Baiturrahman, Kota Banda Aceh, Aceh 23116.
Keterangan :
Sultan Muhammad Syah merupakan sultan ketiga puluh satu kesultanan Aceh antara tahun 1823-1838. Dia juga dikenal sebagai Sultan Alauddin Muhammad Daud Syah I dan merupakan penguasa keenam dari dinasti Bugis.
Sultan tua Alauddin Jauhar ul-Alam Syah telah memimpin pemerintahan bergolak dan tidak diakui di seluruh Aceh pada saat kematiannya pada bulan Desember 1823. Saking lemahnya ia bahkan tidak mampu mengendalikan pemerintahan Bandar Aceh. Pada saat kematiannya ia meninggalkan enam anak, dua orang lahir permaisuri utama Puteri Siharibulan dan empat lainnya dari isterinya yang lain.
Sebenarnya dalam wasiat (sarakata) sebelum kematiannya ia telah menunjuk seorang putera yang bernama Abdul Muhammad sebagai pengganti. Namun titah ini tidak diterima oleh Panglima Polem yang memimpin daerah XXII Mukim, salah satu dari tiga wilayah sagi utama Aceh.
Keengganan Inggris mencampuri urusan internal Aceh tidak terlepas dari mentaati butir-butir Traktat London antara Belanda dan Britania. Hal ini berkaitan dengan keseimbangan kekuasaan di Eropa, dimana Inggris tidak ingin berseteru dengan Belanda yang mulai menancapkan pengaruh dan kekuasaan kolonialnya di Sumatera.
Selain itu juga Inggris dan Belanda berkehendak adanya jaminan keamanan bagi pelayaran kapal-kapal dagang Eropa di perairan Selat Malaka yang selama ini dikuasai bersama oleh Inggris, Belanda bersama kesultanan-kesultanan lain yang merdeka di wilayah maritim utama itu.
Perjanjian itu telah mengikat Inggris untuk mengakui kekuasaan Belanda atas beberapa bagian Sumatera sebaliknya Belanda mengakui kedaulatan Inggris di Semenanjung Malaya dan Kalimantan, lalu keduanya juga mengakui kekuasaan Aceh yang merdeka di ujung utara pulau Sumatera. Meski sebenarnya pihak resmi Aceh tidak dilibatkan dalam perjanjian ini, namun isi perjanjian telah menjamin kemerdekaan Aceh hingga tahun 1870.
Alauddin Muhammad Daud Syah digambarkan sebagai penguasa yang sangat tidak begitu energik. Dia sakit-sakitan, menghisap opium, dan kekuasaanya dijalankan sepenuhnya oleh pemerintah bayangan oleh wali nya. Meski demikian sejarah mencatat perkembangan dan kemajuan ekonomi yang cukup baik dan stabil pada masa itu.
Sebagian besar kebutuhan lada untuk pasar Eropa dan Amerika berhasil diproduksi oleh kesultanan. Pedagang-pedagang dari Inggris dan Amerika mengambil keuntungan yang cukup besar dari hubungan baik dengan kesultanan, namun Belanda akibat naik turunnya krisis dengan Aceh maupun karena ketiadaan barter ekonomi yang tepat tidak memperoleh keuntungan yang menggembirakan dari perdagangan lada di Aceh.
Sultan meninggal pada tahun 1838 mewariskan kesultanan kepada anak Tuanku Sulaiman yang masih muda. Namun kekuasaan secara de facto tetap berada di bawah lembaga perwalian yang dikuasai oleh Raja Muda Tuanku Ibrahim sampai 32 tahun berikutnya.
Oleh : Naila Syafira
Indonesia Tempoe Doeloe Pusat Dokumenter Dan Nostalgia
Potret lawas 1919
Candi Gunung Gangsir adalah sebuah candi yang dibuat pada jaman Raja Airlangga dan diteruskan sampai zaman Majapahit Era raja Hayam Wuruk sebagai Wisesapura untuk pendharmaan neneknya Gayatri Rajapatni.
Candi Gunung Gangsir merupakan candi yang unik. Karena satu-satunya candi yang menggabungkan gaya arsitektur Jawa Timuran dengan gaya ragam hias Jawa Tengahan. Dan candi ini meupakan satu-satunya candi yang menggunakan teknik cetak untuk menampilkan ragam hiasannya
Candi Ini mengalami Perusakan sangat cukup parah dampak penjarahan Emas dan Artefak di dalam sumuran Candi.Gangsir sendiri bermakna penggalian/penjarahan.
Bahkan Ketika Jepang menduduki pulau jawa Artefak dan Arca tak luput di jarah dijual untuk membiyayai perang ASIA TIMUR.
Pemberontakan Batipuh ( 1841 M )
________________________________________________
Tanggal : 1841 M
Lokasi : Pantai Barat Sumatra, Sumatera Barat.
Hasil : Kemenangan Pemerintah Hindia Belanda.
Pihak terlibat : Minangkabau, Hindia Belanda.
Tokoh dan pemimpin : Tuan Gadang Menyerah(diasingkan), Kolonel Michiels.
Keterangan :
Pemberontakan Batipuh 1841 merupakan pemberontakan bersenjata rakyat terhadap pemerintahan Hindia Belanda di Batipuh, Pantai Barat Sumatra tahun 1841 yang dipimpin oleh Tuan Gadang. Sebagai reaksi, Belanda mengirimkan pasukan di bawah pimpinan Kolonel Michiels untuk menumpasnya.
Latar belakang
Setelah berakhirnya Perang Padri, Tuan Gadang yang sebelumnya telah diangkat menjadi Regent oleh Belanda menggantikan Sultan Tangkal Alam Bagagar meminta untuk diakui sebagai Raja Pagaruyung ditolak oleh pemerintah Hindia Belanda. Ketidakpuasan ini ditambah dengan adanya perubahan administrasi di Minangkabau serta penerapan cultuurstelsel menjadi pemicu munculnya perlawanan rakyat terhadap pemerintah Hindia Belanda.
Pemberontakan ini banyak sebabnya, salah satu dari sebabnya ialah pemerintah yang sewenang-wenang dari Pemerintah Hindia Belanda yang memaksa rakyat untuk menanam kopi dengan tiada hentinya, dan menjual buahnya dengan harga yang murah.
Perlawanan rakyat
Pada tanggal 22 Februari 1841, rakyat Batipuh dipimpin oleh Tuan Gadang menganggkat senjata melawan pemerintah Hindia Belanda. Perlawanan ini terus menyebar, pada tanggal24 Februari 1841, sebuah pos garnisun tentara Hindia Belanda di Guguk Malintang, Padang Panjang diserang. Tidak ada tanda-tanda sebelumnya, seperti pengungsian wanita dan anak-anak, agitasi penduduk setempat oleh kaum paderi (ulama), pertemuan malam, dan semacamnya, selain itu pengikut paderi hanya tampak di kota. Di daerah sekitarnya, tepatnya di sebuah ngarai yang amat dalam, terdapat tangsi Belanda di Guguk Malintang yang telah diduduki Belanda, dan dari situlah urusan pemerintahan sipil diatur oleh pemerintah Belanda. Di lingkungan tangsi yang diperkuat itu, hanya ada pondokan pasukan Belanda tanpa ada amunisi, sementara di reduit (salah satu bagian benteng), hanya ada gudang mesiu, yang di situ juga banyak tersedia peluru.
Garnisun itu dipimpin oleh LetDa. JB. Banzer dan terdiri atas letnan satu intenden C. Keppel, 10 prajurit Eropa dan 35 prajurit pribumi tak berpangkat, 44 wanita dan anak-anak pribumi. Setelah terompet pagi, kegiatan harian di tangsi berlangsung seperti biasa hingga Sersan Holij menyaksikan kebakaran besar dan mendengar teriakan penduduk Padang Panjang sehingga ia melapor kepada komandan; pada saat yang sama, sersan mayor pembuat senapan Schelling tiba dan melaporkan bahwa orang-orang bersenjata yang tinggal di sekitaran benteng menyelusup, sehingga sulit bagi dirinya melarikan diri. Setelah itu masuklah sekelompok orang bersenjata sementara pada saat yang sama sekelompok orang bersenjata lengkap masuk dari gerbang yang masih terbuka. Banzer dan pasukannya memberi jalan kepada gerombolan tersebut mencapai reduit, yang karena kecilnya jumlah mereka menyebabkan amunisi yang tersimpan di kubu mudah dipertahankan, hingga munculnya bantuan dari tempat lain.
Pengepungan
2 hari kemudian, Banzer mengirim surat ke tangsi terdekat untuk meminta bantuan namun duta tersebut, prajurit Suroto dari Madura, dibunuh dan dimutilasi secara mengerikan dan mayatnya ditemukan di permukiman yang berada di depan tangsi. Pada tanggal 25 Februari, musuh melancarkan serangan dan pendudukan tersebut menimbulkan banyak kerugian. Prajurit F. Marien, Sosemito, dan SerMa J.C. Schelling terluka parah, akhirnya, dengan 4 tikaman kelewang dan tombak, dicincang secara mengerikan. Pada tanggal 27 Februari tampak bahwa akibat kelelahan, hampir tak satupun yang dapat menggunakan senapan dan Banzer memutuskan bahwa jika musuh dapat masuk benteng, ia dan serdadunya akan meledakkan diri (mati bersama lawan). Untuk itulah, Schelling yang terluka parah ditempatkan di dekat gudang mesiu untuk membakar mesiu sebagai sinyal pertama.
Pada saat itu, Schelling dan prajurit lain yang terluka setuju untuk tetap sendiri dengan melarikan diri dan musuh meledak dan kemudian diputuskan pada malam harinya untuk meninggalkan benteng dan menyelinap di sela-sela musuh atau menyerahkan hidupnya. Banzer kini meninggalkan semua kotak amunisi yang disimpan di tengah-tengah gudang dan kemudian 3 orang yang terluka parah itu ditempatkan di lantai kayu dan SerMa Schelling menjaga sumbu dan tali-temali. Prajurit tersebut, terdiri atas 2 perwira, 8 prajurit Eropa dan 19 prajurit pribumi tak berpangkat serta 44 wanita dan anak-anak menyelinap, saat hari gelap tiba di pinggiran tebing dekat benteng, dan kemudian mereka menyebar dan mencari tempat yang aman.
Begitu di luar benteng, 2 prajurit Eropa dan Letnan Keppel berpencar namun sisanya dihantam musuh, tak satupun dari 6 anak Keppel yang diketahui hidup. Bahkan kemudian, 3 orang yang terluka parah tadi melarikan diri dari benteng yang diledakkan itu, tetapi banyak juga musuh di luar. Di luar tangsi, para pekerja, wanita, dan anak-anak melarikan diri selama 2 hari 2 malam, dan diselamatkan oleh barisan yang dipimpin secara pribadi oleh Andreas Victor Michiels, yang kemudian maju ke wilayah yang bergolak itu. Atas pilihannya, Banzer dinaikkan pangkat menjadi letnan satu dan Sersan Holij menjadi letnan dua. Mereka berdua dianugerahi penghargaan untuk keberanian, kecakapan, dan kesetiaannya oleh Raja Willem II (Dekret Kerajaan tanggal 24 Februari 1842, no. 76).
Monumen
Di tengah-tengah huru-hara, sebuah monumen didirikan untuk memperingati 3 tokoh yang gugur dalam pertempuran. Mereka adalah:
JG. Schelling, sersan mayor pembuat senapan
F. Marien, prajurit Eropa
Sosemito, prajurit pribumi
Oleh : Naila Syafira
Indonesia Tempoe Doeloe Pusat Dokumenter Dan Nostalgia
●Memperlihatkan Dasar lantai Borobudur, yang saat ini sudah di timbun dan tak akan terlihat kembali,berbagai alasan mulai menjaga kontruksi Dan lain sebagainya.
●Potret Lawas Bagian kaki Borobudur yang terbuka. Difoto oleh Kassian Cephas pada tahun 1890. Kaki Borobudur yang (masih) tersembunyi yang menggambarkan Karmavibhanga terdiri dari 160 relief.
Lawang(Ke)bonyarang (Majapahit Gate) seen from the front with casing during restoration (construct the wood frame for roof)-Muktiharjo_Pati-1935
Oleh : Andre Owen
Mengenal Contingenten, Kebijakan yang Diterapkan VOC kepada Rakyat Indonesia
________________________________________________
VOC adalah kongsi dagang terbesar dari Belanda yang menguasai pusat perdagangan di wilayah Asia. Mengutip laman SMA 13 Semarang, tujuan berdirinya VOC adalah mendapatkan rempah-rempah dan menghindari persaingan tak sehat antar pedagang Belanda.
Di kala itu ada berbagai kebijakan yang dilakukan VOC, salah satunya adalah contingenten. Apa itu contingenten?
Contingenten Adalah
Mengutip buku Hukum Agraria oleh Ady Purwoto dkk, contingenten adalah kewajiban rakyat untuk membayar pajak sesuai dengan harga yang ditentukan oleh VOC. Pembayaran pajak dilakukan menggunakan hasil bumi tanpa sistem ganti rugi.
Tujuan dari contingenten adalah menambah kas keuangan VOC. Hal ini membuat penderitaan rakyat, sebab hasilnya harus sesuai dengan keinginan VOC. Pihak VOC tak segan melakukan kekerasan demi membuat rakyat Indonesia takut dan memenuhi keinginan penjajah.
VOC didirikan pada tahun 1602, kemudian bubar pada tahun 1799. Kekuasaan VOC lalu diambil alih pemerintah Republik Bataafsche di bawah kendali Prancis. Pada tahun 1808, Herman Willem Daendels diangkat menjadi gubernur jenderal untuk wilayah Indonesia. Kebijakan contingenten ini pun diteruskan olehnya.
Contingenten kemudian dihapuskan oleh Thomas Stamford Raffles (1811-1816) saat Inggris menjajah Indonesia. Dia menerapkan sistem sewa tanah untuk pemasukan kas Inggris.
Petani diberikan kebebasan untuk menanam tanaman ekspor. Sedangkan pemerintah, wajib membuat pasar untuk merangsang petani menanam tanaman ekspor yang paling menguntungkan.
Perbedaan Contingenten dan Verplichte Leveringen
Selain contingenten, ada juga kebijakan lain di bidang ekonomi yang diterapkan oleh VOC, yaitu verplichte leverenten. Dalam kebijakan ini, rakyat Indonesia harus menyerahkan hasil bumi kepada VOC dan tidak boleh menjualnya ke pihak lain.
Artinya, kebijakan ini memaksa rakyat menjual hasil buminya kepada VOC dengan harga yang telah ditetapkan VOC. Menurut buku Kreatif Tematik Tema 7 oleh Tim Tunas Karya beberapa hasil bumi yang wajib diserahkan kepada VOC adalah lada, kayu manis, beras, gula, dan hasil ternak.
Kebijakan VOC Lainnya
Ada dua kebijakan VOC lainnya yang diterapkan untuk rakyat Indonesia di bidang ekonomi. Berikut keduanya:
1. Ekstirpasi
Kebijakan ini adalah menebang kelebihan jumlah tanaman agar produksinya tidak berlebihan, sehingga harga bisa dipertahankan. Mengutip laman Kemdikbud, dalam hal ini VOC memiliki hak kekuasaan untuk menebang atau memusnahkan tanaman rempah-rempah ketika hasil produknya melebihi ketentuan.
2. Pelayaran Hongi
Menurut buku IPS untuk Kelas VII oleh Mamat Ruhimat, Nana Supriatna dan Kosim, arti sebenarnya dari hongi adalah kapal atau sejenis kora-kora. Pelayaran ini menggunakan perahu perang untuk mengawasi monopoli dagang VOC sekaligus menindak pelanggarnya. Hal ini bertujuan untuk mencegah penjualan rempah-rempah kepada orang lain, serta melaksanakan usaha ekstirpasi.
Itulah penjelasan mengenai contingenten dan perbedaannya dengan verpliche leverenten. Semoga artikel ini menambah pengetahuanmu ya.
Oleh : Naila Syafira
Indonesia Tempoe Doeloe Pusat Dokumenter Dan Nostalgia
Potret Lawas 1920
Nisan Makam Putri Cempo merupakan putri yang berasal dari Negeri Campa (Vietnam) Benarkah beliau sosok tokoh yang nyata? Atau Tokoh yang hanya Hidup di Karya SASTRA?
Menurut BPCB
Makam 'Putri Cempo' adalah nama yang diberikan oleh cerita rakyat terhadap suatu objek bernilai kepurbakalaan pada nisan berangka tahun 1330.
Indonesia Tempoe Doeloe Pusat Dokumenter Dan Nostalgia
Foto Lawas 1867
Monumen Berdirinya Kerajaan Majapahit.
●Candi Kotes mempunyai Akta kelahiran yaitu angka tahu 1222 Saka dan 1223 Saka, sehingga bangunan ini sejaman dengan masa pemerintahan Raja Raden Wijaya, raja pertama Majapahit.
●Berdasarkan prasasti Gunung Butak dari tahun 1294 Masehi, Raden Wijaya memperoleh bantuan dari orang-orang Desa Kudadu dan sekitarnya ketika menghadapi serangan Jayakatwang.
●Demikian pula ketika pasukan Raden Wijaya menyerang Jayakatwang di Kediri, mendapat bantuan dari orang-orang yang berada di daerah Kotes dan sekitarnya.
●Sebagai kewajiban yang harus dipenuhi oleh seorang raja yang telah mendapat kemenangan, biasanya ia menghadiahkan tanah kepada kepala desa berupa sima dan inilah Bangunan sebagai Monumen Raja Raden Wijaya.
●Hingga akhirnya ketika Raden Wijaya menjadi raja, ia menganugerahkan bangunan suci keagamaan yang berada di daerah Kotes sekarang.
Indonesia Tempoe Doeloe Pusat Dokumenter Dan Nostalgia
Foto Lawas 1867
Monumen Berdirinya Kerajaan Majapahit.
●Candi Kotes mempunyai Akta kelahiran yaitu angka tahu 1222 Saka dan 1223 Saka, sehingga bangunan ini sejaman dengan masa pemerintahan Raja Raden Wijaya, raja pertama Majapahit.
●Berdasarkan prasasti Gunung Butak dari tahun 1294 Masehi, Raden Wijaya memperoleh bantuan dari orang-orang Desa Kudadu dan sekitarnya ketika menghadapi serangan Jayakatwang.
●Demikian pula ketika pasukan Raden Wijaya menyerang Jayakatwang di Kediri, mendapat bantuan dari orang-orang yang berada di daerah Kotes dan sekitarnya.
●Sebagai kewajiban yang harus dipenuhi oleh seorang raja yang telah mendapat kemenangan, biasanya ia menghadiahkan tanah kepada kepala desa berupa sima dan inilah Bangunan sebagai Monumen Raja Raden Wijaya.
●Hingga akhirnya ketika Raden Wijaya menjadi raja, ia menganugerahkan bangunan suci keagamaan yang berada di daerah Kotes sekarang.
Yakinlah apa yang anda lihat pada postingan ini bukanlah rumah hantu atau pun bekas kandang ternak warga.
Namun sebenarnya adalah sebuah bekas bangunan stasiun bernama Candi Umbul di wilayah kecamatan Grabag kabupaten Magelang, Jawa Tengah yang telah ditinggalkan lebih dari 40 tahun lamanya.
Stasiun kecil tsb merupakan bagian dari jalur "mati" antara Ambarawa - Secang - Magelang - Yogyakarta. Secara spesifik stasiun candi umbul masuk dalam petak lintas Ambarawa - Secang sepanjang 27 km yang dibuka untuk umum oleh perusahaan kereta swasta bernama NIS (Nederlands Indische Spoorweg) pada tanggal 1 februari 1905.
Nama "Candi Umbul" sendiri diambil dari nama sebuah situs kolam air hangat kuno peninggalan Mataram Hindu yang terletak tidak jauh dari stasiun ini, kurang lebih berjarak 1,5-2 km di utaranya. Dan tentu saja, tujuan didirikannya stasiun memang dibuat untuk akses para wisatawan era kolonial terutama warga kulit putih yang cenderung lebih tertarik dengan warisan budaya lokal. Ditambah mereka dapat berendam menghangatkan badan lama-lama disana, karena kandungan belerang di kolam yang cukup rendah. Iklan promosi wisata banyak ditemukan di sejumlah media cetak era itu.
Saat pertama kali dibuka, bangunan stasiun hanyalah sebuah bangunan semi permanen berkonstruksi full kayu. Kemudian mulai digantikan bangunan berdinding bata yang cukup modern pada awal dekade 1920. Sayangnya, ketika perlahan jalur Ambarawa - Magelang - Yogyakarta mulai ditutup PJKA rentang tahun 1975 - 1977, bangunan stasiun terlantar dan sempat terbakar pada awal 2000-an yang melalap habis konstruksi atap keseluruhan. Bekas gosong kehitaman dari jilatan si jago merah pun masih nampak menyelimuti dinding stasiun.
Foto ini saya ambil 2 tahun silam.
Oleh : Nevy Eka Pattiruhu
Keberadaan Truk kecil ini pengangkut susu di Indonesia berawal ketika susu kental manis di bawah merk Freische Vlag di import oleh Cooperative Consdensfabrik Friesland untuk dipasarkan disini.Cooperative Consdenfabrik Friesland berubah menjadi Royal Friesland Campina pada tahun 1922. Sweetened Condensed Milk ini sejak awal memang direncanakan buat dipasarkan dan dijual oleh mitranya merk " Soesoe Tjap Bendera ". Merk Mobil Ford model A Circa 1928 - 1929 Pasir Nangka Cianjur.Sumber Wikipedia