05 January 2024

Surabaya antara tahun 1910 - 1940 (KITLV📷Jong Soe Hien)

 Surabaya antara tahun 1910 - 1940

(KITLV📷Jong Soe Hien)



Seorang pedagang roti dan kopi keliling kemungkinan di Sumatera Utara, ca awal 1900an

 



Seorang pedagang roti dan kopi keliling kemungkinan di Sumatera Utara, ca awal 1900an

Berikut ini potret pedagang “Dawet Ayu Banjarnegara” yang ternyata sudah berjualan menggunakan konsep “food truck” di tahun 1990. Bisnis food truck semacam ini memang semakin menjamur di kalangan masyarakat Indonesia. Konsep ini diminati karena praktis juga murah, penjual tidak dibebani dengan biaya sewa tempat. Foto diambil di sekitar Dermaga Mrica Banjarnegara, Jawa Tengah. Koleksi Layanan Surat Kabar Langka Perpustakaan Nasional RI Sumber : Wawasan, 12 Mei 1990 halaman 8 kolom 3-6 (Skjil Team) #foodtruck #dawetayu #Banjarnegara

 Berikut ini potret pedagang “Dawet Ayu Banjarnegara” yang ternyata sudah berjualan menggunakan konsep “food truck” di tahun 1990. Bisnis food truck semacam ini memang semakin menjamur di kalangan masyarakat Indonesia. Konsep ini diminati karena praktis juga murah, penjual tidak dibebani dengan biaya sewa tempat. Foto diambil di sekitar Dermaga Mrica Banjarnegara, Jawa Tengah.



Koleksi Layanan Surat Kabar Langka Perpustakaan Nasional RI

Sumber : Wawasan, 12 Mei 1990 halaman 8 kolom 3-6 (Skjil Team)


#foodtruck #dawetayu #Banjarnegara

Sejarah Dunia: Kisah Dinasti Habsburg dan Praktik Perkawinan Sekerabat ________________________________________________ Dalam sejarah dunia, Dinasti Habsburg menguasai kerajaan-kerajaan terkuat di seluruh Eropa pada puncak kekuasaannya. Semua itu dilakukan melalui perencanaan yang cerdik, kejam, dan pengkhianatan selama berabad-abad. Berawal dari keluarga kecil yang dulunya berasal dari daerah terpencil di perbukitan Swiss, Dinasti Habsburg kemudian memegang kendali atas nasib jutaan orang. Dinasti ini merupakan garis keturunan bangsawan yang paling lama berkuasa dalam sejarah dunia. Namun pemerintahan Habsburg berakhir sebagai konsekuensi dari Perang Dunia Pertama. Bagaimana Habsburg menjadi terkenal dan prestise adalah cerita yang panjang dan kompleks namun menarik dan membangkitkan minat. Salah satunya adalah praktik perkawinan sekerabat yang kerap dilakukan oleh dinasti ini. Asal-usul Dinasti Habsburg di dalam sejarah dunia Mengutip dari laman World Atlas, “Nenek moyang paling awal yang dapat dilacak dari Wangsa Habsburg adalah Guntram si Kaya.” Guntram adalah seorang bangsawan kaya yang menguasai tanah di seluruh Kekaisaran Romawi Suci di bawah pemerintahan Otto I. Guntram memberontak melawan pemerintahan Otto pada tahun 952 M. Sebagai hukumannya, sebagian besar tanahnya disita dan diberikan kepada bangsawan lainnya. Karena dipermalukan dan hampir tidak punya harta, Count Radbot, cucu Guntram, berupaya mengembalikan kehormatan keluarga. Ia memulai perjalanan dari rumah tangganya menuju tempat kekuasaan tertinggi di Eropa Abad Pertengahan. Radbot, bersama dengan bantuan Uskup Strasbourg, membangun Habichtsburg (Kastel Habsburg). Kastel tersebut berfungsi sebagai basis operasi di mana pemimpin Dinasti Habsburg yang ambisius dapat memperluas kekuasaan dan pengaruhnya. Setelah berabad-abad menjalin aliansi dengan keluarga dan bangsawan lain, Rudolf IV dari Habsburg menjadi raja pada tahun 1273 M. Setelah 10 tahun bertakhta, ia memberikan kedua putranya kekuasaan langsung atas Styria dan Austria. Mulai saat ini, nama Habsburg selamanya akan dikaitkan dengan kedua kerajaan tersebut. Kaisar Romawi Suci Pada awal abad ke-15, Dinasti Habsburg telah berhasil menempatkan anggota keluarganya di berbagai takhta berbeda di seluruh Kekaisaran Romawi Suci. Beberapa negara bagian memegang posisi tinggi dalam pemerintahan kekaisaran. Dan yang terpenting, Habsburg menyandang gelar “Pangeran Pemilih”. Para penguasa ini bertanggung jawab langsung untuk memilih kaisar baru jika kaisar saat ini meninggal atau turun takhta. Pada tahun 1453, Frederick III dinobatkan sebagai Kaisar Romawi Suci dengan bantuan kerabatnya di seluruh kekaisaran serta sekutunya yang dibuat dengan menikahkan perempuan anggota Dinasti Habsburg. Naiknya Frederick III ke takhta menandai awal dari rantai tak terputus Kaisar Romawi Suci Habsburg. Hal ini berlangsung dari tahun 1453 hingga 1740. Setiap kali diadakan pemilihan untuk memilih kaisar baru, Pangeran Pemilih sebagian besar adalah anggota dari Kaisar Romawi Suci Habsburg. Dinasti Habsburg atau teman langsung dinasti tersebut, akan memilih kandidat Habsburg. Pemilihan umum ini dengan cepat menjadi sebuah hasil akhir yang tidak dapat dielakkan lagi dan diadakan hanya sekadar formalitas. Spanyol dan Austria bersatu Habsburg mencapai puncak kekuasaannya pada awal abad ke-16. Pada tahun 1519, Charles V, cucu Kaisar Romawi Suci sebelumnya Maximillian I, terpilih sebagai kaisar baru. Hanya beberapa tahun sebelumnya, Charles V juga mewarisi takhta Spanyol dari pihak keluarga ayahnya. Kini, Charles V menguasai kerajaan kaya dan berkuasa di Kekaisaran Romawi Suci. Selain itu, ia juga menguasai Spanyol, Portugal, Belanda, dan kerajaan kolonial Spanyol yang sangat besar yang mulai terbentuk di Amerika. Pemerintahan Charles V jauh dari kata mudah. Masa kepemimpinannya di wilayah yang luas ini ditandai dengan peperangan yang tak terhitung jumlahnya. Banyak kekuatan asing serta kerusuhan sipil yang dipicu oleh Reformasi Protestan. Pada tahun 1556, Charles V mengundurkan diri dari takhta kekaisaran dan meninggal beberapa tahun kemudian. Garis darah yang murni Salah satu warisan paling lama dari Dinasti Habsburg adalah ketertarikan mereka terhadap pernikahan antar keluarga atau kekerabatan. Pernikahan inses, untuk menjaga kemurnian garis keturunan keluarga atau tujuan politik, adalah hal yang lumrah bagi penguasa Habsburg. Oleh karena itu, anggota Dinasti Habsburg menikah dengan seseorang yang merupakan kerabat dekat. Sepupu menikah satu sama lain dan paman serta bibi menikahi keponakan mereka bukanlah hal yang aneh. Perkawinan sedarah yang intens ini akhirnya membawa akibat yang tragis bagi anak-anak dari hubungan inses ini. “Rahang Habsburg” yang terkenal dengan cepat menjadi salah satu ciri fisik keluarga dinasti. Rahang yang besar, menonjol, dan bulat ini dapat dilihat pada puluhan lukisan yang diselesaikan oleh seniman kontemporer pada zamannya. Praktik ini tidak hanya mengakibatkan cacat fisik yang parah, tetapi juga mempunyai dampak negatif yang parah terhadap kesehatan anggota dinasti secara keseluruhan. Charles II, salah satu Habsburg Spanyol, menderita masalah kesehatan yang hampir tak ada habisnya. Hal ini terjadi hingga kematiannya yang mendadak pada tahun 1700 di usia muda 38 tahun. Charles II tidak meninggalkan ahli waris. Kematiannya membuat sebagian besar Eropa terjerumus ke dalam perang lagi mengenai siapa yang akan duduk di takhta yang kosong. Akhir sebuah dinasti Kekuasaan dan pengaruh keluarga Habsburg tidak akan pernah lagi mencapai tingkat seperti pada tahun 1500-an. Namun mereka masih mampu tetap menjadi pemain besar dalam politik Eropa hingga abad ke-19. Pada awal Perang Dunia Pertama tahun 1914, kaisar Kekaisaran Austro-Hungaria tetap berasal dari Dinasti Habsburg. Sayangnya, Kaisar Francis Joseph memimpin negaranya ke dalam perang yang pada akhirnya akan menyebabkan kehancuran. Austria-Hungaria tampil buruk dalam perang tersebut berkat serangkaian konflik dan perselisihan internal. Hal ini tidak membantu jika militer mereka berkinerja buruk di setiap lini pertempuran yang mereka bela. Pada tahun 1916, Joseph meninggal dan digantikan oleh cucunya Charles. Charles memimpin kekaisaran yang runtuh selama 2 tahun hingga akhir perang pada tahun 1918. Charles tidak pernah turun takhta dan malah digulingkan oleh parlemen Austria pada tahun 1919. Charles berusaha untuk mendapatkan kembali mahkotanya pada dua kesempatan terpisah tetapi gagal dalam dua kesempatan tersebut. Pemerintahan Habsburg akhirnya berakhir. Dinasti Habsburg berubah dari sekelompok bangsawan yang relatif tidak dikenal menjadi dinasti paling berpengaruh dan berkuasa di Eropa. Melalui perang, perkawinan politik, tipu muslihat, dan cara-cara terselubung lainnya, Habsburg dapat menaiki tangga politik Eropa. Dalam sejarah dunia, dinasti ini tetap berada di puncak selama berabad-abad. Jarang sekali sekelompok orang seperti itu dapat memperoleh posisi seperti itu. Dan fakta bahwa mereka mampu mempertahankan posisinya dalam jangka waktu lama menjadikannya semakin luar biasa.

 Sejarah Dunia: Kisah Dinasti Habsburg dan Praktik Perkawinan Sekerabat

________________________________________________


Dalam sejarah dunia, Dinasti Habsburg menguasai kerajaan-kerajaan terkuat di seluruh Eropa pada puncak kekuasaannya. Semua itu dilakukan melalui perencanaan yang cerdik, kejam, dan pengkhianatan selama berabad-abad.



Berawal dari keluarga kecil yang dulunya berasal dari daerah terpencil di perbukitan Swiss, Dinasti Habsburg kemudian memegang kendali atas nasib jutaan orang. Dinasti ini merupakan garis keturunan bangsawan yang paling lama berkuasa dalam sejarah dunia. Namun pemerintahan Habsburg berakhir sebagai konsekuensi dari Perang Dunia Pertama.


Bagaimana Habsburg menjadi terkenal dan prestise adalah cerita yang panjang dan kompleks namun menarik dan membangkitkan minat. Salah satunya adalah praktik perkawinan sekerabat yang kerap dilakukan oleh dinasti ini.


Asal-usul Dinasti Habsburg di dalam sejarah dunia


Mengutip dari laman World Atlas, “Nenek moyang paling awal yang dapat dilacak dari Wangsa Habsburg adalah Guntram si Kaya.” Guntram adalah seorang bangsawan kaya yang menguasai tanah di seluruh Kekaisaran Romawi Suci di bawah pemerintahan Otto I. Guntram memberontak melawan pemerintahan Otto pada tahun 952 M. Sebagai hukumannya, sebagian besar tanahnya disita dan diberikan kepada bangsawan lainnya.


Karena dipermalukan dan hampir tidak punya harta, Count Radbot, cucu Guntram, berupaya mengembalikan kehormatan keluarga. Ia memulai perjalanan dari rumah tangganya menuju tempat kekuasaan tertinggi di Eropa Abad Pertengahan.


Radbot, bersama dengan bantuan Uskup Strasbourg, membangun Habichtsburg (Kastel Habsburg). Kastel tersebut berfungsi sebagai basis operasi di mana pemimpin Dinasti Habsburg yang ambisius dapat memperluas kekuasaan dan pengaruhnya. Setelah berabad-abad menjalin aliansi dengan keluarga dan bangsawan lain, Rudolf IV dari Habsburg menjadi raja pada tahun 1273 M. Setelah 10 tahun bertakhta, ia memberikan kedua putranya kekuasaan langsung atas Styria dan Austria. Mulai saat ini, nama Habsburg selamanya akan dikaitkan dengan kedua kerajaan tersebut.


Kaisar Romawi Suci


Pada awal abad ke-15, Dinasti Habsburg telah berhasil menempatkan anggota keluarganya di berbagai takhta berbeda di seluruh Kekaisaran Romawi Suci. Beberapa negara bagian memegang posisi tinggi dalam pemerintahan kekaisaran. Dan yang terpenting, Habsburg menyandang gelar “Pangeran Pemilih”. Para penguasa ini bertanggung jawab langsung untuk memilih kaisar baru jika kaisar saat ini meninggal atau turun takhta.


Pada tahun 1453, Frederick III dinobatkan sebagai Kaisar Romawi Suci dengan bantuan kerabatnya di seluruh kekaisaran serta sekutunya yang dibuat dengan menikahkan perempuan anggota Dinasti Habsburg. Naiknya Frederick III ke takhta menandai awal dari rantai tak terputus Kaisar Romawi Suci Habsburg. Hal ini berlangsung dari tahun 1453 hingga 1740.


Setiap kali diadakan pemilihan untuk memilih kaisar baru, Pangeran Pemilih sebagian besar adalah anggota dari Kaisar Romawi Suci Habsburg. Dinasti Habsburg atau teman langsung dinasti tersebut, akan memilih kandidat Habsburg. Pemilihan umum ini dengan cepat menjadi sebuah hasil akhir yang tidak dapat dielakkan lagi dan diadakan hanya sekadar formalitas.


Spanyol dan Austria bersatu


Habsburg mencapai puncak kekuasaannya pada awal abad ke-16. Pada tahun 1519, Charles V, cucu Kaisar Romawi Suci sebelumnya Maximillian I, terpilih sebagai kaisar baru. Hanya beberapa tahun sebelumnya, Charles V juga mewarisi takhta Spanyol dari pihak keluarga ayahnya. Kini, Charles V menguasai kerajaan kaya dan berkuasa di Kekaisaran Romawi Suci. Selain itu, ia juga menguasai Spanyol, Portugal, Belanda, dan kerajaan kolonial Spanyol yang sangat besar yang mulai terbentuk di Amerika.


Pemerintahan Charles V jauh dari kata mudah. Masa kepemimpinannya di wilayah yang luas ini ditandai dengan peperangan yang tak terhitung jumlahnya. Banyak kekuatan asing serta kerusuhan sipil yang dipicu oleh Reformasi Protestan. Pada tahun 1556, Charles V mengundurkan diri dari takhta kekaisaran dan meninggal beberapa tahun kemudian.


Garis darah yang murni


Salah satu warisan paling lama dari Dinasti Habsburg adalah ketertarikan mereka terhadap pernikahan antar keluarga atau kekerabatan. Pernikahan inses, untuk menjaga kemurnian garis keturunan keluarga atau tujuan politik, adalah hal yang lumrah bagi penguasa Habsburg. Oleh karena itu, anggota Dinasti Habsburg menikah dengan seseorang yang merupakan kerabat dekat.


Sepupu menikah satu sama lain dan paman serta bibi menikahi keponakan mereka bukanlah hal yang aneh. Perkawinan sedarah yang intens ini akhirnya membawa akibat yang tragis bagi anak-anak dari hubungan inses ini.


“Rahang Habsburg” yang terkenal dengan cepat menjadi salah satu ciri fisik keluarga dinasti. Rahang yang besar, menonjol, dan bulat ini dapat dilihat pada puluhan lukisan yang diselesaikan oleh seniman kontemporer pada zamannya.


Praktik ini tidak hanya mengakibatkan cacat fisik yang parah, tetapi juga mempunyai dampak negatif yang parah terhadap kesehatan anggota dinasti secara keseluruhan. Charles II, salah satu Habsburg Spanyol, menderita masalah kesehatan yang hampir tak ada habisnya. Hal ini terjadi hingga kematiannya yang mendadak pada tahun 1700 di usia muda 38 tahun. Charles II tidak meninggalkan ahli waris. Kematiannya membuat sebagian besar Eropa terjerumus ke dalam perang lagi mengenai siapa yang akan duduk di takhta yang kosong.


Akhir sebuah dinasti


Kekuasaan dan pengaruh keluarga Habsburg tidak akan pernah lagi mencapai tingkat seperti pada tahun 1500-an. Namun mereka masih mampu tetap menjadi pemain besar dalam politik Eropa hingga abad ke-19.


Pada awal Perang Dunia Pertama tahun 1914, kaisar Kekaisaran Austro-Hungaria tetap berasal dari Dinasti Habsburg. Sayangnya, Kaisar Francis Joseph memimpin negaranya ke dalam perang yang pada akhirnya akan menyebabkan kehancuran. Austria-Hungaria tampil buruk dalam perang tersebut berkat serangkaian konflik dan perselisihan internal. Hal ini tidak membantu jika militer mereka berkinerja buruk di setiap lini pertempuran yang mereka bela. Pada tahun 1916, Joseph meninggal dan digantikan oleh cucunya Charles.


Charles memimpin kekaisaran yang runtuh selama 2 tahun hingga akhir perang pada tahun 1918. Charles tidak pernah turun takhta dan malah digulingkan oleh parlemen Austria pada tahun 1919. Charles berusaha untuk mendapatkan kembali mahkotanya pada dua kesempatan terpisah tetapi gagal dalam dua kesempatan tersebut. Pemerintahan Habsburg akhirnya berakhir.


Dinasti Habsburg berubah dari sekelompok bangsawan yang relatif tidak dikenal menjadi dinasti paling berpengaruh dan berkuasa di Eropa. Melalui perang, perkawinan politik, tipu muslihat, dan cara-cara terselubung lainnya, Habsburg dapat menaiki tangga politik Eropa.


Dalam sejarah dunia, dinasti ini tetap berada di puncak selama berabad-abad. Jarang sekali sekelompok orang seperti itu dapat memperoleh posisi seperti itu. Dan fakta bahwa mereka mampu mempertahankan posisinya dalam jangka waktu lama menjadikannya semakin luar biasa.

Indonesia Tempoe Doeloe Pusat Dokumenter Dan Nostalgia Potret lawas 1911 Susana ziarah, di pintu makam Soenan Goenung Djati.

 Indonesia Tempoe Doeloe Pusat Dokumenter Dan Nostalgia 

Potret lawas 1911



Susana ziarah, di pintu makam Soenan Goenung Djati.


Pada tahun 1959 Doktor Pedagodi pertama di Indonesia telah lahir dari Fakultas Pedagogi Universitas Gadjah Mada. Beliau adalah Drs. Busono Wiwoho Sumitro. Adapun promotor dari Drs. Busono adalah Kurt Danziger yang merupakan Guru Besar dalam ilmi Jiwa pada Fakultas Pedagodi UGM. Adapun pada saat mendapatkan Gelar Doktor ini, Drs. Busono berusia 36 tahun. Sumber: Berita Indonesia, 19 Desember 1959 Halaman 2 Kolom 3. Koleksi Layanan Surat kabar Langka Terjilid Perpustakaan Nasional RI (SKALA Team) #DoktorPedagogi

 Pada tahun 1959 Doktor Pedagodi pertama di Indonesia telah lahir dari Fakultas Pedagogi Universitas Gadjah Mada. Beliau adalah Drs. Busono Wiwoho Sumitro. Adapun promotor dari Drs. Busono adalah Kurt Danziger yang merupakan Guru Besar dalam ilmi Jiwa pada Fakultas Pedagodi UGM. Adapun pada saat mendapatkan Gelar Doktor ini, Drs. Busono berusia 36 tahun. 



Sumber: Berita Indonesia, 19 Desember 1959 Halaman 2 Kolom 3. Koleksi Layanan Surat kabar Langka Terjilid Perpustakaan Nasional RI (SKALA Team)


#DoktorPedagogi

Groepsportret voor Poerworedjosche Volkscredietbank Vervaardigingsjaar : ca.1920 Foto bersama di depan Bank Perkreditan Rakyat Purworejo (karyawan bank?)...foto sekitar tahun 1920 (Colonialarchitecture)

 Groepsportret voor Poerworedjosche Volkscredietbank

Vervaardigingsjaar : ca.1920

Foto bersama di depan Bank Perkreditan Rakyat Purworejo (karyawan bank?)...foto sekitar tahun 1920

(Colonialarchitecture)



Pedagang tuak nira di sebuah jalan di Tasikmalaya pada Tahun 1925

 Pedagang tuak nira di sebuah jalan di Tasikmalaya pada Tahun 1925



04 January 2024

Sepeda motor jaman dulu berbody ramping nggak kayak sekarang..gembrot

 Sepeda motor jaman dulu berbody ramping nggak kayak sekarang..gembrot



Rumah perkampungan di Soemedang pada Tahun 1925. koleksi: KITLV from Andre Owen (Masa Hindia Belanda)

 Rumah perkampungan di Soemedang pada Tahun 1925.



koleksi:

KITLV from Andre Owen (Masa Hindia Belanda)

Potret Dua Pria Eropa Berkemah di Gunung Kelud. Jawa Timur Antara 1925-1930 (KITLV)

 Potret Dua Pria Eropa Berkemah di Gunung Kelud. Jawa Timur Antara 1925-1930 (KITLV)



Indonesia Tempoe Doeloe Pusat Dokumenter Dan Nostalgia Bahan Emas Padat,berat 1Kg lebih. Artefak Emas ini adalah Karya kerajaan Singasari Abad 13 Masehi. Saat ini tersimpan di Museum BARAKAT GALLERY 421 North Rodeo Drive, Beverly Hills, CA – USA.

 Indonesia Tempoe Doeloe Pusat Dokumenter Dan Nostalgia 



Bahan Emas Padat,berat 1Kg lebih.

Artefak Emas ini adalah Karya kerajaan Singasari Abad 13 Masehi.


Saat ini tersimpan di Museum BARAKAT GALLERY 421 North Rodeo Drive, Beverly Hills, CA – USA.

Uang kertas Indonesia jaman Jepang bergambar rumah adat tradisional Karo Sumatera Utara Tahun 1943

 Uang kertas Indonesia jaman Jepang bergambar rumah adat tradisional Karo Sumatera Utara

Tahun 1943



Sukabumi 1968, momen ketika sebahagian Sersan Taruna AKABRI Kepolisian dari Batalion WASPADA (1967-1970) tengah berfoto dengan Noni-Noni anak Polisi di Ksatrian Akabri.

 Sukabumi 1968, momen ketika sebahagian Sersan Taruna AKABRI Kepolisian dari Batalion WASPADA (1967-1970) tengah berfoto dengan Noni-Noni anak Polisi di Ksatrian Akabri.



Potret calo penumpang bus yang sering meresahkan pengemudi angkutan. Para calo ini kerap meminta uang, padahal kalau angkutan kosong, mereka tidak membantu mencarikan penumpang. Para calo ini hanya berteriak-teriak menyebutkan jurusan angkutan tersebut, pekerjaan yang juga dilakukan oleh kondektur angkutan. Calo-calo ini tidak punya pekerjaan lain, dan dengan modal gertak dan tampang serem, mereka memeras sang sopir. Kalau tidak dikasih uang, bus bus itu bisa saja dilempar batu oleh calo-calo tersebut, atau juga kondektur mereka yang kena gampar. Koleksi Layanan Surat Kabar Langka Perpustakaan Nasional RI Sumber : Suara Karya, 8 September 1971 halaman 1 kolom 1-3 (Skjil Team) #calo #angkutanumum

 Potret calo penumpang bus yang sering meresahkan pengemudi angkutan. Para calo ini kerap meminta uang, padahal kalau angkutan kosong, mereka tidak membantu mencarikan penumpang. Para calo ini hanya berteriak-teriak menyebutkan jurusan angkutan tersebut, pekerjaan yang juga dilakukan oleh kondektur angkutan. Calo-calo ini tidak punya pekerjaan lain, dan dengan modal gertak dan tampang serem, mereka memeras sang sopir. Kalau tidak dikasih uang, bus bus itu bisa saja dilempar batu oleh calo-calo tersebut, atau juga kondektur mereka yang kena gampar. 



Koleksi Layanan Surat Kabar Langka Perpustakaan Nasional RI

Sumber : Suara Karya, 8 September 1971 halaman 1 kolom 1-3 (Skjil Team)


#calo #angkutanumum

Menjadi muslim yang baik, salah satunya adalah dengan mengonsumsi makanan yang sesuai dengan ajaran Islam yaitu makanan halal. Bagi masyarakat muslim Indonesia yang sering atau pernah bepergian ke negara tetangga terdekat seperti Singapura dan Malaysia dengan pergi ke rumah makan Padang yang ada di sana, dipastikan tidak bakal ada keraguan untuk mengonsumsinya. Salah satu restoran atau rumah makan Padang yang terkenal di Kuala lumpur adalah “Omar Bahagia” restoran yang berlokasi di Jalan Keramat Dalam no. 695, Kampong Datuk Keramat, Kuala Lumpur. Ini adalah restoran nasi ayam yang dijamin halal. Restoran ini milik Haji Omar asal Pariaman Sumatera Barat. Sebelum menjadi besar seperti sekarang, melalui perjuangan yang panjang. Tahun 1970 an, ia bekerja sebagai tukang pada Rumah Makan Padang Bahagia Medan. Karena hidup serba tak jelas, Omar memberanikan diri merantau ke Malaysia. Di negeri jiran itu, ia mencoba membuka warung nasi Padang. Tiga tahun sesudah dicobanya, yaitu kota Kajang, Selangor dan Kuala Lumpur. Omar akhirnya pergi ke Singapura. Di Singapura, jalan bagi Omar terbuka, ia bekerja pada seorang pengusaha nasi ayam Cina yang terkenal. Ia pelajari resepnya, setelah tahu benar resepnya, kemudian ia kembali ke Kuala Lumpur. Dengan nawaitu (niat) yang baik, maka ia “log in” kan itu nasi ayam Cina itu menjadi Nasi Ayam halal. Usahanya berhasil. Pembelinya tidak saja orang Cina dan India yang non muslim, juga orang-orang Melayu yang beragama Islam. Setelah menjadi “Bos” haji Omar menyadari bahwa ilmunya itu perlu dikembangkan ke anak buahnya. Kini, beberapa mantan anak buah “Wak Haji” kelahiran Desa Ulakan, Kabupaten Padang Pariaman, Sumatera Barat ini sudah membuka kedai nasi ayam di beberapa kawasan kota Kuala Lumpur. Pak Haji Omar meskipun berhasil meng”Islam” kan masakan Cina, tetap memegang prinsip “Di mana bumi dipijak, di situ langit dijunjung”. Beliau termasuk warga yang taat menjalankan peraturan kerajaan Malaysia. Berkat ketaatan beliau, pemerintah Malaysia telah memberikan kartu merah sebagai identitas dapat berdiam lama di Malaysia. Meskipun begitu, sebagai perantau Minang, tentu saja tetap memiliki ikatan kuat dengan tanah leluhurnya. Di Kuala Lumpur pun, semangat primordial seperti itu muncul dalam bentuk ikatan. Restorannya dijadikan markas besar bagi perantau Minang terutama yang berasal dari Kabupaten Padang Pariaman. Beliau juga mendirikan organisasi kekeluargaan Pariaman di Kuala Lumpur. Nasehat Pak Omar kalau ingin menjadi warga perantauan yang baik, harus dipersiapkan sejak niat merantau tercetus. Jangan datang ke Malaysia sebagai pendatang haram. Ini aib besar bagi orang Minang khususnya, dan bangsa Indonesia umumnya. Sumber: Harian Pelita, 16-5-1991. Koleksi Surat Kabar Langka-Perpustakaan Nasional Salemba (SKALA-Team) #masakan-Cina #halal #Malaysia #Singapura #Padang #Pariaman

 Menjadi muslim yang baik, salah satunya adalah dengan mengonsumsi makanan yang sesuai dengan ajaran Islam yaitu makanan halal.  Bagi masyarakat muslim Indonesia yang sering atau pernah bepergian ke negara tetangga terdekat seperti Singapura dan Malaysia dengan pergi ke rumah makan Padang yang ada di sana, dipastikan tidak bakal ada keraguan untuk mengonsumsinya. Salah satu restoran atau rumah makan Padang yang terkenal di Kuala lumpur adalah “Omar Bahagia” restoran yang berlokasi di Jalan Keramat Dalam no. 695, Kampong Datuk Keramat, Kuala Lumpur. Ini adalah restoran nasi ayam yang dijamin halal.


Restoran ini milik Haji Omar asal Pariaman Sumatera Barat. Sebelum  menjadi besar seperti sekarang,  melalui perjuangan yang panjang. Tahun 1970 an, ia bekerja sebagai tukang pada Rumah Makan Padang Bahagia Medan. Karena hidup serba tak jelas, Omar memberanikan diri merantau ke Malaysia. Di negeri jiran itu, ia mencoba membuka warung nasi Padang. Tiga tahun sesudah dicobanya, yaitu kota  Kajang, Selangor dan Kuala Lumpur. Omar akhirnya pergi ke Singapura.


Di Singapura, jalan bagi Omar terbuka, ia bekerja pada seorang pengusaha nasi ayam Cina yang terkenal. Ia pelajari resepnya, setelah tahu benar resepnya, kemudian ia kembali ke Kuala Lumpur.  Dengan nawaitu (niat) yang baik, maka ia “log in” kan itu nasi ayam Cina itu menjadi Nasi Ayam halal. Usahanya berhasil. Pembelinya tidak saja orang Cina dan India yang non muslim, juga orang-orang Melayu yang beragama Islam.


Setelah menjadi “Bos” haji Omar menyadari bahwa ilmunya itu perlu dikembangkan ke anak buahnya. Kini, beberapa mantan anak buah “Wak Haji” kelahiran Desa Ulakan, Kabupaten Padang Pariaman, Sumatera Barat ini sudah membuka kedai nasi ayam di beberapa kawasan kota Kuala Lumpur.



Pak Haji Omar meskipun berhasil meng”Islam” kan masakan Cina, tetap memegang prinsip “Di mana bumi dipijak, di situ langit dijunjung”. Beliau termasuk warga yang taat menjalankan peraturan kerajaan Malaysia. Berkat ketaatan beliau, pemerintah Malaysia telah memberikan kartu merah sebagai identitas dapat berdiam lama di Malaysia.


Meskipun begitu, sebagai perantau Minang, tentu saja tetap memiliki ikatan kuat dengan tanah leluhurnya.  Di Kuala Lumpur pun, semangat primordial seperti itu muncul dalam bentuk ikatan.  Restorannya dijadikan markas besar bagi perantau Minang terutama yang berasal dari Kabupaten Padang Pariaman. Beliau juga mendirikan organisasi kekeluargaan Pariaman di Kuala Lumpur. 

Nasehat Pak Omar kalau ingin menjadi warga perantauan yang baik, harus dipersiapkan sejak niat merantau tercetus. Jangan datang ke Malaysia sebagai pendatang haram.  Ini aib besar bagi orang Minang khususnya, dan bangsa Indonesia umumnya.


Sumber: Harian Pelita, 16-5-1991. Koleksi Surat Kabar Langka-Perpustakaan Nasional Salemba (SKALA-Team)


#masakan-Cina  #halal #Malaysia #Singapura #Padang #Pariaman

De oude weg van Cheribon naar Koeningan op West Java in de jaren 20 of 30. Op de achtergrond de berg Tjerimai.... (Jalan lama dari Cirebon ke Kuningan di Jawa Barat tahun 1920 atau 1930an dengan latar belakang gunung Ciremai....)

 De oude weg van Cheribon naar Koeningan op West Java in de jaren 20 of 30. Op de achtergrond de berg Tjerimai....


(Jalan lama dari Cirebon ke Kuningan di Jawa Barat tahun 1920 atau 1930an dengan latar belakang gunung Ciremai....)



3 orang pengendara motor Harley Davidson sedang berada di jalanan Gombel Semarang pada Tahun 1917

 3 orang pengendara motor Harley Davidson sedang berada di jalanan Gombel Semarang pada Tahun 1917



Orang Eropa di pohon di Lali Djiwo dekat Ardjoeno di Jawa Timur pada Tahun 1918. (Leiden University Libraries)

 Orang Eropa di pohon di Lali Djiwo dekat Ardjoeno di Jawa Timur pada Tahun 1918. (Leiden University Libraries)



Konferensi Asia Afrika (KAA) pertama kali diadakan pada April 1955. Dampak dari KAA ini salah satunya semakin mempersatukan para pemimpin di kawasan Asia dan Afrika, dan juga rakyatnya. Para negarawan yang menjadi “bintang”nya di KAA ini banyak dikenal oleh masyarakat di kawasan Asia-Afrika, Salah satunya Presiden Soekarno. Ketika Pak Karno melakukan kunjungan kenegaraan ke Uni Soviet sesudah peristiwa KAA, kedatangannya mendapat sambutan yang luar biasa. Bahkan ketika berkunjung ke kota Tashkent (Sekarang menjadi Ibukota dari Negara Uzbekistan), ada sepasang suami istri yang meminta Presiden Soekarno memberi nama pada bayi laki-laki yang baru dilahirkan. Presiden Soekarno dengan senang hati memberi nama bayi itu “Joldov” yang artinya Bintang. Bahkan Pak Karno menganggap Joldov ini sebagai anak angkatnya. Di masa pemerintahan Presiden Soekarno, ketika ada pejabat Indonesiaa melakukan kunjungan diplomatik ke kota Tashkent, Bung Karno selalu minta dicarikan kabar tentang anak angkatnya ini. Sumber: Berita Indonesia, 23-10-1959 hal 1 kol 1-2. Koleksi Surat Kabar Langka-Perpustakaan Nasional Salemba (SKALA-Team) #Soekarno #anak-angkat #Tashkent #Uzbekistan #Sovyet #KAA

 Konferensi Asia Afrika (KAA) pertama kali diadakan pada April 1955. Dampak dari KAA ini salah satunya semakin mempersatukan para pemimpin di kawasan Asia dan Afrika, dan juga rakyatnya. Para negarawan yang menjadi “bintang”nya di KAA ini banyak dikenal oleh masyarakat di kawasan Asia-Afrika, Salah satunya Presiden Soekarno.


Ketika Pak Karno melakukan kunjungan kenegaraan ke Uni Soviet sesudah peristiwa KAA, kedatangannya mendapat sambutan yang luar biasa. Bahkan ketika berkunjung ke kota Tashkent (Sekarang menjadi Ibukota dari Negara Uzbekistan), ada sepasang suami istri yang meminta Presiden Soekarno memberi nama pada bayi laki-laki yang baru dilahirkan. Presiden Soekarno dengan senang hati memberi nama bayi itu “Joldov” yang artinya Bintang. Bahkan Pak Karno menganggap Joldov ini sebagai anak angkatnya.


Di masa pemerintahan Presiden Soekarno, ketika ada pejabat Indonesiaa melakukan kunjungan diplomatik ke kota Tashkent, Bung Karno selalu minta dicarikan kabar tentang anak angkatnya ini.



Sumber: Berita Indonesia, 23-10-1959 hal 1 kol 1-2. Koleksi Surat Kabar Langka-Perpustakaan Nasional Salemba (SKALA-Team)


#Soekarno #anak-angkat #Tashkent #Uzbekistan #Sovyet #KAA

ROWO GEMBONGAN TEMPO DOELOE 1935

 ROWO GEMBONGAN TEMPO DOELOE 1935



Sejarah Magelang - Jalan masuk ke kawasan warga Cina, Magelang, sekitar tahun 1910 Ingang Chineesch kamp, Magelang, ca 1910

 Jalan masuk ke kawasan warga Cina, Magelang, sekitar tahun 1910


Ingang Chineesch kamp, Magelang, ca 1910

Oleh : Bintoro Hoepoedio



PANGERAN MANGKUNAGARA KARTASURA Beliau adalah Ayahanda RM Said atau KGPAA Mangkunagara I, Penguasa Pura Mangkunegaran dan Leluhur Trah Mangkunegaran. Terlahir dengan nama RM Sura, Beliau adalah putra sulung Prabu Amangkurat IV dan Mas Ayu Kusuma Sunarso dari Nglaroh. Oleh Eyangnya yaitu Sri Sunan Pakubuwana I, beliau diberi nama Pangeran Riya. Sejak kecil RM Sura dirawat oleh Pamannya yaitu Pangeran Purbaya. Ketika ayahandanya naik tahta , Kraton Kartasura masih makmur aman dan damai seperti pada masa Sri Sunan Pakubuwana I.Tetapi ketika Prabu Amangkurat IV mengatur posisi dan kedudukan para pangeran, keadaan kraton menjadi bergejolak. Termasuk adik adik Raja yaitu Pangeran Purbaya dan Pangeran Balitar juga menerima nasib,diturunkan kedudukannya,ditarik pasukannya.Mereka hanya menjadi Pangeran Sentana.Hingga kemudian mereka menyingkir ke Bale Kajenar, tempat tinggal Sultan Agung di Karta.termasuk RM Sura ikut serta Pamannya. Hingga kemudian akibat perubahan aturan tersebut, banyak para Pangeran memberontak hingga akhirnya terjadi musim paceklik, yang melengkapi penderitaan di Kraton Kartasura. Pemberontakan para Pangeran mengakibatkan Prabu Amangkurat IV marah dan berusaha memadamkan pemberontakan yang dilakukan oleh adik adiknya sendiri. Karena desakan pasukan VOC akhirnya Pangeran Balitar dan Pangeran Purbaya pindah ke Malang, begitupun RM Sura mengikuti kemanapun Pamannya pergi. RM Sura tampil melawan pasukan VOC. tidak lama berselang P Balitar wafat karena sakit,kemudian dimakamkan ke Nitikan Yogyakarta. Pangeran Purbaya yang masih di Malang kemudian bersama putra angkatnya yaitu RM Sura, bersatu dengan Panembahan Herucakra atau Pangeran Diponegara meneruskan perlawanan. Hingga kemudian pihak VOC melakukan operasi tipu daya dengan mengundang P Purbaya dan Pangeran Diponegoro dengan dalih akan diangkat menjadi raja. Pertemuan diadakan di Pasuruan. Kemudian P Purbaya dan Pangeran Diponegara diajak ke Semarang lewat Pelabuhan Surabaya. Setelah sampai di Semarang, RM Sura atau Pangeran Riya diturunkan dan dijemput utusan Prabu Amangkurat IV, pulang ke Kraton Kartasura. Sementara itu P Purbaya yang belum menyadari tipu daya VOC akhirnya di penjara di Benteng Alang Alang Batavia kemudian diasingkan di Afrika Selatan. Dan Pangeran Diponègoro diasingkan ke Srilangka.. RM Sura yang sudah sampai di Kraton Kartasura kemudian dianugrahi nama baru yaitu Pangeran Adipati Anom Arya Amengkunagara. PA Mangkunegara menikah dengan RAy Raga Asmara putri Panembahan Cakraningrat. PA Mangkunegara juga menikah dengan sepupunya yaitu putri Pangeran Balitar yang bernama RA Wulan. Sementara itu Prabu Amangkurat IV semakin tua dan mulai memikirkan siapa pengganti beliau kelak.Dalam keadaan sakit dan kebingungan Prabu Amangkurat IV menyuruh Patih Danureja untuk membuat surat ke VOC di Batavia, yang isinya : " Bilamana Sinuwun wafat, yang diijinkan menggantikan kedudukannya adalah PA Mangkunegara. bilamana tidak dapat terlaksana bisa digantikan oleh P Prabasuyasa, jika tidak terlaksana bisa dipilih salah satu dari keempat putra Ratu Kadipaten " Sakit Sang Prabu semakin parah,tetapi surat balasan dari VOC belum kunjung datang, kemudian Prabu Amangkurat IV berpesan kepada Patih Danureja bahwa yang saya ijinkankan menggantikan tahta adalah seperti yang tertulis disuratnya. Kemudian kepada Permaisurinya, Prabu Amangkurat IV memberikan keris pusaka untuk diserahkan kepada PA Mangkunegara sebagai lambang PA Mangkunegara sebagai penggantinya Tetapi pada kenyataannya pada tahun 1728, PA Mangkunegara diasingkan ke Srilangka oleh VOC karena menentang kebijakan VOC juga karena fitnah sang patih. Para Putra PA Mangkunagara ing Kartasura : 1. RM Ngali, Pangeran Tirtakusuma 2. RM Umar, seda timur 3. RM Said, KGPAA Mangkunagara I 4. RM Sakadi, seda timur 5. Putri, seda timur 6. RM Ambiya, Pangeran Pamot 7. RM Sabar, PA Mangkudiningrat 8. RAy Puspakusuma 9. Kakung, seda timur 10. RAy Tirtayuda 11. Pangeran Kap 12. RAy Mangkuyuda 13. RM Arya Tejakusuma 14. RM Arya Warihkusuma 15. RM Arya Ranukusuma 16. RAy Mangkuyuda. Foto Makam PA Mangkunagara dan RA Wulan di Imogiri.koleksi Bapak Agus Budi Santoso Al Fatihah teruntuk Eyang Mangkunagara bin Sunan Amangkurat IV sekalian garwa.

 PANGERAN MANGKUNAGARA  KARTASURA

 

Beliau adalah Ayahanda RM Said atau KGPAA Mangkunagara I, Penguasa Pura Mangkunegaran dan Leluhur Trah Mangkunegaran. 

Terlahir dengan nama RM Sura, Beliau adalah putra sulung Prabu Amangkurat IV dan Mas Ayu Kusuma Sunarso dari Nglaroh. Oleh Eyangnya yaitu Sri Sunan Pakubuwana I, beliau diberi nama Pangeran Riya. Sejak kecil RM Sura dirawat oleh Pamannya yaitu Pangeran Purbaya. 


Ketika ayahandanya naik tahta , Kraton Kartasura masih makmur aman dan damai seperti pada masa Sri Sunan Pakubuwana I.Tetapi ketika Prabu Amangkurat IV mengatur  posisi dan kedudukan para pangeran, keadaan kraton menjadi bergejolak. Termasuk adik adik Raja yaitu Pangeran Purbaya dan Pangeran Balitar juga menerima nasib,diturunkan kedudukannya,ditarik pasukannya.Mereka hanya menjadi Pangeran Sentana.Hingga kemudian mereka menyingkir ke Bale Kajenar, tempat tinggal Sultan Agung di Karta.termasuk RM Sura ikut serta Pamannya.

Hingga kemudian akibat perubahan aturan tersebut, banyak para Pangeran memberontak hingga akhirnya terjadi musim paceklik, yang melengkapi penderitaan di Kraton Kartasura. 


Pemberontakan para Pangeran mengakibatkan Prabu Amangkurat IV marah dan berusaha memadamkan pemberontakan yang dilakukan oleh adik adiknya sendiri.


Karena desakan pasukan VOC akhirnya Pangeran Balitar dan Pangeran Purbaya pindah ke Malang, begitupun RM Sura mengikuti kemanapun Pamannya pergi. RM Sura tampil melawan pasukan VOC. tidak lama berselang P Balitar wafat karena sakit,kemudian dimakamkan ke Nitikan Yogyakarta.


Pangeran Purbaya yang masih di Malang kemudian bersama putra angkatnya yaitu RM Sura, bersatu dengan Panembahan Herucakra atau Pangeran Diponegara meneruskan perlawanan.


Hingga kemudian pihak VOC melakukan operasi tipu daya dengan mengundang P Purbaya dan Pangeran Diponegoro dengan dalih akan diangkat menjadi raja. Pertemuan diadakan di Pasuruan. Kemudian P Purbaya dan Pangeran Diponegara diajak ke Semarang lewat Pelabuhan Surabaya. Setelah sampai di Semarang, RM Sura atau Pangeran Riya diturunkan dan dijemput utusan Prabu Amangkurat IV, pulang ke Kraton Kartasura. Sementara itu P Purbaya yang belum menyadari tipu daya VOC akhirnya di penjara di Benteng Alang Alang Batavia kemudian diasingkan di Afrika Selatan. Dan Pangeran Diponègoro diasingkan ke Srilangka..


RM Sura yang sudah sampai di Kraton Kartasura kemudian dianugrahi nama baru yaitu Pangeran Adipati Anom Arya Amengkunagara.


PA Mangkunegara menikah dengan RAy Raga Asmara putri Panembahan Cakraningrat. PA Mangkunegara juga menikah dengan sepupunya yaitu putri Pangeran Balitar  yang bernama RA Wulan.


Sementara itu Prabu Amangkurat IV semakin tua dan mulai memikirkan siapa pengganti beliau kelak.Dalam keadaan sakit dan kebingungan Prabu Amangkurat IV menyuruh Patih Danureja untuk membuat surat ke VOC di Batavia, yang isinya : " Bilamana Sinuwun wafat, yang diijinkan menggantikan kedudukannya adalah PA Mangkunegara. bilamana tidak dapat terlaksana bisa digantikan oleh P Prabasuyasa, jika tidak terlaksana bisa dipilih salah satu dari keempat putra Ratu Kadipaten "


Sakit Sang Prabu semakin parah,tetapi surat balasan dari VOC belum kunjung datang, kemudian Prabu Amangkurat IV berpesan kepada Patih Danureja bahwa yang saya ijinkankan menggantikan tahta adalah seperti yang tertulis disuratnya. Kemudian kepada Permaisurinya, Prabu Amangkurat IV memberikan keris pusaka untuk diserahkan kepada PA Mangkunegara sebagai lambang PA Mangkunegara sebagai penggantinya


Tetapi pada kenyataannya pada tahun 1728, PA Mangkunegara diasingkan ke Srilangka oleh VOC karena menentang kebijakan VOC juga karena fitnah sang patih.


Para Putra PA Mangkunagara ing Kartasura :

1. RM Ngali, Pangeran Tirtakusuma

2. RM Umar, seda timur

3. RM Said, KGPAA Mangkunagara I

4. RM Sakadi, seda timur

5. Putri, seda timur

6. RM Ambiya, Pangeran Pamot

7. RM Sabar, PA Mangkudiningrat

8. RAy Puspakusuma

9. Kakung, seda timur

10. RAy Tirtayuda

11. Pangeran Kap

12. RAy Mangkuyuda

13. RM Arya Tejakusuma

14. RM Arya Warihkusuma

15. RM Arya Ranukusuma

16. RAy Mangkuyuda.



Foto Makam PA Mangkunagara dan RA Wulan  di Imogiri.koleksi Bapak Agus Budi Santoso


Al Fatihah teruntuk Eyang Mangkunagara bin Sunan Amangkurat IV sekalian garwa.

03 January 2024

Indonesia Tempoe Doeloe Pusat Dokumenter Dan Nostalgia Potret lawas 1880 Dibangun Abad 7. Sebelum Silpi/arsitektur Nusantara memiliki karya seni sendiri. Satu-satunya candi di Indonesia yang meniru Arsitektur India. Candi ini cukup unik dibanding dengan candi-candi lain, baik di Dieng maupun di Indonesia pada umumnya, karena kesamaan arsitekturnya dengan beberapa candi di India. Bagian atapnya shikara dan berbentuk seperti mangkuk yang ditangkupkan. Pada bagian atap terdapat relung dengan relief kepala yang disebut dengan kudu.

 Indonesia Tempoe Doeloe Pusat Dokumenter Dan Nostalgia 



Potret lawas 1880


Dibangun Abad 7.


Sebelum Silpi/arsitektur Nusantara memiliki karya seni sendiri.


Satu-satunya candi di Indonesia yang meniru Arsitektur India.


Candi ini cukup unik dibanding dengan candi-candi lain, baik di Dieng maupun di Indonesia pada umumnya, karena kesamaan arsitekturnya dengan beberapa candi di India. Bagian atapnya  shikara dan berbentuk seperti mangkuk yang ditangkupkan. Pada bagian atap terdapat relung dengan relief kepala yang disebut dengan kudu.

Groepsportret van Savoenese vrouwen Vervaardigingsjaar : 1890 - 1894 Fotograaf : C.J de Fretes Potret tiga orang wanita suku Sawu/Sabu...foto antara tahun 1890 - 1894 (Geheugenvannederland📷C.J de Fretes)

 Groepsportret van Savoenese vrouwen

Vervaardigingsjaar : 1890 - 1894

Fotograaf : C.J de Fretes

Potret tiga orang wanita suku Sawu/Sabu...foto antara tahun 1890 - 1894

(Geheugenvannederland📷C.J de Fretes)



Prof. Wolff Schoemaker dan mayoritas karya2nya di Bandung: Masjid Cipaganti, Katedral Bandung, Gereja GPIB Bethel Wastukancana (Trmksh utk Google)

 Prof. Wolff Schoemaker dan mayoritas karya2nya di Bandung: Masjid Cipaganti, Katedral Bandung, Gereja GPIB Bethel Wastukancana





(Trmksh utk Google)

Emas

 Emas menjadi barang berharga yang  akhirnya dijadikan pilihan masyarakat untuk berinvestasi. Hal ini juga karena diperkuat dengan adanya kecenderungan harga emas yang naik di tengah situasi perekonomian yang melemah ini membuat emas ini menjadi alternatif investasi yang aman.


Jika per hari ini harga emas di pasaran hampir mencapai Rp. 1 juta bahkan lebih per gramnya, maka  di tahun 1959 harga emas berada di kisaran harga Rp. 240.- untuk emas dengan kadar 23 karat dan Rp. 238.- untuk emas dengan kadar 22 karat. Seperti yang dikutip dari artikel di bawah ini.


Sumber: Berita Indonesia, 19 Desember 1959 halaman 2 Kolom 1. Koleksi Layanan Surat Kabar Langka Terjilid Perpustakaan Nasional RI (SKALA Team)



#HargaEmas

Tandu

 Tandu merupakan alat transportasi tertua di dunia, dijalankan dengan tenaga manusia, yang dipikul oleh 2 atau lebih laki-laki.


1.Javaanse vrouw in een draagstoel

    Wanita Jawa dalam sebuah tandu

   (Circa 1870)

2.Vrouw in een Chinese tandoe (draagstoel) op Java

   Wanita dalam sebuah tandu Cina di Jawa

   (Circa.1870)

3.Het gebruik van een hangmat als draagstoel op Java

   Penggunaan hammock sebagai tandu di Jawa

   (Before 1867)




Koleksi KITLV



Tampak di latar belakang Gedung NILLMIJ (sekarang BNI 46) di Yogyakarta circa 1946 (sumber : Gahetna)

 


Tampak di latar belakang Gedung NILLMIJ (sekarang BNI 46) di Yogyakarta circa 1946 (sumber : Gahetna)

Oleh : Andre Owen

02 January 2024

Kata delman berasal dari nama C Deeleman yang memenangkan lomba angkutan untuk kota batavia di Amsterdam pada tahun 1883 merupakan angkutan beroda dua ditarik seekor kuda. ( Engineers of Happy Land by Rudolf Mrazek )

 Kata delman berasal dari nama C Deeleman yang memenangkan lomba angkutan untuk kota batavia di Amsterdam pada tahun 1883 merupakan angkutan beroda dua ditarik seekor kuda. ( Engineers of Happy Land by Rudolf Mrazek )



Salam dari kota tajug( sekarang; Kudus) Kota yang mengikuti adat & budaya majapahit

 Salam dari kota tajug( sekarang; Kudus)

Kota yang mengikuti adat & budaya majapahit



Indonesia Tempoe Doeloe Pusat Dokumenter Dan Nostalgia Foto Copy Right Made Dharmendra Jejak peradaban yang tenggelam. Trowulan - Suasana di sekitar Kompleks Kerajaan Majapahit ✍️Relief candi dari zaman Majapahit tidak menggambarkan pemandangan perkotaan, tetapi menggambarkan pemukiman yang dikelilingi tembok. Pola permukiman ini merupakan ciri kota pesisir Jawa abad ke-16 menurut penjelajah Tomé Pires (c. 1468 Diperkirakan ibu kota Majapahit ini terdiri dari kumpulan banyak unit hunian seperti ini. Luas ibu kota Majapahit diperkirakan 112 - 200 km². Daerah ini meliputi Kabupaten Mojokerto, Kota Mojokerto, dan Jombang. Ada 66 desa yang berdiri di kompleks kerajaan ini. Candi Kamboja dibangun pada 881 Masehi oleh Indrawarman I, raja Kamboja. _________________________________________ Bakong adalah salah salah satu generasi candi pertama Kamboja yang terletak di Hariharalaya (sekarang Rulous), ibukota pertama kerajaan Kamboja. Penelitian para arkeolog, termasuk arkeolog senior Jaçques Dumarçay, mengungkapkan bahwa arsitektur candi Kamboja terpengaruh Arsitektur Jawa. Salah satu candi pertama Kamboja yang memiliki bentuk berundak-undak, detail-detail bangunan Bakong nyaris sama dengan detail-detail di Borobudur. Dumarçay memperkirakan bahwa silpi dari Jawa didatangkan dalam konstruksi candi ini. Kenapa sebuah candi yang terletak jauh dari Jawa terpengaruh arsitektur candi Jawa? Untuk menjawabnya, kita perlu melihat prasasti Sdok Kok Thom. Prasasti Sdok Kok Thom yang ditemukan di Kamboja bahwa Jayawarman II, pendiri dinasti Angkor Kamboja, dulunya besar dan dididik di Jawa, sebelum ia kembali ke Kamboja. Kerajaan Jawa yang berkuasa saat itu adalah Mataram Kuno yang kekuasannya membentang dari pesisir Kamboja di Barat hingga selatan Filipina di timur (lihat prasasti Manila Bay di Filipina).

 Indonesia Tempoe Doeloe Pusat Dokumenter Dan Nostalgia 


Foto Copy Right Made Dharmendra 

Jejak peradaban yang tenggelam.


Trowulan - Suasana di sekitar Kompleks Kerajaan Majapahit ✍️Relief candi dari zaman Majapahit tidak menggambarkan pemandangan perkotaan, tetapi menggambarkan pemukiman yang dikelilingi tembok. 



Pola permukiman ini merupakan ciri kota pesisir Jawa abad ke-16 menurut penjelajah Tomé Pires (c. 1468 Diperkirakan ibu kota Majapahit ini terdiri dari kumpulan banyak unit hunian seperti ini. 


Luas ibu kota Majapahit diperkirakan 112 - 200 km². Daerah ini meliputi Kabupaten Mojokerto, Kota Mojokerto, dan Jombang. Ada 66 desa yang berdiri di kompleks kerajaan ini.


Candi Kamboja  dibangun pada 881 Masehi oleh Indrawarman I, raja Kamboja. 

_________________________________________

Bakong adalah salah salah satu generasi candi pertama Kamboja yang terletak di Hariharalaya (sekarang Rulous), ibukota pertama kerajaan Kamboja.


Penelitian para arkeolog, termasuk arkeolog senior Jaçques Dumarçay, mengungkapkan bahwa arsitektur candi Kamboja terpengaruh Arsitektur Jawa. Salah satu  candi pertama Kamboja yang memiliki bentuk berundak-undak, detail-detail bangunan Bakong nyaris sama dengan detail-detail di Borobudur. Dumarçay memperkirakan bahwa silpi dari Jawa didatangkan dalam konstruksi candi ini.


Kenapa sebuah candi yang terletak jauh dari Jawa terpengaruh arsitektur candi Jawa? Untuk menjawabnya, kita perlu melihat prasasti Sdok Kok Thom.


Prasasti Sdok Kok Thom yang ditemukan di Kamboja bahwa Jayawarman II, pendiri dinasti Angkor Kamboja, dulunya besar dan dididik di Jawa, sebelum ia kembali ke Kamboja. Kerajaan Jawa yang berkuasa saat itu adalah Mataram Kuno yang kekuasannya membentang dari pesisir Kamboja di Barat hingga selatan Filipina di timur (lihat prasasti Manila Bay di Filipina).

Rumah perkampungan di Soemedang pada Tahun 1925. (KITLV)

 Rumah perkampungan di Soemedang pada Tahun 1925. (KITLV)



Panjangnya bervariasi antara 1–2 m, ciri khasnya: bagian belakang terbuka, terbuat dari perunggu (berwarna hijau), dan ada ukiran lambang surya (matahari) Majapahit, yang menjadi tanda bahwa meriam itu adalah produksi sendiri.

 Panjangnya bervariasi antara 1–2 m, ciri khasnya: bagian belakang terbuka, terbuat dari perunggu (berwarna hijau), dan ada ukiran lambang surya (matahari) Majapahit, yang menjadi tanda bahwa meriam itu adalah produksi sendiri.



Sejarah Orang 'Gipsi' Romani: Terusir dari Negeri, Ditolak di Eropa ________________________________________________ Istilah "orang Gipsi" berasal dari bahasa Inggris yang mengacu kepada kelompok etnis Romani. Istilah ini cenderung merendahkan secara rasial kepada kelompok etnis yang suka berpindah-pindah di sekitaran Inggris dan Wales. Diskriminasi ini bukan hanya karena etnis Romani yang budayanya nomaden, melainkan juga karena perbedaan ras.Karena rasnya yang berbeda seperti orang Timur Tengah, Eropa Timur, atau Asia Tengah, orang Eropa Barat meyebut mereka sebagai orang Mesir atau 'Mesir kecil'. Istilah ini seperti kawasan di semenanjung Peloponnese, Yunani selatan. Kenyataannya, seiring berkembangnya penelitian genetika dan tata bahasa pada abad ke-18, etnis Romani bukan dari Mesir dan Yunani. Etnis Romani justru berasal dari barat laut India yang bermigrasi melalui Persia pada antara abad keenam dan abad ke-12 menuju negara-negara Balkan. Pergerakan migrasi mereka pun sampai ke Eropa barat sejak abad kelima belas, dan terus meluas ke seluruh dunia seiring dengan munculnya kolonialisme Eropa. Dari India ke Eropa Alasan mengapa etnis Romani yang berasal dari India barat laut ini harus bermigrasi meninggalkan tanah kelahirannya belum jelas dalam sejarah. Beberapa teori mengatakan, kondisi politik Asia Tengah, Asia Selatan, dan Persia, menyebabkan cerita sejarah etnis Romani menjadi pengungsi dan bermigrasi. Dalam catatan sejarah, India barat laut merupakan kawasan yang tidak stabil. Ada banyak penguasaan antara sesama dinasti dan kerajaan India sendiri, serangan bangsa Mongol, dan penaklukkan dari Persia. Misalnya saja, pada awal abad ke-11, Kekaisaran Ghaznawiyah menguasai utara dan barat laut sub-benua India dari Dinasti Hindu Shahi. Kekaisaran dari Persia tersebut jatuh pada 1037 dan digantikan dengan Kekaisaran Seljuk dan Kekaisaran Ghuriyah. Kekaisaran Ghuriyah pun menguasai bagian utara sub-benua India hingga Teluk Bengala. Perebutan kekuasaan yang terus berlangsung menyebabkan banyak penduduk harus berpindah. Terlebih, dengan adanya kekuasaan baru yang datang dari Persia dan Turki, akses migrasi ke barat pun semakin memudahkan penduduk bermigrasi. Mungkin, pada masa awal migrasi, mereka adalah pengungsi yang terusir dari kampung halamannya. Namun, teori ini belum begitu jelas untuk disepakati para ahli sejarah tentang etnis Romani. Yang jelas, kejatuhan Konstantinopel pada 1453 oleh Kekaisaran Ottoman merupakan tonggak sejarah penting bagi komunitas Romani bertempat di Balkan Eropa. Sejak abad ke-16, Kekaisaran Ottoman telah meluas sampai ke Mesir. Ditambah dengan keberadaan orang non-kulit putih di Eropa pada abad pertengahan, menyebabkan orang Romani dipandang sebagai 'orang Mesir'. Hidup "Gipsi" ala orang Romani Orang Romani terbiasa dengan hidup nomaden. Mereka selalu identik dengan karavan yang memudahkan mobilitas mereka untuk berpindah ke tempat yang baru. Teknologi mereka juga berganti seiring perkembangan zaman, seperti penggunaan mobil, truk, atau kontainer. Modernisasi ini didorong karena keberadaan orang Romani yang sering menyambangi kota-kota Eropa yang berkembang pesat sejak abad ke-15. Interaksi dengan masyarakat lokal pun memengaruhi pengetahuan mereka dan keterlibatan di ruang publik. Dengan kebiasaan nomaden ini pula, kebudayaan dan bahasa tetap lestari di kalangan komunitas orang Romani. Secara struktural, kehidupan kolektif kelompok dan keluarga sangat dihargai, berbeda dengan masyarakat Eropa yang cenderung individualistis. Nuansa kebudayaan pun sangat identik dengan budaya India. Selain itu, kelompok ini memiliki bahasa yang termasuk rumpun Indo-Arya (rumpun bahasa dominan di Iran dan India). Kondisinya yang menetap, membuat beberapa kelompok telah bercampur dengan bahasa lokal. Meski berpindah tempat, pekerjaan yang umum dilakukan oleh orang Romani beragam. Umumnya mereka bekerja sebagai pedagang, cendekiawan pengembara, penyanyi dan penghibur keliling (termasuk sirkus), penggiling pisau, mekanik, dan bahkan tabib keliling yang pengobatannya mujarab. Hal ini membuat daya tarik orang Eropa Barat atas kehadiran orang Romani yang terkesan eksotis. Diskriminasi terhadap orang Romani Meski dipandang eksotis, etnis Romani tidak jarang mendapatkan diskriminasi di Eropa dalam sejarah. Pada abad ke-15 dan ke-16, seperti di Inggris era Elizabeth I, kedatangan etnis Romani menambah jumlah gelandangan. Pertumbuhan orang miskin dan gelandangan di Inggris pada kalangan etnis Romani disebabkan karena kombinasi pendapatan riil, pertumbuhan penduduk, dan masa panen yang buruk. Ada pun kondisi orang Eropa harus berpindah ke kota demi menunjang kehidupan. Hal ini menyebabkan kondisi ekonomi-sosial perkotaan dan pedesaan jomplang. Sementara itu, perpindahan orang Eropa ke kota-kota besar menyebabkan gelandangan, tanpa tempat menetap. Gelandangan begitu berbahaya bagi tatanan pemerintahan di Eropa. Contohnya dalam sejarah, gelandangan dan kemiskinan akan mendorong gerakan anarkisme dan revolusi. Gaya hidup gelandangan kerap dipandang sebagai kehidupan orang Gipsi, sehingga pemerintah menetapkan peraturan. Tahun 1547, Raja Edward VI bahkan menyebabkan peraturan yang melarang pengemis dan gelandangan dengan hukuman dua tahun kerja paksa dan eksekusi mati. Sejarah aturan itu merupakan lanjutan dari perundang-undangan diskriminatif yang, bahkan, disebut sebagai Undang-undang Mesir tahun 1530. Undang-undang Mesir memisahkan kelompok miskin, tidak layak, dan tidak punya tempat tinggal, dari masyarakat utama dalam sejarah Inggris. Kenyataannya di lapangan, peraturan ini mendiskriminasi etnis Romani yang hidup secara nomaden.

 Sejarah Orang 'Gipsi' Romani: Terusir dari Negeri, Ditolak di Eropa

________________________________________________



Istilah "orang Gipsi" berasal dari bahasa Inggris yang mengacu kepada kelompok etnis Romani. Istilah ini cenderung merendahkan secara rasial kepada kelompok etnis yang suka berpindah-pindah di sekitaran Inggris dan Wales.


Diskriminasi ini bukan hanya karena etnis Romani yang budayanya nomaden, melainkan juga karena perbedaan ras.Karena rasnya yang berbeda seperti orang Timur Tengah, Eropa Timur, atau Asia Tengah, orang Eropa Barat meyebut mereka sebagai orang Mesir atau 'Mesir kecil'. 


Istilah ini seperti kawasan di semenanjung Peloponnese, Yunani selatan. Kenyataannya, seiring berkembangnya penelitian genetika dan tata bahasa pada abad ke-18, etnis Romani bukan dari Mesir dan Yunani.


Etnis Romani justru berasal dari barat laut India yang bermigrasi melalui Persia pada antara abad keenam dan abad ke-12 menuju negara-negara Balkan. Pergerakan migrasi mereka pun sampai ke Eropa barat sejak abad kelima belas, dan terus meluas ke seluruh dunia seiring dengan munculnya kolonialisme Eropa.


Dari India ke Eropa


Alasan mengapa etnis Romani yang berasal dari India barat laut ini harus bermigrasi meninggalkan tanah kelahirannya belum jelas dalam sejarah. Beberapa teori mengatakan, kondisi politik Asia Tengah, Asia Selatan, dan Persia, menyebabkan cerita sejarah etnis Romani menjadi pengungsi dan bermigrasi.


Dalam catatan sejarah, India barat laut merupakan kawasan yang tidak stabil. Ada banyak penguasaan antara sesama dinasti dan kerajaan India sendiri, serangan bangsa Mongol, dan penaklukkan dari Persia.


Misalnya saja, pada awal abad ke-11, Kekaisaran Ghaznawiyah menguasai utara dan barat laut sub-benua India dari Dinasti Hindu Shahi. Kekaisaran dari Persia tersebut jatuh pada 1037 dan digantikan dengan Kekaisaran Seljuk dan Kekaisaran Ghuriyah. Kekaisaran Ghuriyah pun menguasai bagian utara sub-benua India hingga Teluk Bengala.


Perebutan kekuasaan yang terus berlangsung menyebabkan banyak penduduk harus berpindah. Terlebih, dengan adanya kekuasaan baru yang datang dari Persia dan Turki, akses migrasi ke barat pun semakin memudahkan penduduk bermigrasi. Mungkin, pada masa awal migrasi, mereka adalah pengungsi yang terusir dari kampung halamannya.


Namun, teori ini belum begitu jelas untuk disepakati para ahli sejarah tentang etnis Romani. Yang jelas, kejatuhan Konstantinopel pada 1453 oleh Kekaisaran Ottoman merupakan tonggak sejarah penting bagi komunitas Romani bertempat di Balkan Eropa.


Sejak abad ke-16, Kekaisaran Ottoman telah meluas sampai ke Mesir. Ditambah dengan keberadaan orang non-kulit putih di Eropa pada abad pertengahan, menyebabkan orang Romani dipandang sebagai 'orang Mesir'.


Hidup "Gipsi" ala orang Romani


Orang Romani terbiasa dengan hidup nomaden. Mereka selalu identik dengan karavan yang memudahkan mobilitas mereka untuk berpindah ke tempat yang baru. Teknologi mereka juga berganti seiring perkembangan zaman, seperti penggunaan mobil, truk, atau kontainer.


Modernisasi ini didorong karena keberadaan orang Romani yang sering menyambangi kota-kota Eropa yang berkembang pesat sejak abad ke-15. Interaksi dengan masyarakat lokal pun memengaruhi pengetahuan mereka dan keterlibatan di ruang publik.


Dengan kebiasaan nomaden ini pula, kebudayaan dan bahasa tetap lestari di kalangan komunitas orang Romani. Secara struktural, kehidupan kolektif kelompok dan keluarga sangat dihargai, berbeda dengan masyarakat Eropa yang cenderung individualistis. Nuansa kebudayaan pun sangat identik dengan budaya India.


Selain itu, kelompok ini memiliki bahasa yang termasuk rumpun Indo-Arya (rumpun bahasa dominan di Iran dan India). Kondisinya yang menetap, membuat beberapa kelompok telah bercampur dengan bahasa lokal.


Meski berpindah tempat, pekerjaan yang umum dilakukan oleh orang Romani beragam. Umumnya mereka bekerja sebagai pedagang, cendekiawan pengembara, penyanyi dan penghibur keliling (termasuk sirkus), penggiling pisau, mekanik, dan bahkan tabib keliling yang pengobatannya mujarab.


Hal ini membuat daya tarik orang Eropa Barat atas kehadiran orang Romani yang terkesan eksotis.


Diskriminasi terhadap orang Romani


Meski dipandang eksotis, etnis Romani tidak jarang mendapatkan diskriminasi di Eropa dalam sejarah. Pada abad ke-15 dan ke-16, seperti di Inggris era Elizabeth I, kedatangan etnis Romani menambah jumlah gelandangan.


Pertumbuhan orang miskin dan gelandangan di Inggris pada kalangan etnis Romani disebabkan karena kombinasi pendapatan riil, pertumbuhan penduduk, dan masa panen yang buruk.


Ada pun kondisi orang Eropa harus berpindah ke kota demi menunjang kehidupan. Hal ini menyebabkan kondisi ekonomi-sosial perkotaan dan pedesaan jomplang. Sementara itu, perpindahan orang Eropa ke kota-kota besar menyebabkan gelandangan, tanpa tempat menetap.


Gelandangan begitu berbahaya bagi tatanan pemerintahan di Eropa. Contohnya dalam sejarah, gelandangan dan kemiskinan akan mendorong gerakan anarkisme dan revolusi. Gaya hidup gelandangan kerap dipandang sebagai kehidupan orang Gipsi, sehingga pemerintah menetapkan peraturan.


Tahun 1547, Raja Edward VI bahkan menyebabkan peraturan yang melarang pengemis dan gelandangan dengan hukuman dua tahun kerja paksa dan eksekusi mati. Sejarah aturan itu merupakan lanjutan dari perundang-undangan diskriminatif yang, bahkan, disebut sebagai Undang-undang Mesir tahun 1530.


Undang-undang Mesir memisahkan kelompok miskin, tidak layak, dan tidak punya tempat tinggal, dari masyarakat utama dalam sejarah Inggris. Kenyataannya di lapangan, peraturan ini mendiskriminasi etnis Romani yang hidup secara nomaden.

Para pengendara sepeda di Pontianak, c 1890 (KITLV)

 Para pengendara sepeda di Pontianak, c 1890 (KITLV)



Bruiloft van twee mensen van adel te Singkang Vervaardigingsjaar : ca.1938 Potret pernikahan dua orang bangsawan di Sengkang,Wajo Sulawesi Selatan...foto sekitar tahun 1938 (KITLV)

 Bruiloft van twee mensen van adel te Singkang

Vervaardigingsjaar : ca.1938

Potret pernikahan dua orang bangsawan di Sengkang,Wajo Sulawesi Selatan...foto sekitar tahun 1938

(KITLV)



01 January 2024

Potret penjual poster dan kalender di Jakarta tahun 1980 📷: Nick via Flicker

 Potret penjual poster dan kalender di Jakarta tahun 1980

📷: Nick via Flicker



Kendall Green Bicycle Club (1884). Nah beginilah guys club sepeda jaman dulu

 Kendall Green Bicycle Club (1884). Nah beginilah guys club sepeda jaman dulu



Potret masa muda Ruth Palupessy saat bergaya dengan Vespa nya di Bandung pada tahun 1950 📷 Raden Mas Araf Sandika (Alm) 🙏

 Potret masa muda Ruth Palupessy saat bergaya dengan Vespa nya di Bandung pada tahun 1950

📷 Raden Mas Araf Sandika (Alm) 🙏



Pasar Johar Semarang (Atas tahun 1938, Foto Bawah tahun 1992 by J.Bergman)

 Pasar Johar Semarang 

(Atas tahun 1938, Foto Bawah tahun 1992 by J.Bergman)



Bemo

 Iklan bemo yg merakyat di dunia kala itu.



Sumber :

Muhammad Arifin.

La Posasu Kobangkuduno ( Omputo Kobangkuduno ) Lahir : ? Raja Muna ke - 8 : 1541-1551 M Orang Tua : ♂️Sugi Manuru, ♀️Wa Tubapala. Saudara : ♂️Kakodo, ♂️Manguntara, ♂️La Kakolo, ♂️La Pana, ♂️Tendridatu, ♂️Kalipatolo, ♀️Wa Sidakari, ♂️La Kilaponto, ♂️Rampeisomba, ♂️Kiraimaguna, ♂️Patolakamba, ♀️Wa Golu, ♀️Wa Ode ogo. Wafat : ? Makam : Masjid Kota Wuna diwilayah eks pusat Kerajaan Wuna. Keterangan : La Posasu adalah Raja Muna ke-VIII yang memerintah dikerajaan muna sejak tahun 1538. Ia merupakan anak dari Raja Muna ke-VI, Sugi Manuru dan juga merupakan adik dari Raja Muna ke-VII Lakilaponto. Ia memerintah di Kerajaan Muna setelah terjadi kekosongan kekuasaan ketika Lakilaponto /Haluoleo/Murhum memerintah di Kerajaan Buton/Kesultanan Buton. Makam Kobangkuduno/ La Posasu, Raja Wuna ke – 8 ( 1541-1551 ) Omputo Kobangkuduno menjadi Raja Wuna menggantikan kakaknya La Kilaponto Raja Wuna ke -7 sebagai konsekuensi menerima jabatan sebagai Raja di Kerajan Wolio. Selama menjadi raja selama 10 tahun, La Posasu berhasil melanjutkan pembangunan Beteng Kota Wuna yang ditinggalkan Raja pendahulunya La Kilaponto sepanjang 8900 meter dan mengelilingi seluruh Pusat Kerajaan Wuna di Kota Wuna. Benteng yng dibangun La Posasu dan La Kilaponto ini memiliki arsitektur yang unik yakni dibangun diatas puncak bukit dan menghubungkan antara bukit-bukit sehingga benteng ini seakan diapit dua jurang yang dalam ( sisi luar dan dalamnya ). Selain itu benteng ini beberbentuk seperti labirin sebagai jebakan bagi pasukan musuh.

 La Posasu Kobangkuduno

( Omputo Kobangkuduno )


Lahir : ?

Raja Muna ke - 8 : 1541-1551 M

Orang Tua : ♂️Sugi Manuru, ♀️Wa Tubapala.

Saudara : ♂️Kakodo, ♂️Manguntara, ♂️La Kakolo, ♂️La Pana, ♂️Tendridatu, ♂️Kalipatolo, ♀️Wa Sidakari, ♂️La Kilaponto, ♂️Rampeisomba, ♂️Kiraimaguna, ♂️Patolakamba, ♀️Wa Golu, ♀️Wa Ode ogo.

Wafat : ?

Makam : Masjid Kota Wuna diwilayah eks pusat Kerajaan Wuna.



Keterangan : 


La Posasu adalah Raja Muna ke-VIII yang memerintah dikerajaan muna sejak tahun 1538. Ia merupakan anak dari Raja Muna ke-VI, Sugi Manuru dan juga merupakan adik dari Raja Muna ke-VII Lakilaponto. Ia memerintah di Kerajaan Muna setelah terjadi kekosongan kekuasaan ketika Lakilaponto /Haluoleo/Murhum memerintah di Kerajaan Buton/Kesultanan Buton.


Makam Kobangkuduno/ La Posasu, Raja Wuna ke – 8 ( 1541-1551 ) Omputo Kobangkuduno menjadi Raja Wuna menggantikan kakaknya La Kilaponto Raja Wuna ke -7 sebagai konsekuensi menerima jabatan sebagai Raja di Kerajan Wolio. Selama menjadi raja selama 10 tahun, La Posasu berhasil melanjutkan pembangunan Beteng Kota Wuna yang ditinggalkan Raja pendahulunya La Kilaponto sepanjang 8900 meter dan mengelilingi seluruh Pusat Kerajaan Wuna di Kota Wuna.

Benteng yng dibangun La Posasu dan La Kilaponto ini memiliki arsitektur yang unik yakni dibangun diatas puncak bukit dan menghubungkan antara bukit-bukit sehingga benteng ini seakan diapit dua jurang yang dalam ( sisi luar dan dalamnya ). Selain itu benteng ini beberbentuk seperti labirin sebagai jebakan bagi pasukan musuh.

Straatbeeld Poerworedjo,recht Aloon-Aloon met voetbalveld Vervaardigingsjaar : 21/10/1949 Pemandangan sebuah jalan di Purworejo,Jawa Tengah Disebelah kanan nampak Alun-Alun dengan lapangan sepak bola...foto tanggal 21 Oktober 1949 (Nationaalarchief)

 Straatbeeld Poerworedjo,recht Aloon-Aloon met voetbalveld

Vervaardigingsjaar : 21/10/1949

Pemandangan sebuah jalan di Purworejo,Jawa Tengah

Disebelah kanan nampak Alun-Alun dengan lapangan sepak bola...foto tanggal 21 Oktober 1949

(Nationaalarchief)



Sejarah Magelang - View Ex-Terminal Bus (Tidar) Lama Magelang, dulu & kini 1973 : Pemakaman Tionghoa (Chineesche Begraafplaats) sesaat sebelum dimulainya pembangunan Terminal Bus Tidar Magelang 2023 : Kondisi ex-Terminal Lama saat ini 📷 : Arsip Kota (1973), Streetview (2023)

 View Ex-Terminal Bus (Tidar) Lama Magelang, dulu & kini

Oleh : Cahyono Edo Santosa




1973 : Pemakaman Tionghoa (Chineesche Begraafplaats) sesaat sebelum dimulainya pembangunan Terminal Bus Tidar Magelang

2023 : Kondisi ex-Terminal Lama saat ini


📷 : Arsip Kota (1973), Streetview (2023)

Penyerangan Istana Sultan Mataram Plered, 1676 "Paleis van de Sultan van Mataram aangevallen, anoniem, naar Wouter Schouten, 1676" Terlihat formasi mirip phalanx kuno dibentuk dari pasukan bertombak yang dicoba di terobos oleh pasukan kaveleri/berkuda. Sc pemerhati keraton surakarta. Disave ke Instagram @kerajaanjawaig

 Penyerangan Istana Sultan Mataram Plered, 1676

"Paleis van de Sultan van Mataram aangevallen, anoniem, naar Wouter Schouten, 1676"


Terlihat formasi mirip phalanx kuno dibentuk dari pasukan bertombak yang dicoba di terobos oleh pasukan kaveleri/berkuda.



Sc pemerhati keraton surakarta. Disave ke Instagram @kerajaanjawaig

PERANG NIAS (1840-1863), Raja Orahili Sang “DE VERDRIJVER DER HOLLANDERS" ________________________________________________ Sejak 2 abad lebih VOC Belanda sudah melirik dengan bernafsu ingin menguasai pulau Nias. Dalam tahun 1693 telah berhasil membuat perjanjian persahabatan dengan beberapa kepala-kepala suku di Nias, dan Belanda mendirikan pos dagang disana yang 2 tahun kemudian ditutup kembali. Didalam tahun 1756 kembali dicoba Belanda untuk mendirikan pos dagang yang baru yang ternyata lagi-lagi gagal. Dengan adanya TraktaatLondon 1824, Belanda mengambil alih semua aktivitas-aktivitas Inggris di Sumatera, termasuk pos Inggris di Gunung Sitoli. Atas dasar hukum yang sepihak itu tadi, didalam tahun 1840 Belanda mulai mendirikan benteng militer di Gunung Sitoli yang diperkuat dengan detasemen infanteri. Baik pimpinan militer maupun pimpinan pemerintahan sipil Belanda disitu dipegang oleh komandan benteng yang tunduk ke Gouvernement Belanda di Padang (Sumatera Barat). Tentu saja hadirnya militer Belanda di Nias menimbulkan amarah rakyat, terutama ketika dikirim Letnan Donleben dengan pasukannya keluar benteng untuk membuat topograpische opname (peta) lalu segera dia dibunuh penduduk Nias dari Lagundi. Dalam tahun berikutnya (1847) Belanda mau tunjuk kuasa buat menghukum perbuatan itu. Dikirim pasukan dengan kapal-kapal perang Koerier, Banka dan Banda yang dipimpin oleh Let. Kolonel Van der Hart dan wakilnya Kapten Kroesen mendarat di teluk Lagundi di pantai selatan Nias dan membakar kampung Lagundi. Dalam pertempuran dengan pasukan-pasukan rakyat disana ekspedisi Belanda itu dapat dipukul mundur kembali kelaut dengan memperoleh korban antara lain Kapten Kroesen kena tembak. Sejak ini pasukan Belanda tidak berani menjejakkan kaki keluar benteng Gunung Sitoli. Ketika dimana-mana di Sumatera, Belanda mulai aktif mengadakan gerakan-gerakan memperkuat penjajahannya, maka Jendral van Swieten, Kepala pemerintahan Belanda di Sumatera Barat, merasa malu tidak dapat menguasai pulau Nias. Alasan untuk bertindak lalu dicari yaitu : Membasmi perbudakan dimana katanya penduduk-penduduk Nias ditangkap untuk dibawa ke Aceh; Peperangan antara Raja-raja Botohosi dengan sekutunya Raja Orahilimelawan Raja Fadoro dan Raja Sindegeassi, dimana Tate Geko (Raja Fadoro) dan saudara-saudara dari Raja Sindegeassi tewas. Sebagaimana biasanya politik penjajah Belanda dia akan bertindak menyebelahi pihak-pihak yang lemah. Jendral Van Swieten (Jendral ini kemudian nanti dihajar oleh orang Aceh dalam Perang Aceh) lalu membuat rencana dan memberi perintah pembentukan suatu task force, suatu Ekspedisi Militer yang pimpinannya dipercayakan kepada Kapten de Vos. Ekspedisi ini terdiri dari detasemen benteng Gunung Sitoli, sebagian dari detasemen yang ada di Sibolga ditambah peleton Angkatan Laut dari kapal perang. Banda yang dipimpin oleh Letnan Dua (L) Schuurman. Pada tanggal 29 Desember jam 3 tengah sore ekspedisi naik kapal-kapal Banda dan kapal-kapal lainnya. Kekuatan persenjataan selain daripada cadangan 24 granat, 4000 peluru tajam dan 6000 slaghoedjes, juga ditambah dengan 4 Coehoorn mortir. Pada malam harinya iringan-iringan kapal-kapal itu meninggalkan pelabuhan Sibolga menuju Teluk Lagundi. Pada tanggal 2 Januari 1856 Panglima Ekspedisi de Vos baru berani menjejakkan kakinya mendarat, setelah Raja Sindegeassi tunduk, lalu mendirikan kubu di pantai. Pada tanggal 4 Januari ekspedisi militer itu mulai bergerak setelah memaksa Raja Fadoro mengirimkan rakyatnya menjadi kuli pengangkat barang-barang. Jam 4 sore pasukan ekspedisi ini bergerak menuju Orahili dan dibagi sebagai berikut : -- Peleton I didepan dipimpin oleh Letnan Satu Hammers terdiri dari pasukan garnizun Gunung Sitoli; -- Barisan kedua diisi oleh marinir dari kapal Perang Banda pimpinan Letnan (L) Schuurman bertugas untuk kerja zeni pionir; -- Barisan ketiga terdiri dari pasukan artileri dengan mortir-mortir; -- Barisan keempat peleton dari garnizun Sibolga pimpinan Letda, de Ravallot. -- Barisan kelima terdiri dari kuli-kuli orang-orang Nias dengan perbekalan; -- Barisan keenam ditutup oleh peleton pimpinan Sersan Mayor Stolte dan Sersan strey, dari garnizun Sibolga. Ditengah jalan ekspedisi mendapat kabar dari 2 orang spion yang terlebih dahulu dikirim untuk mengintip bahwa semua jalan masuk kampung Orahili sudah dijaga dan ditaburi ranjau dan hanya 1 jalan yaitu dari Fadoro ke teluk Lagundi yang masih terbuka, tetapi jalan inipun tengah malam nanti akan tertutup. Di berbagai tempat ditemukan ranjau-ranjau yang berupa panah (seperti yang kemudian juga dipakai oleh orang-orang Vietkong melawan pasukan/Amerika diperang Vietnam) yang biasanya menjadi perangkap untuk membunuh binatang liar. Keadaan ini rupanya membuat kecut hati Kapten de Vos, sehingga expolisi disuruh mengaso dan baru besok siang bergerak lagi. Pagi-pagi keesokan harinya tanggal 6 Januari ex Ekspedisi militer Belanda ini mulai bergerak dan ketika rumah-rumah kampung Orahili mulai kelihatan bermunculanlah para perjuang Nias. Menurut laporan Belanda perajurit-perajurit Nias itu ada yang berpakaian “baru rabau”, “baru Sinali" atau “baru uli giu”. Yang lain adalah pasukan perajurit “Boha Limat” (pasukan pengawal raja) yang memakai topi “rongo” atau “tagule” berwarna merah dan kuning dan ada pula opsir-opsirnya memakai topi besi (tapuja tapau), dan “baru sigolu”. Senjata-senjata prajurit-prajurit Nias ini adalah tombak 6 kaki, klewang dan 2 buah pisau, hanya ada 70 buah senapan kuno model locok itupun cara menembakkannya dari paha sehingga sulit untuk membidik tepat. Jadi dapatlah kini kita perbandingkan perbedaan kekuatan dan jenis persenjataan kedua belah pihak itu. Pasukan Belanda yang terdepan tiada berapa lama kemudian dihujani dengan tembakan-tembakan senapan oleh pejuang-pejuang Nias dan terjadilah kacau balau. Peleton Marinir pimpinan Letnan (L) Schuurman mencoba maju tetapi hanya bisa 50 langkah saja, karena tertumbuk tanaman-tanaman pohon yang penuh duri-duri rapat dan ditengah-tengah ada ranjau-ranjau dan lobang-lobang perangkap. Hempangan-hempangan seperti ini lebarnya 18-20 el sampai ke benteng yang dibuat daripada batu dengan lobang-lobang penembak yang tingginya 2-2½ el. Ketika pasukan Belanda mau maju tembakan pertama telah menghancurkan paha Sersan Sopla. Mayor Schwenk dengan bersenjatakan dubbelloop mencoba menembaki pejuang-pejuang Nias itu serta merta memperoleh sebutir peluru di dada kirinya sehingga ia tewas. Pleton artileri yang menembakkan mortirnya tidak ada mengenai satu orangpun pejuang. Laporan Belanda kemudian menulis : “……………De vijand week geen duim breedte, werd overmoediger bij het ontdekking dat ons vuur onschadelijk was, schoot bedaard zijne nuurwapens af die, door de schietgaten gerigt, het doel zelden mistenen terwijl een gedeelte de geweeren herlaadde, overdekte de anderen de voorste manschappen met een steenegen waardoor er verscheidene buiten gevecht kwamen. Gedurig nam het aantal gekwetsten toe, al meer en meer begon de vijand met juistheid te vuren ; …………..”. (Musuh tidak beranjak sedikitpun, malah makin bersemangat setelah mengetahui tembakan kami tidak mengena, lalu mereka dengan tenang menembakkan senjata mereka, melalui lobang-lobang pembidik, dan sasaran mereka jarang yang tak mengena; sementara sebagian mengisi peluru, yang lain melempari penyerang depan dengan batu-batu. Makin lama makin banyak jatuh korban makin lama makin jitu tembakan-tembakan musuh). Tembakan-tembakan dari para pejuang Nias kini dipusatkan kearah tempat mortir-mortir Belanda. Salah satu onggokan mesiu peluru mortir kena tembakan sehingga meletup dari seorang artillerist korban. Karena banyaknya korban jatuh serdadu-serdadu Belanda yang dibelakang tidak mau menggantikan tempat kawan-kawannya yang jadi korban. Panglima Ekspedisi meminta agar ada yang bersedia jadi sukarelawan dan cuma hanya 2 orang yang mau. Sersan Dungeman dan Sersan Strey. Dengan 2 orang saja yang maju kedepan adalah sia-sia tetapi tetap tinggal ditempatpun sia-sia belaka karena akan jadi sasaran peluru para pejuang. Dua kali telah dilaporkan bahwa para pejuang Nias sudah menghadang jalan mundur. Jalan ke arah pantai ada kira-kira sejauh 3 jam perjalanan. Barisan depan sudah mundur teratur dan para pekerja paksa orang-orang Nias sudah lama lari meninggalkan serdadu-serdadu Belanda itu. Tidak ada jalan lain daripada mundur buat Belanda. Mana kawan-kawannya yang korban dan amunisi yang dapat dibawa lalu dibawa tergesa-gesa bahkan 2 orang kawannya yang mati ditinggal begitu saja oleh Belanda-Belanda itu. Mula-mula mereka mau mundur dan bertahan di kampung Raja Fadoro, tetapi lalu diterima kabar bahwa rakyat kampung itu sudah bekerjasama dengan pejuang dari Botohosi. Setiap langkah mundur menambah korban dipihak serdadu-serdadu Belanda. Ketika seluruh sisa-sisa angkatan perang Belanda dari Ekspedisi Militer II ini naik kapal kembali ke Sibolga mereka telah menderita korban 22 orang. Dengan ini gagallah penyerangan Belanda untuk kesekian kalinya menguasai seluruh Nias. Penduduk yang di gembar-gemborkannya masih primitif nyatanya telah memberikan kekalahan yang memalukan kepadanya. Sejak itu Raja Orahili yang menjadi pemimpin utama para Pejuang Nias ketika itu lalu dijuluki oleh Belanda “De Verdrijver der Hollanders” (Pengusir orang-orang Belanda). Bukan main marahnya Jendral Van Swieten mendengar kekalahan Belanda yang memalukan itu. Macam-macamlah yang dicari untuk menjadi kambing hitam. Lalu ditugaskan kepada Mayor Van Staveren, onder Directeur Zeni Sumatera Barat, untuk membuat rencana operasi serta rencana daerah pendudukan nanti. Panglima Task Force Ekspedisi Militer-III ini dipercayakan kepada Mayor Crena, sebagai panglima pasukan-pasukan Belanda di wilayah utara. Segera ia berangkat ke Sibolga untuk persiapan peralatan yang diperlukan. Mengingat kerjasama dengan penduduk Nias tidak berapa diharapkan, maka ranjau-ranjau dan kayu-kayu untuk bentengpun dibuat sendiri oleh Belanda di Sibolga untuk diangkut nanti bersama-sama ke Nias. Disamping pasukan infantri ini ditambah lagi : 108 orang pasukan Marinir dari Angkatan Laut; 35 orang pasukan matroos kapal-kapal perang yang turut serta 20 orang hukuman kerja paksa sebagai kuli angkatan barang-barang untuk mengangkut semua ini 6 buah kapal dan 2 perahu-perahu besar dipergunakan. Pada tanggal 10 Maret 1856 angkatan Belanda itu berlabuh di Teluk Lagundi. Kedatangan begitu banyak kapal-kapal itu nyatanya tidak membuat panik rakyat. Panglima Crena meneropong rakyat tenang-tenang saja mengerjakan ladang mereka seakan-akan suasana dalam aman damai layaknya. Suasana kesunyian itu dipecahkan oleh tembakan meriam kapal atas perintah Panglima Belanda itu. Tiada berapa lama kemudian saudara bungsu dari Raja Sindegeassi datang. Dari padanya diperoleh laporan oleh Belanda bahwa : Raja-raja Orahili, Botohosi, Hilibobo, Lahusa, Hilijekomo dan Hilijomboi telah bersepakat membuat perjanjian pakta pertahanan untuk mengusir sebarang penjajahan Belanda asing dari wilayah Lagundi; Bahwa Raja-Raja tersebut dapat mengerahkan 6000 orang perajurit; Bahwa Raja Sindegeassi juga diajak turut serta tetapi menolak dan menyatakan akan berdiri “netral”. Atas dasar ini Sindegeassi tidak dapat memberikan bantuan kuli-kuli untuk membantu Ekspedisi Belanda itu. Hal ini untuk menjaga juga hubungan pertalian darah dan persaudaraan antara rakyat Sindegeassi dengan Orahili. Mendengar semua itu Panglima-panglima Belanda itu sebenarnya tidak percaya tetapi agar jangan dahulu menambah musuh baru Sindegeassi tidak diusik-usik. Sejak tanggal 12 Maret itu anggota-anggota Ekspedisi Militer Belanda ini sibuk mendirikan kubu-kubu dan perbentengan didekat pantai Teluk Lagundi. Taktik Ekspedisi Belanda untuk bersikap pasif dan bertahan serta tidak menyerang ke pedalaman, mendatangkan efek negatif, membuat timbulnya keraguan-keraguan dikalangan anggota-anggota Persatuan Perjuangan Nias. Satu persatu anggota-anggota melepaskan diri dan bersikap apatis. Selain dari Raja Sindegeassi juga Raja Fadoro kemudian bahkan diikuti oleh Raja Hilibobo. Situasi yang menguntungkan ini dikabarkan kepada Jendral Van Swieten yang dengan gembiranya mengeluarkan maklumat bahwa Nias Selatan sudah berhasil ditaklukkan. Situasi bertahan dalam benteng Lagundi seperti itu, akhirnya juga mendatangkan banyak kesusahan pada pihak Belanda. Hampir setengah daripada pasukan terkena penyakit. Mayor Crona telah kembali ke Sibolga dan menyerahkan pimpinan benteng kepada Letnan Satu Hijligers. Situasi “Tidak Perang Tidak Damai” seperti ini berlangsung hingga 4 tahun sampailah pada tanggal 16 Februari 1861 terjadilah suatu gempa bumi yang hebat yang menghancurkan rata benteng Belanda di Lagundi itu. Dengan susah payah sisa-sisa pasukan Belanda yang dapat mengungsi berlindung ke kampung Hilibobo. Mendengar diterimanya orang-orang Belanda di Hilibobo membuat amarah Raja Orahili. Serta merta ia mengirim ultimatum kepada Raja Hilibobo bahwa jika orang-orang Belanda berdiam lebih lama disana Hilibobo dianggap musuh. Raja Hilibobo sadar sehingga segera mengusir orang-orang Belanda itu kembali naik perahu-perahu mereka pulang ke Sibolga. Semua alat-alat perlengkapan tentara Belanda sisa-sisa Ekspedisi Militer III yang tertinggal, termasuk 2 pucuk meriam 8 pounder, telah disita oleh Raja Orahili. Sejak Maret 1861 wilayah Nias Selatan kembali bersih dari kekuasaan Belanda. Sekali lagi Raja Orahili membuktikan dirinya sebagai “De Verdijver der Hollanders” (Pengusir orang-orang Belanda).**

 PERANG NIAS (1840-1863), Raja Orahili Sang “DE VERDRIJVER DER HOLLANDERS"

________________________________________________



Sejak 2 abad lebih VOC Belanda sudah melirik dengan bernafsu ingin menguasai pulau Nias. Dalam tahun 1693 telah berhasil membuat perjanjian persahabatan dengan beberapa kepala-kepala suku di Nias, dan Belanda mendirikan pos dagang disana yang 2 tahun kemudian ditutup kembali. Didalam tahun 1756 kembali dicoba Belanda untuk mendirikan pos dagang yang baru yang ternyata lagi-lagi gagal. Dengan adanya TraktaatLondon 1824, Belanda mengambil alih semua aktivitas-aktivitas Inggris di Sumatera, termasuk pos Inggris di Gunung Sitoli. Atas dasar hukum yang sepihak itu tadi, didalam tahun 1840 Belanda mulai mendirikan benteng militer di Gunung Sitoli yang diperkuat dengan detasemen infanteri. Baik pimpinan militer maupun pimpinan pemerintahan sipil Belanda disitu dipegang oleh komandan benteng yang tunduk ke Gouvernement Belanda di Padang (Sumatera Barat).


Tentu saja hadirnya militer Belanda di Nias menimbulkan amarah rakyat, terutama ketika dikirim Letnan Donleben dengan pasukannya keluar benteng untuk membuat topograpische opname (peta) lalu segera dia dibunuh penduduk Nias dari Lagundi. Dalam tahun berikutnya (1847) Belanda mau tunjuk kuasa buat menghukum perbuatan itu. Dikirim pasukan dengan kapal-kapal perang Koerier, Banka dan Banda yang dipimpin oleh Let. Kolonel Van der Hart dan wakilnya Kapten Kroesen mendarat di teluk Lagundi di pantai selatan Nias dan membakar kampung Lagundi. Dalam pertempuran dengan pasukan-pasukan rakyat disana ekspedisi Belanda itu dapat dipukul mundur kembali kelaut dengan memperoleh korban antara lain Kapten Kroesen kena tembak. Sejak ini pasukan Belanda tidak berani menjejakkan kaki keluar benteng Gunung Sitoli.


Ketika dimana-mana di Sumatera, Belanda mulai aktif mengadakan gerakan-gerakan memperkuat penjajahannya, maka Jendral van Swieten, Kepala pemerintahan Belanda di Sumatera Barat, merasa malu tidak dapat menguasai pulau Nias. Alasan untuk bertindak lalu dicari yaitu : Membasmi perbudakan dimana katanya penduduk-penduduk Nias ditangkap untuk dibawa ke Aceh; Peperangan antara Raja-raja Botohosi dengan sekutunya Raja Orahilimelawan Raja Fadoro dan Raja Sindegeassi, dimana Tate Geko (Raja Fadoro) dan saudara-saudara dari Raja Sindegeassi tewas. Sebagaimana biasanya politik penjajah Belanda dia akan bertindak menyebelahi pihak-pihak yang lemah.


Jendral Van Swieten (Jendral ini kemudian nanti dihajar oleh orang Aceh dalam Perang Aceh) lalu membuat rencana dan memberi perintah pembentukan suatu task force, suatu Ekspedisi Militer yang pimpinannya dipercayakan kepada Kapten de Vos. Ekspedisi ini terdiri dari detasemen benteng Gunung Sitoli, sebagian dari detasemen yang ada di Sibolga ditambah peleton Angkatan Laut dari kapal perang. Banda yang dipimpin oleh Letnan Dua (L) Schuurman. Pada tanggal 29 Desember jam 3 tengah sore ekspedisi naik kapal-kapal Banda dan kapal-kapal lainnya. Kekuatan persenjataan selain daripada cadangan 24 granat, 4000 peluru tajam dan 6000 slaghoedjes, juga ditambah dengan 4 Coehoorn mortir. Pada malam harinya iringan-iringan kapal-kapal itu meninggalkan pelabuhan Sibolga menuju Teluk Lagundi. Pada tanggal 2 Januari 1856 Panglima Ekspedisi de Vos baru berani menjejakkan kakinya mendarat, setelah Raja Sindegeassi tunduk, lalu mendirikan kubu di pantai. Pada tanggal 4 Januari ekspedisi militer itu mulai bergerak setelah memaksa Raja Fadoro mengirimkan rakyatnya menjadi kuli pengangkat barang-barang. Jam 4 sore pasukan ekspedisi ini bergerak menuju Orahili dan dibagi sebagai berikut :


-- Peleton I didepan dipimpin oleh Letnan Satu Hammers terdiri dari pasukan garnizun Gunung Sitoli;


-- Barisan kedua diisi oleh marinir dari kapal Perang Banda pimpinan Letnan (L) Schuurman bertugas untuk kerja zeni pionir;


-- Barisan ketiga terdiri dari pasukan artileri dengan mortir-mortir;


-- Barisan keempat peleton dari garnizun Sibolga pimpinan Letda, de Ravallot.


-- Barisan kelima terdiri dari kuli-kuli orang-orang Nias dengan perbekalan;


-- Barisan keenam ditutup oleh peleton pimpinan Sersan Mayor Stolte dan Sersan strey, dari garnizun Sibolga.


Ditengah jalan ekspedisi mendapat kabar dari 2 orang spion yang terlebih dahulu dikirim untuk mengintip bahwa semua jalan masuk kampung Orahili sudah dijaga dan ditaburi ranjau dan hanya 1 jalan yaitu dari Fadoro ke teluk Lagundi yang masih terbuka, tetapi jalan inipun tengah malam nanti akan tertutup. Di berbagai tempat ditemukan ranjau-ranjau yang berupa panah (seperti yang kemudian juga dipakai oleh orang-orang Vietkong melawan pasukan/Amerika diperang Vietnam) yang biasanya menjadi perangkap untuk membunuh binatang liar. Keadaan ini rupanya membuat kecut hati Kapten de Vos, sehingga expolisi disuruh mengaso dan baru besok siang bergerak lagi. Pagi-pagi keesokan harinya tanggal 6 Januari ex

Ekspedisi militer Belanda ini mulai bergerak dan ketika rumah-rumah kampung Orahili mulai kelihatan bermunculanlah para perjuang Nias.


Menurut laporan Belanda perajurit-perajurit Nias itu ada yang berpakaian “baru rabau”, “baru Sinali" atau “baru uli giu”. Yang lain adalah pasukan perajurit “Boha Limat” (pasukan pengawal raja) yang memakai topi “rongo” atau “tagule” berwarna merah dan kuning dan ada pula opsir-opsirnya memakai topi besi (tapuja tapau), dan “baru sigolu”. Senjata-senjata prajurit-prajurit Nias ini adalah tombak 6 kaki, klewang dan 2 buah pisau, hanya ada 70 buah senapan kuno model locok itupun cara menembakkannya dari paha sehingga sulit untuk membidik tepat. Jadi dapatlah kini kita perbandingkan perbedaan kekuatan dan jenis persenjataan kedua belah pihak itu.


Pasukan Belanda yang terdepan tiada berapa lama kemudian dihujani dengan tembakan-tembakan senapan oleh pejuang-pejuang Nias dan terjadilah kacau balau. Peleton Marinir pimpinan Letnan (L) Schuurman mencoba maju tetapi hanya bisa 50 langkah saja, karena tertumbuk tanaman-tanaman pohon yang penuh duri-duri rapat dan ditengah-tengah ada ranjau-ranjau dan lobang-lobang perangkap. Hempangan-hempangan seperti ini lebarnya 18-20 el sampai ke benteng yang dibuat daripada batu dengan lobang-lobang penembak yang tingginya 2-2½ el. Ketika pasukan Belanda mau maju tembakan pertama telah menghancurkan paha Sersan Sopla. Mayor Schwenk dengan bersenjatakan dubbelloop mencoba menembaki pejuang-pejuang Nias itu serta merta memperoleh sebutir peluru di dada kirinya sehingga ia tewas. Pleton artileri yang menembakkan mortirnya tidak ada mengenai satu orangpun pejuang.


Laporan Belanda kemudian menulis : “……………De vijand week geen duim breedte, werd overmoediger bij het ontdekking dat ons vuur onschadelijk was, schoot bedaard zijne nuurwapens af die, door de schietgaten gerigt, het doel zelden mistenen terwijl een gedeelte de geweeren herlaadde, overdekte de anderen de voorste manschappen met een steenegen waardoor er verscheidene buiten gevecht kwamen. Gedurig nam het aantal gekwetsten toe, al meer en meer begon de vijand met juistheid te vuren ; …………..”. (Musuh tidak beranjak sedikitpun, malah makin bersemangat setelah mengetahui tembakan kami tidak mengena, lalu mereka dengan tenang menembakkan senjata mereka, melalui lobang-lobang pembidik, dan sasaran mereka jarang yang tak mengena; sementara sebagian mengisi peluru, yang lain melempari penyerang depan dengan batu-batu. Makin lama makin banyak jatuh korban makin lama makin jitu tembakan-tembakan musuh).


Tembakan-tembakan dari para pejuang Nias kini dipusatkan kearah tempat mortir-mortir Belanda. Salah satu onggokan mesiu peluru mortir kena tembakan sehingga meletup dari seorang artillerist korban. Karena banyaknya korban jatuh serdadu-serdadu Belanda yang dibelakang tidak mau menggantikan tempat kawan-kawannya yang jadi korban. Panglima Ekspedisi meminta agar ada yang bersedia jadi sukarelawan dan cuma hanya 2 orang yang mau. Sersan Dungeman dan Sersan Strey. Dengan 2 orang saja yang maju kedepan adalah sia-sia tetapi tetap tinggal ditempatpun sia-sia belaka karena akan jadi sasaran peluru para pejuang. Dua kali telah dilaporkan bahwa para pejuang Nias sudah menghadang jalan mundur. Jalan ke arah pantai ada kira-kira sejauh 3 jam perjalanan. Barisan depan sudah mundur teratur dan para pekerja paksa orang-orang Nias sudah lama lari meninggalkan serdadu-serdadu Belanda itu. Tidak ada jalan lain daripada mundur buat Belanda. Mana kawan-kawannya yang korban dan amunisi yang dapat dibawa lalu dibawa tergesa-gesa bahkan 2 orang kawannya yang mati ditinggal begitu saja oleh Belanda-Belanda itu.


Mula-mula mereka mau mundur dan bertahan di kampung Raja Fadoro, tetapi lalu diterima kabar bahwa rakyat kampung itu sudah bekerjasama dengan pejuang dari Botohosi. Setiap langkah mundur menambah korban dipihak serdadu-serdadu Belanda. Ketika seluruh sisa-sisa angkatan perang Belanda dari Ekspedisi Militer II ini naik kapal kembali ke Sibolga mereka telah menderita korban 22 orang. Dengan ini gagallah penyerangan Belanda untuk kesekian kalinya menguasai seluruh Nias. Penduduk yang di gembar-gemborkannya masih primitif nyatanya telah memberikan kekalahan yang memalukan kepadanya. Sejak itu Raja Orahili yang menjadi pemimpin utama para Pejuang Nias ketika itu lalu dijuluki oleh Belanda “De Verdrijver der Hollanders” (Pengusir orang-orang Belanda).


Bukan main marahnya Jendral Van Swieten mendengar kekalahan Belanda yang memalukan itu. Macam-macamlah yang dicari untuk menjadi kambing hitam. Lalu ditugaskan kepada Mayor Van Staveren, onder Directeur Zeni Sumatera Barat, untuk membuat rencana operasi serta rencana daerah pendudukan nanti. Panglima Task Force Ekspedisi Militer-III ini dipercayakan kepada Mayor Crena, sebagai panglima pasukan-pasukan Belanda di wilayah utara. Segera ia berangkat ke Sibolga untuk persiapan peralatan yang diperlukan. Mengingat kerjasama dengan penduduk Nias tidak berapa diharapkan, maka ranjau-ranjau dan kayu-kayu untuk bentengpun dibuat sendiri oleh Belanda di Sibolga untuk diangkut nanti bersama-sama ke Nias.


Disamping pasukan infantri ini ditambah lagi : 108 orang pasukan Marinir dari Angkatan Laut; 35 orang pasukan matroos kapal-kapal perang yang turut serta 20 orang hukuman kerja paksa sebagai kuli angkatan barang-barang untuk mengangkut semua ini 6 buah kapal dan 2 perahu-perahu besar dipergunakan.


Pada tanggal 10 Maret 1856 angkatan Belanda itu berlabuh di Teluk Lagundi. Kedatangan begitu banyak kapal-kapal itu nyatanya tidak membuat panik rakyat. Panglima Crena meneropong rakyat tenang-tenang saja mengerjakan ladang mereka seakan-akan suasana dalam aman damai layaknya. Suasana kesunyian itu dipecahkan oleh tembakan meriam kapal atas perintah Panglima Belanda itu. Tiada berapa lama kemudian saudara bungsu dari Raja Sindegeassi datang. Dari padanya diperoleh laporan oleh Belanda bahwa : Raja-raja Orahili, Botohosi, Hilibobo, Lahusa, Hilijekomo dan Hilijomboi telah bersepakat membuat perjanjian pakta pertahanan untuk mengusir sebarang penjajahan Belanda asing dari wilayah Lagundi; Bahwa Raja-Raja tersebut dapat mengerahkan 6000 orang perajurit; Bahwa Raja Sindegeassi juga diajak turut serta tetapi menolak dan menyatakan akan berdiri “netral”. Atas dasar ini Sindegeassi tidak dapat memberikan bantuan kuli-kuli untuk membantu Ekspedisi Belanda itu. Hal ini untuk menjaga juga hubungan pertalian darah dan persaudaraan antara rakyat Sindegeassi dengan Orahili.


Mendengar semua itu Panglima-panglima Belanda itu sebenarnya tidak percaya tetapi agar jangan dahulu menambah musuh baru Sindegeassi tidak diusik-usik. Sejak tanggal 12 Maret itu anggota-anggota Ekspedisi Militer Belanda ini sibuk mendirikan kubu-kubu dan perbentengan didekat pantai Teluk Lagundi. Taktik Ekspedisi Belanda untuk bersikap pasif dan bertahan serta tidak menyerang ke pedalaman, mendatangkan efek negatif, membuat timbulnya keraguan-keraguan dikalangan anggota-anggota Persatuan Perjuangan Nias. Satu persatu anggota-anggota melepaskan diri dan bersikap apatis. Selain dari Raja Sindegeassi juga Raja Fadoro kemudian bahkan diikuti oleh Raja Hilibobo. Situasi yang menguntungkan ini dikabarkan kepada Jendral Van Swieten yang dengan gembiranya mengeluarkan maklumat bahwa Nias Selatan sudah berhasil ditaklukkan.



Situasi bertahan dalam benteng Lagundi seperti itu, akhirnya juga mendatangkan banyak kesusahan pada pihak Belanda. Hampir setengah daripada pasukan terkena penyakit. Mayor Crona telah kembali ke Sibolga dan menyerahkan pimpinan benteng kepada Letnan Satu Hijligers. Situasi “Tidak Perang Tidak Damai” seperti ini berlangsung hingga 4 tahun sampailah pada tanggal 16 Februari 1861 terjadilah suatu gempa bumi yang hebat yang menghancurkan rata benteng Belanda di Lagundi itu. Dengan susah payah sisa-sisa pasukan Belanda yang dapat mengungsi berlindung ke kampung Hilibobo.


Mendengar diterimanya orang-orang Belanda di Hilibobo membuat amarah Raja Orahili. Serta merta ia mengirim ultimatum kepada Raja Hilibobo bahwa jika orang-orang Belanda berdiam lebih lama disana Hilibobo dianggap musuh. Raja Hilibobo sadar sehingga segera mengusir orang-orang Belanda itu kembali naik perahu-perahu mereka pulang ke Sibolga. Semua alat-alat perlengkapan tentara Belanda sisa-sisa Ekspedisi Militer III yang tertinggal, termasuk 2 pucuk meriam 8 pounder, telah disita oleh Raja Orahili. Sejak Maret 1861 wilayah Nias Selatan kembali bersih dari kekuasaan Belanda. Sekali lagi Raja Orahili membuktikan dirinya sebagai “De Verdijver der Hollanders” (Pengusir orang-orang Belanda).**