30 August 2025

KH. Hasan Asy'ari (Mbah Mangli) =========================== KH. Muhammad Bahri atau yang kerap disapa dengan panggilan KH. Hasan Asy’ari atau Mbah Mangli merupakan putra bungsu dari Muhammad Ishaq, yang menurut silsilahnya masih keturunan dari Maulana Hasanuddin bin Sunan Gunung Jati Sedangkan dari garis ibu, Mbah Mangli merupakan keturunan dari KH. Ageng Hasan Besari yang juga masih keturunan Sunan Kalijaga. Mbah Mangli wafat pada akhir tahun 1997 makam beliau di Dusun Mangli, Ngablak, Kabupaten Magelang. Mbah Mangli dikaruniai karomah ”melipat bumi” yakni bisa datang dan pergi ke berbagai tempat yang jauh dalam sekejap mata. Di sisi lain, beliau dikenal sebagai seorang yang memiliki kemampuan psikokinesis tinggi. Berdasar cerita yang beredar di masyarakat, KH. Hasan Asy’ari atau lebih dikenal dengan nama Mbah Mangli, bisa mengisi pengajian di beberapa tempat sekaligus dalam waktu bersamaan. Ia bisa mengisi pengajian di Mangli, namun pada saat bersamaan juga mengaji di Semarang, Wonosobo, Jakarta, dan bahkan Sumatra. Ia juga tidak memerlukan pengeras suara (loud speaker) untuk berdakwah seperti halnya kebanyakan kiai lainnya. Padahal, jamaah yang menghadiri setiap pengajian Mbah Mangli mencapai puluhan ribu orang. Alfatihah =========================== اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلٰى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَاٰلِهٖ وَصَحْبِهٖ وَسَلِّم

 KH. Hasan Asy'ari (Mbah Mangli)

===========================

KH. Muhammad Bahri atau yang kerap disapa dengan panggilan KH. Hasan Asy’ari atau Mbah Mangli merupakan putra bungsu dari Muhammad Ishaq, yang menurut silsilahnya masih keturunan dari Maulana Hasanuddin bin Sunan Gunung Jati Sedangkan dari garis ibu, Mbah Mangli merupakan keturunan dari KH. Ageng Hasan Besari yang juga masih keturunan Sunan Kalijaga.



Mbah Mangli wafat pada akhir tahun 1997 makam beliau di Dusun Mangli, Ngablak, Kabupaten Magelang.


Mbah Mangli dikaruniai karomah ”melipat bumi” yakni bisa datang dan pergi ke berbagai tempat yang jauh dalam sekejap mata. Di sisi lain, beliau dikenal sebagai seorang yang memiliki kemampuan psikokinesis tinggi.


Berdasar cerita yang beredar di masyarakat, KH. Hasan Asy’ari atau lebih dikenal dengan nama Mbah Mangli, bisa mengisi pengajian di beberapa tempat sekaligus dalam waktu bersamaan. Ia bisa mengisi pengajian di Mangli, namun pada saat bersamaan juga mengaji di Semarang, Wonosobo, Jakarta, dan bahkan Sumatra.


Ia juga tidak memerlukan pengeras suara (loud speaker) untuk berdakwah seperti halnya kebanyakan kiai lainnya. Padahal, jamaah yang menghadiri setiap pengajian Mbah Mangli mencapai puluhan ribu orang.


Alfatihah


===========================


اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلٰى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَاٰلِهٖ وَصَحْبِهٖ وَسَلِّم

29 August 2025

Potret anggota Gereja Kristen Protestan di Tanah Batak sekitar tahun 1890. Sumber foto : KITLV

 Potret anggota Gereja Kristen Protestan di Tanah Batak sekitar tahun 1890.



Sumber foto : KITLV

Nama Dr Moewardi abadi sebagai rumah sakit terbesar di Solo, dibalik ini, perjuangannya gak main-main. menempuh masa studi di Stovia (sekarang UI)selama 12 tahun baru bisa dapat ijazah. walau menyandang status ningrat, ia dikenal dermawan dan sederhana. setahun setelah lulus Dr Moewardi ngadain tasyakuran "kenduri modern" gak cuma bagi-bagi makanan, tapi juga buka praktek pengobatan gratis dari jam 6 pagi sampai 12 malam. karena kedekatan dengan masyarakat, ia dijuluki "dokter gembel". setelah dibacakan proklamasi dan ibukota pindah ke jakarata, moewardi memilih untuk tinggal di Solo. namun tahun 1948, terjadi aksi yang melibatkan PKI. saat itu, Mayor Hendropijoko udah bilang, jangan praktek dulu karena kondisi negara lagi kurang baik. tapi Moewardi tetap kekeuh buka praktek dan jalani operasi sesuai jadwal. "saya pemimpin dan saya juga dokter yang terikat sumpah dokter. percayalah saya tidak akan dibunuh oleh bangsa sendiri, yang mau membunuh saya hanyalah belanda. pasien saya harus segera di operasi" ujarnya. gak lama, terdengar letusan senjata api. Moewardi diculik dan kantor polisi di dekat RS pun habis diserbu. sampai sekarang, gak ada yang tau kabar dan keberadaan jasad Moewardi pasca penculikan terjadi. #fyp #viral

 Nama Dr Moewardi abadi sebagai rumah sakit terbesar di Solo, dibalik ini, perjuangannya gak main-main.



menempuh masa studi di Stovia (sekarang UI)selama 12 tahun baru bisa dapat ijazah. walau menyandang status ningrat, ia dikenal dermawan dan sederhana.


setahun setelah lulus Dr Moewardi ngadain tasyakuran "kenduri modern" gak cuma bagi-bagi makanan, tapi juga buka praktek pengobatan gratis dari jam 6 pagi sampai 12 malam.


karena kedekatan dengan masyarakat, ia dijuluki "dokter gembel". setelah dibacakan proklamasi dan ibukota pindah ke jakarata, moewardi memilih untuk tinggal di Solo. 


namun tahun 1948, terjadi aksi yang melibatkan PKI. saat itu, Mayor Hendropijoko udah bilang, jangan praktek dulu karena kondisi negara lagi kurang baik.


tapi Moewardi tetap kekeuh buka praktek dan jalani operasi sesuai jadwal. 


"saya pemimpin dan saya juga dokter yang terikat sumpah dokter. percayalah saya tidak akan dibunuh oleh bangsa sendiri, yang mau membunuh saya hanyalah belanda. pasien saya harus segera di operasi" ujarnya.


gak lama, terdengar letusan senjata api. Moewardi diculik dan kantor polisi di dekat RS pun habis diserbu. 


sampai sekarang, gak ada yang tau kabar dan keberadaan jasad Moewardi pasca penculikan terjadi.

#fyp #viral

Organisasi Militer Permesta berdasar buku Barbara Sillars Harvey berjudul Permesta Pemberontakan Setengah Hati.

 Organisasi Militer Permesta berdasar buku  Barbara Sillars Harvey berjudul Permesta Pemberontakan Setengah Hati.



Mungkin masih banyak yang ingat dengan tokoh ini. Karier militernya cukup bagus. Pada tahun 1965 beliau sudah berpangkat Brigadir Jenderal, dengan usia relatif muda, baru awal 40-an. Jadi perjalanan dinasnya masih panjang. Bintang tiga bisa diraihnya menjelang pensiun. Namun dikorbankannya semua itu. Sang tokoh ini malah ikut bergabung dengan Letkol Untung dan kawan-kawan dalam suatu gerakan yang mereka namai sendiri "Gerakan 30 September." Untung yang berpangkat Letnan Kolonel menjadi pimpinan dari Gerakan 30 September tersebut. Beliau yang berpangkat Brigjen menjadi anak buah Untung. Gerakan 30 September yang lebih dikenal dengan sebutan Gestapu gagal mewujudkan semua rencana mereka. Letkol Untung berhasil ditangkap hanya beberapa waktu setelah gerskan mereka dimulai. Sang tokoh ini pun menyusul ditangkap, walaupun dalam waktu yang jauh lebih lama. Pada sidang Mahmilub dia dijatuhi hukuman mati. Entah apa yang mau dikejarnya. Dia telah menyia-nyiakan pangkat Brigadir Jenderal dan karier yang masih panjang. Semuanya lenyap seketika. Silakan koreksi jika ada yang salah, dan ditambahkan jika ada informasi lain yang belum ditulis. Terima kasih.

 Mungkin masih banyak yang ingat dengan tokoh ini. Karier militernya cukup bagus. Pada tahun 1965 beliau sudah berpangkat Brigadir Jenderal, dengan usia relatif muda, baru awal 40-an. Jadi perjalanan dinasnya masih panjang. Bintang tiga bisa diraihnya menjelang pensiun. 



Namun dikorbankannya semua itu. Sang tokoh ini malah ikut bergabung dengan Letkol Untung dan kawan-kawan dalam suatu gerakan yang mereka namai sendiri "Gerakan 30 September." Untung yang berpangkat Letnan Kolonel menjadi pimpinan dari Gerakan 30 September tersebut. Beliau yang berpangkat Brigjen menjadi anak buah Untung. 


Gerakan 30 September yang lebih dikenal dengan sebutan Gestapu gagal mewujudkan semua rencana mereka. Letkol Untung berhasil ditangkap hanya beberapa waktu setelah gerskan mereka dimulai. Sang tokoh ini pun menyusul ditangkap, walaupun dalam waktu yang jauh lebih lama. Pada sidang Mahmilub dia dijatuhi hukuman mati. 


Entah apa yang mau dikejarnya. Dia telah menyia-nyiakan pangkat Brigadir Jenderal dan karier yang masih panjang. Semuanya lenyap seketika. 


Silakan koreksi jika ada yang salah, dan ditambahkan jika ada informasi lain yang belum ditulis. Terima kasih.

28 August 2025

Misteri Gani bin Arup: Rekan Usman-Harun yang Hilang Jejak Dalam sejarah kelam peristiwa pengeboman Hotel MacDonald di Singapura tahun 1965, nama Usman dan Harun selalu dikenang sebagai pahlawan yang gugur di tiang gantungan. Namun, di balik kisah heroik itu, ada satu sosok yang jarang disebut, misterius, dan seolah menghilang dari catatan sejarah: Gani bin Arup. TNI Angkatan Laut memastikan bahwa Gani sudah meninggal dunia, tetapi jejak kehidupannya nyaris tak terlacak. Kadispen TNI AL, Laksamana Pertama Untung Surapati, menjelaskan bahwa Gani berbeda dengan Usman dan Harun karena ia bukan anggota KKO (Korps Komando) murni, melainkan seorang sukarelawan yang dilatih khusus untuk menjalankan misi sabotase rahasia. Karena sifat tugasnya, keberadaan Gani pun penuh misteri terpisah dari jalur resmi, tanpa catatan yang jelas, bahkan keluarganya sulit dilacak. Kadispen Marinir, Letkol Suwandi, menegaskan bahwa pihaknya hingga kini masih kekurangan arsip mengenai sosok Gani. Yang pasti, ia berhasil lolos dari kejaran aparat Singapura pasca-ledakan, sebuah fakta yang membuat kisahnya semakin menegangkan sekaligus menimbulkan tanda tanya besar: bagaimana kehidupan Gani setelah peristiwa itu? Satu-satunya bukti nyata tentang keberadaannya muncul dari keluarga Usman. Saat pemakaman Usman, sang kakak, Siti Rodiah, mengenang bahwa Gani adalah orang yang paling terpukul dan histeris menyaksikan kepergian rekannya. Sebuah foto yang tersimpan dalam dokumentasi keluarga memperlihatkan sosok diduga Gani potret haru dari seorang pejuang bayangan yang kehilangan sahabat seperjuangannya. Gani bin Arup tetap menjadi teka-teki. Namanya tak tercatat lengkap, kisah hidupnya tersamar, dan jejaknya hanya bertahan dalam ingatan segelintir orang. Ia adalah bagian dari sejarah yang samar sebuah legenda misterius di antara heroisme terang benderang Usman dan Harun. #MisteriSejarah #UsmanHarun #GaniBinArup #PahlawanTakTercatat #JejakMisterius #SejarahIndonesia #TNIAL

 Misteri Gani bin Arup: Rekan Usman-Harun yang Hilang Jejak


Dalam sejarah kelam peristiwa pengeboman Hotel MacDonald di Singapura tahun 1965, nama Usman dan Harun selalu dikenang sebagai pahlawan yang gugur di tiang gantungan. Namun, di balik kisah heroik itu, ada satu sosok yang jarang disebut, misterius, dan seolah menghilang dari catatan sejarah: Gani bin Arup.



TNI Angkatan Laut memastikan bahwa Gani sudah meninggal dunia, tetapi jejak kehidupannya nyaris tak terlacak. Kadispen TNI AL, Laksamana Pertama Untung Surapati, menjelaskan bahwa Gani berbeda dengan Usman dan Harun karena ia bukan anggota KKO (Korps Komando) murni, melainkan seorang sukarelawan yang dilatih khusus untuk menjalankan misi sabotase rahasia. Karena sifat tugasnya, keberadaan Gani pun penuh misteri terpisah dari jalur resmi, tanpa catatan yang jelas, bahkan keluarganya sulit dilacak.


Kadispen Marinir, Letkol Suwandi, menegaskan bahwa pihaknya hingga kini masih kekurangan arsip mengenai sosok Gani. Yang pasti, ia berhasil lolos dari kejaran aparat Singapura pasca-ledakan, sebuah fakta yang membuat kisahnya semakin menegangkan sekaligus menimbulkan tanda tanya besar: bagaimana kehidupan Gani setelah peristiwa itu?


Satu-satunya bukti nyata tentang keberadaannya muncul dari keluarga Usman. Saat pemakaman Usman, sang kakak, Siti Rodiah, mengenang bahwa Gani adalah orang yang paling terpukul dan histeris menyaksikan kepergian rekannya. Sebuah foto yang tersimpan dalam dokumentasi keluarga memperlihatkan sosok diduga Gani potret haru dari seorang pejuang bayangan yang kehilangan sahabat seperjuangannya.


Gani bin Arup tetap menjadi teka-teki. Namanya tak tercatat lengkap, kisah hidupnya tersamar, dan jejaknya hanya bertahan dalam ingatan segelintir orang. Ia adalah bagian dari sejarah yang samar sebuah legenda misterius di antara heroisme terang benderang Usman dan Harun.


#MisteriSejarah

#UsmanHarun

#GaniBinArup

#PahlawanTakTercatat

#JejakMisterius

#SejarahIndonesia

#TNIAL

KEDIRI BUKAN HANYA GUDANG GARAM....... Pramoedya Ananta Toer kurang lebih pernah menulis begini di novelnya, "Kamu boleh pintar setinggi langit, tapi kalau kamu tidak menulis maka kamu akan hilang dari ingatan masyarakat dan sejarah. Menulis adalah bekerja untuk keabadian..." Tetapi kalau menulis thok dan tidak pernah diterbitkan menjadi sebuah buku ya tulisan itu hanya akan menjadi konsumsi sendiri dan tidak begitu berdampak pada orang banyak. Masalahnya seberapa banyak sih ada orang yang mau menjadi penerbit buku? bisnis yang tidak terlalu jelas untungnya? apalagi menerbitkan buku di jaman kolonial Hindia Belanda dan bersaing keras dengan Penerbit Balai Pustaka yang dijadikan satu-satunya penerbitan resmi yang disubsidi oleh pemerintah kolonial? Perkenalkan...inilah Tan Khoen Swie. Seorang Tionghoa yang punya nyali untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan di atas? bukan dengan teriak-teriak sok nasionalis tetapi dengan tindakan nyata. Lahir di Wonogiri tahun 1884 konon ia besar di kota kelahirannya dengan menjadi tukang rakit penyeberangan sungai Bengawan Solo. Lalu ia mengembara ke kota-kota lain sambil belajar menguasai bahasa Hakka sebagai bahasa pengantar dengan komunitas Tionghoa di mana pun dia tinggal. Dari pengembaraannya itulah ia kemudian menikahi seorang gadis dari Surabaya bernama Liem Gio Nio dan kelak memiliki 3 anak. Pengembaraannya berhenti di Kediri. Di kota inilah Tan Khoen Swie semakin fasih berbahasa Jawa rendah maupun tinggi. Ia mampu membaca dan menulis aksara Jawa. Ia juga tertarik pada kebudayaan Jawa termasuk budaya wayang maupun ilmu kebatinan Kejawen. Dia kemudian menghidupi kebudayaan Jawa tersebut dengan suka bermeditasi, puasa, berlaku vegetarian dan mempunyai minat tinggi pada hal-hal gaib dan ilmu Kejawen. Minat kepada sastra dan kebatinan Jawa memberi ide baginya untuk mengembangkan bisnis penerbitan bernama Boekhandel Tan Khoen Swie, di rumah sekaligus tokonya (toko Soerabaia) di Jalan Dhaha Kediri. Bisnis itu ia didirikan tahun 1915, jadi 3 tahun sebelum Penerbit Balai Pustaka didirikan oleh pemerintah Hindia Belanda. Melalui penerbitannya inilah Tan Khoen Swie benar-benar berkontribusi pada pengembangan kebudayaan Jawa. Fokus bisnisnya adalah buku berhuruf dan berbahasa Jawa, berhuruf latin dan berbahasa Jawa serta berhuruf latin dan berbahasa Melayu. Topik bukunya juga beragam dari buku masakan, pertanian, filsafat, pendidikan, sejarah, agama, sastra bahkan teknik berhubungan seksual suami isteri. Tan Khoen Swie berjasa besar memasyarakatkan pengetahuan dan filsafat Jawa yang saat itu hanya terbatas dalam kepujanggaan kraton menjadi bentuk buku yang bisa dipelajari oleh semua kalangan masyarakat. Semua buku-buku Jawa yang legendaris itu adalah terbitan dari Boekhandel Tan Khoen Swie: - Primbon Jayabaya (Ronggowarsito) - Serat Wedhatama (Mangkunegara IV) - Serat Kalatidha (Ronggowarsito) - Serat Gatholoco - Serat Dharmogandul - Serat Nitimani (ini buku kamasutra ala Jawa) - Serat Babad Kediri Selain aktif di dunia kebatinan, ia juga memimpin perkumpulan Kioe Kok Thwan, oranisasi Tionghoa Kediri yang melawan kolonial Belanda tahun 1935. Ia tidak pernah mau mengubah nama Tionghoa-nya untuk menunjukkan bahwa orang Tionghoa pun bisa menjadi orang Jawa dan Indonesia tanpa harus menanggalkan identitas aslinya. Nasionalisme keindonesiaannya juga ditunjukkan dengan menerbitkan buku berbau anti kolonial berjudul "Atoeran dari Hal Melakoeken Hak Perkoempoelan dan Persidangan Dalem Hindia-Nederland" karangan R. Boediharjo (1932) serta buku "Tjinta Kebaktian Pada Tanah Air" tahun 1941. Beberapa sastrawan dan pujangga seringkali bermeditasi di rumahnya untuk mendapat inspirasi dala penulisan karya tulisnya. Konon, Tan Khoen Swie juga menjadikan rumahnya sebagai tempat mampir para mantan pengikut Pangeran Diponegoro yang tercerai-berai. Tan Khoen Swie sampai sekarang dihormati oleh para intelektual Jawa karena jasa dan kontribusinya pada Kasusastraan Jawa. Ia meninggal di Kediri tahun 1953. Anaknya, Tan Biang Liong, meneruskan usaha ayahnya bahkan sempat dipenjara 3 bulan karena menerbitkan buku Aji Asmorogomo, buku teknik berhubungan seksual untuk mendapatkan keturunan yang dilengkapi dengan ilustrasi. Kejadian ini menjadi salah satu penyebab anaknya menghentikan bisnis penerbitan di tahun 1963 untuk berkonsentrasi pada bisnis-bisnis lainnya. Jadi sekarang ketahuilah, kawan. Kediri itu bukan hanya terkenal karena Gudang Garam-nya saja. Ingatlah nama Tan Khoen Swie....ketika Anda sedang membaca buku. Gara-gara dia orang lain jadi berpikir bahwa menjadi penerbit ternyata juga bisa menjadi penghidupan sekaligus mencerdaskan orang banyak. Untuk jasa-jasanya itu pemerintah Republik Indonesia belum pernah memberikan penghargaan apa pun kepadanya. (Osa Kurniawan Ilham) #edisiimlek #iqra

 KEDIRI BUKAN HANYA GUDANG GARAM.......



Pramoedya Ananta Toer kurang lebih pernah menulis begini di novelnya, "Kamu boleh pintar setinggi langit, tapi kalau kamu tidak menulis maka kamu akan hilang dari ingatan masyarakat dan sejarah. Menulis adalah bekerja untuk keabadian..."


Tetapi kalau menulis thok dan tidak pernah diterbitkan menjadi sebuah buku ya tulisan itu hanya akan menjadi konsumsi sendiri dan tidak begitu berdampak pada orang banyak. Masalahnya seberapa banyak sih ada orang yang mau menjadi penerbit buku? bisnis yang tidak terlalu jelas untungnya? apalagi menerbitkan buku di jaman kolonial Hindia Belanda dan bersaing keras dengan Penerbit Balai Pustaka yang dijadikan satu-satunya penerbitan resmi yang disubsidi oleh pemerintah kolonial?


Perkenalkan...inilah Tan Khoen Swie. Seorang Tionghoa yang punya nyali untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan di atas? bukan dengan teriak-teriak sok nasionalis tetapi dengan tindakan nyata.


Lahir di Wonogiri tahun 1884 konon ia besar di kota kelahirannya dengan menjadi tukang rakit penyeberangan sungai Bengawan Solo. Lalu ia mengembara ke kota-kota lain sambil belajar menguasai bahasa Hakka sebagai bahasa pengantar dengan komunitas Tionghoa di mana pun dia tinggal. Dari pengembaraannya itulah ia kemudian menikahi seorang gadis dari Surabaya bernama Liem Gio Nio dan kelak memiliki 3 anak.


Pengembaraannya berhenti di Kediri. Di kota inilah Tan Khoen Swie semakin fasih berbahasa Jawa rendah maupun tinggi. Ia mampu membaca dan menulis aksara Jawa. Ia juga tertarik pada kebudayaan Jawa termasuk budaya wayang maupun ilmu kebatinan Kejawen.


Dia kemudian menghidupi kebudayaan Jawa tersebut dengan suka bermeditasi, puasa, berlaku vegetarian dan mempunyai minat tinggi pada hal-hal gaib dan ilmu Kejawen.


Minat kepada sastra dan kebatinan Jawa memberi ide baginya untuk mengembangkan bisnis penerbitan bernama Boekhandel Tan Khoen Swie, di rumah sekaligus tokonya (toko Soerabaia) di Jalan Dhaha Kediri. Bisnis itu ia didirikan tahun 1915, jadi 3 tahun sebelum Penerbit Balai Pustaka didirikan oleh pemerintah Hindia Belanda.


Melalui penerbitannya inilah Tan Khoen Swie benar-benar berkontribusi pada pengembangan kebudayaan Jawa. Fokus bisnisnya adalah buku berhuruf dan berbahasa Jawa, berhuruf latin dan berbahasa Jawa serta berhuruf latin dan berbahasa Melayu. Topik bukunya juga beragam dari buku masakan, pertanian, filsafat, pendidikan, sejarah, agama, sastra bahkan teknik berhubungan seksual suami isteri.


Tan Khoen Swie berjasa besar memasyarakatkan pengetahuan dan filsafat Jawa yang saat itu hanya terbatas dalam kepujanggaan kraton menjadi bentuk buku yang bisa dipelajari oleh semua kalangan masyarakat.


Semua buku-buku Jawa yang legendaris itu adalah terbitan dari Boekhandel Tan Khoen Swie: 

- Primbon Jayabaya (Ronggowarsito)

- Serat Wedhatama (Mangkunegara IV)

- Serat Kalatidha (Ronggowarsito)

- Serat Gatholoco

- Serat Dharmogandul

- Serat Nitimani (ini buku kamasutra ala Jawa)

- Serat Babad Kediri


Selain aktif di dunia kebatinan, ia juga memimpin perkumpulan Kioe Kok Thwan, oranisasi Tionghoa Kediri yang melawan kolonial Belanda tahun 1935. Ia tidak pernah mau mengubah nama Tionghoa-nya untuk menunjukkan bahwa orang Tionghoa pun bisa menjadi orang Jawa dan Indonesia tanpa harus menanggalkan identitas aslinya.


Nasionalisme keindonesiaannya juga ditunjukkan dengan menerbitkan buku berbau anti kolonial berjudul "Atoeran dari Hal Melakoeken Hak Perkoempoelan dan Persidangan Dalem Hindia-Nederland" karangan R. Boediharjo (1932) serta buku "Tjinta  Kebaktian Pada Tanah Air" tahun 1941. 


Beberapa sastrawan dan pujangga seringkali bermeditasi di rumahnya untuk mendapat inspirasi dala penulisan karya tulisnya. Konon, Tan Khoen Swie juga menjadikan rumahnya sebagai tempat mampir para mantan pengikut Pangeran Diponegoro yang tercerai-berai. 


Tan Khoen Swie sampai sekarang dihormati oleh para intelektual Jawa karena jasa dan kontribusinya pada Kasusastraan Jawa. Ia meninggal di Kediri tahun 1953. Anaknya, Tan Biang Liong, meneruskan usaha ayahnya bahkan sempat dipenjara 3 bulan karena menerbitkan buku Aji Asmorogomo, buku teknik berhubungan seksual untuk mendapatkan keturunan yang dilengkapi dengan ilustrasi. Kejadian ini menjadi salah satu penyebab anaknya menghentikan bisnis penerbitan di tahun 1963 untuk berkonsentrasi pada bisnis-bisnis lainnya.


Jadi sekarang ketahuilah, kawan. Kediri itu bukan hanya terkenal karena Gudang Garam-nya saja. 


Ingatlah nama Tan Khoen Swie....ketika Anda sedang membaca buku. 

Gara-gara dia orang lain jadi berpikir bahwa menjadi penerbit ternyata juga bisa menjadi penghidupan sekaligus mencerdaskan orang banyak.


Untuk jasa-jasanya itu pemerintah Republik Indonesia belum pernah memberikan penghargaan apa pun kepadanya.


(Osa Kurniawan Ilham)


#edisiimlek

#iqra

TAN MALAKA DAN RAGAM NAMA PALSUNYA UNTUK MENGELABUI PENJAJAH Tan Malaka merupakan nama populer untuk Sutan Ibrahim Gelar Datuk Sutan Malaka. Berdasarkan penuturan sejarawan Albert Poeze, Tan Malaka menghabiskan masa mudanya bersekolah di Rijks Kweekschool Fort de Kock, yang kini telah menjadi SMA 2 Bukittinggi. Hingga selanjutnya, melanjutkan studi di Belanda untuk menggapai cita-cita menjadi guru. Tetapi yang terjadi, justru ia akan mengalami perjalanan panjang atas idealismenya. Selama bertualang—atau bisa disebut sebagai buronan—Tan Malaka memiliki banyak samaran untuk mengelabui polisi dan jajaran pemerintahan kolonialis dan imperalis, seperti Amerika Serikat, Belanda, Jepang, dan Inggris. Bahkan dalam komik Satu Wajah Seribu Nama di majalah Tempo edisi kemerdekaan pada 2008, Tan dijuluki sebagai ahli menyamar. Kepandaiannya didukung kemampuannya untuk menguasai delapan bahasa—Minang, Indonesia, Tagalog, Belanda, Rusia, Jerman, Mandarin, dan Inggris. Berikut adalah beberapa nama samaran Tan Malaka dalam pelariannya. Elias Fuentes Nama ini diketahui sebagai nama samaran pertama Tan Malaka pada Juni 1925. Dalam penyamaran itu ia bekerja sebagai seorang wartawan El Debate agar bisa masuk ke Manila, Filipina, dengan cara menyelundupkan diri ketika berangkat dari Kanton, Tiongkok. Sosok Elias Fuentes ini, menurut Masykur Arif Rahman dalam Tan Malaka: Sebuah Biografi Lengkap, dapat dengan mudah masuk ke Filipina lewat kapal. Sebab penampilannya yang mirip orang Filipna asli, membuatnya dengan mudah lolos dari pemeriksaan. Alasan ia ke Filipina tidak lain karena tubuhnya yang kurang membaik akibat iklim Kanton yang tak mendukung. Selain Elias Fuentes, nama samaran Tan Malaka adalah Estahislau Rivera, dan Alisio Rivera. Hasan Gozali Tan Malaka menentang rencana pemberontakan PKI yang ingini dilakukan pada 1926/1927. Ia beranggapan rencana itu tidak tepat dengan kondisi partai yang masih belum matang. Pandangan itu ia tulis kepada Alimin agar disampaikan ke Komitern PKI. Untuk memastikan pandangannya itu sampai ke tangan pusat, Tan Malaka yang kurang sehat datang ke Singapura menggunakan nama Hasan Gozali pada awal 1926. Ternyata hasil perundingan gagal, dan Alimin malah pergi ke Moskow bersama Musso untuk mematangkan rencana pemberontakan. Selanjutnya, Tan Malaka bersama pengikut setia pandangannya mendirikan Partai Republik Indonesia (PARI) di Bangkok pada Juli 1927. Partai ini berdiri untuk melanjudkan perjuangan rakyat dan buruh Indonesia setelah PKI hancur. pada 1946. (ANRI via Majalah Tempo) Ossorio Setelah kedatangannya ke Filipina, Tan Malaka dikejar-kejar oleh polisi Amerika Serikat dan Inggris. Ia harus melarikan diri lagi ke Amoy, dan disembunyikan oleh nahkoda kapal ketika dilakukan pemeriksaan kapal setelah mendarat di sana. Kondisi kesehatannya yang memburuk membuatnya harus ke Sionching. Lalu menggunakankan nama Ossorio untuk berkelana lagi ke Shanghai. Identitas Ossorio adalah seorang wartawan Filipina untuk majalah Bankers Weekly. Tan Ming Sion Nama Tan Ming Sion digunakan Tan Malaka setelah Amoy dikuasai Jepang agar dapat pergi ke Burma. Sebelum tiba, polisi Inggris yang menguasai Burma mewanti-wanti adanya tokoh intelektual dari Tiongkok. Untuk menghindari kecurigaan itu, ia bahkan membuang dua bukunya ke laut sebelum mendarat. Tindakannya ternyata tepat, lantaran setelah mendarat polisi menggeledahnya dan buku-bukunya, tak terkecuali kamus bahasa Inggris. Di Burma, Tan Malaka hanya sebentar karena dananya yang menipis. Ia pun melanjutkan perjalanannya ke Malaysia dan Singapura. Selain itu dengan nama ini ia menuntaskan buku Madilog-nya saat tinggal di Kalibata, Jakarta. Diketahui, ia memiliki 23 nama samaran selama pelariannya. Ia bahkan sempat merasa asing dengan nama aslinya ketika kedoknya diketahui Achmad Soebardjo pada 1942 di Sumatera Timur. Masykur Arif Rahman mengutip tulisan Tan Malaka mengenai perasaannya saat dipanggil kembali dengan nama aslinya oleh Achmad Soebardjo: "Ganjil berar bunyinya nama itu di telinga saya sendiri, sesudah semenjak lebih daripada dua puluh tahun tak pernah lagi nama itu diucapkan kepada saya dalam pergaulan sehari-hari." "Nama itu memperingatkan pada pengalaman pahit, karena berhari-hari diucapkan oleh para pengurus penjara dan agen polisi imperialis kepada saya di luar negeri selang bertahun-tahun lampau, ialah dalam penjara Amerika di Manila pada tahun 1927 dan dalam penjara Inggris di Hong Kong pada tahun 1932." Achmad Soebardjo sendiri sudah mengenal Tan Malaka sejak 1919 dan menjalin pertemanan dengannya. Sebelumnya, Achmad Soebardjo terakhir bertemu dengannya pada 1930-an di Leiden, Belanda. Sumber ; Nationalgeographic.co.id

 TAN MALAKA DAN RAGAM NAMA PALSUNYA UNTUK MENGELABUI PENJAJAH 


Tan Malaka merupakan nama populer untuk Sutan Ibrahim Gelar Datuk Sutan Malaka. Berdasarkan penuturan sejarawan Albert Poeze, Tan Malaka menghabiskan masa mudanya bersekolah di Rijks Kweekschool Fort de Kock, yang kini telah menjadi SMA 2 Bukittinggi. 



Hingga selanjutnya, melanjutkan studi di Belanda untuk menggapai cita-cita menjadi guru. Tetapi yang terjadi, justru ia akan mengalami perjalanan panjang atas idealismenya. 


Selama bertualang—atau bisa disebut sebagai buronan—Tan Malaka memiliki banyak samaran untuk mengelabui polisi dan jajaran pemerintahan kolonialis dan imperalis, seperti Amerika Serikat, Belanda, Jepang, dan Inggris. 


Bahkan dalam komik Satu Wajah Seribu Nama di majalah Tempo edisi kemerdekaan pada 2008, Tan dijuluki sebagai ahli menyamar. Kepandaiannya didukung kemampuannya untuk menguasai delapan bahasa—Minang, Indonesia, Tagalog, Belanda, Rusia, Jerman, Mandarin, dan Inggris. 


Berikut adalah beberapa nama samaran Tan Malaka dalam pelariannya. 


Elias Fuentes 


Nama ini diketahui sebagai nama samaran pertama Tan Malaka pada Juni 1925. Dalam penyamaran itu ia bekerja sebagai seorang wartawan El Debate agar bisa masuk ke Manila, Filipina, dengan cara menyelundupkan diri ketika berangkat dari Kanton, Tiongkok. 


Sosok Elias Fuentes ini, menurut Masykur Arif Rahman dalam Tan Malaka: Sebuah Biografi Lengkap, dapat dengan mudah masuk ke Filipina lewat kapal. Sebab penampilannya yang mirip orang Filipna asli, membuatnya dengan mudah lolos dari pemeriksaan. 


Alasan ia ke Filipina tidak lain karena tubuhnya yang kurang membaik akibat iklim Kanton yang tak mendukung. Selain Elias Fuentes, nama samaran Tan Malaka adalah Estahislau Rivera, dan Alisio Rivera.

Hasan Gozali 


Tan Malaka menentang rencana pemberontakan PKI yang ingini dilakukan pada 1926/1927. Ia beranggapan rencana itu tidak tepat dengan kondisi partai yang masih belum matang. 


Pandangan itu ia tulis kepada Alimin agar disampaikan ke Komitern PKI. Untuk memastikan pandangannya itu sampai ke tangan pusat, Tan Malaka yang kurang sehat datang ke Singapura menggunakan nama Hasan Gozali pada awal 1926. 


Ternyata hasil perundingan gagal, dan Alimin malah pergi ke Moskow bersama Musso untuk mematangkan rencana pemberontakan. 


Selanjutnya, Tan Malaka bersama pengikut setia pandangannya mendirikan Partai Republik Indonesia (PARI) di Bangkok pada Juli 1927. Partai ini berdiri untuk melanjudkan perjuangan rakyat dan buruh Indonesia setelah PKI hancur. pada 1946. (ANRI via Majalah Tempo)


Ossorio 


Setelah kedatangannya ke Filipina, Tan Malaka dikejar-kejar oleh polisi Amerika Serikat dan Inggris. Ia harus melarikan diri lagi ke Amoy, dan disembunyikan oleh nahkoda kapal ketika dilakukan pemeriksaan kapal setelah mendarat di sana. 


Kondisi kesehatannya yang memburuk membuatnya harus ke Sionching. Lalu menggunakankan nama Ossorio untuk berkelana lagi ke Shanghai. Identitas Ossorio adalah seorang wartawan Filipina untuk majalah Bankers Weekly. 


Tan Ming Sion 


Nama Tan Ming Sion digunakan Tan Malaka setelah Amoy dikuasai Jepang agar dapat pergi ke Burma. Sebelum tiba, polisi Inggris yang menguasai Burma mewanti-wanti adanya tokoh intelektual dari Tiongkok.


Untuk menghindari kecurigaan itu, ia bahkan membuang dua bukunya ke laut sebelum mendarat. Tindakannya ternyata tepat, lantaran setelah mendarat polisi menggeledahnya dan buku-bukunya, tak terkecuali kamus bahasa Inggris. 


Di Burma, Tan Malaka hanya sebentar karena dananya yang menipis. Ia pun melanjutkan perjalanannya ke Malaysia dan Singapura.


Selain itu dengan nama ini ia menuntaskan buku Madilog-nya saat tinggal di Kalibata, Jakarta. 


Diketahui, ia memiliki 23 nama samaran selama pelariannya. Ia bahkan sempat merasa asing dengan nama aslinya ketika kedoknya diketahui Achmad Soebardjo pada 1942 di Sumatera Timur. 


Masykur Arif Rahman mengutip tulisan Tan Malaka mengenai perasaannya saat dipanggil kembali dengan nama aslinya oleh Achmad Soebardjo: 


"Ganjil berar bunyinya nama itu di telinga saya sendiri, sesudah semenjak lebih daripada dua puluh tahun tak pernah lagi nama itu diucapkan kepada saya dalam pergaulan sehari-hari." 


"Nama itu memperingatkan pada pengalaman pahit, karena berhari-hari diucapkan oleh para pengurus penjara dan agen polisi imperialis kepada saya di luar negeri selang bertahun-tahun lampau, ialah dalam penjara Amerika di Manila pada tahun 1927 dan dalam penjara Inggris di Hong Kong pada tahun 1932." 


Achmad Soebardjo sendiri sudah mengenal Tan Malaka sejak 1919 dan menjalin pertemanan dengannya. Sebelumnya, Achmad Soebardjo terakhir bertemu dengannya pada 1930-an di Leiden, Belanda. 


Sumber ;

Nationalgeographic.co.id

Perancis pernah mengumpulkan 400 ulama Islam dan kepala mereka dipotong menggunakan sekop. Kolonisasi Chad pada tahun 1917 dan masuknya Laghouat di Aljazair pada tahun 1852, Prancis membakar hidup-hidup dua pertiga dari penduduknya dalam satu malam. Dari 1960 hingga 1966, Prancis melakukan 17 uji coba nuklir di Aljazair – jumlah korban tidak diketahui, tetapi diperkirakan antara 27,000 dan 100.000 orang. Efek radiasi masih terasa sampai hari ini. Ketika Prancis menarik diri dari Aljazair pada tahun 62, mereka sudah menanam tambang - lebih dari total populasi Aljazair pada saat itu: 11 juta tambang. Prancis menjajah Aljazair selama 122 tahun. Dalam 7 tahun pertama saja, 1 juta Muslim terbunuh. Dan dalam 7 tahun terakhir sebelum mereka dibebaskan, 1,5 juta orang lainnya menjadi korban. Sejarahwan Prancis Jacques Gorky memperkirakan bahwa jumlah total orang Aljazair yang dibunuh oleh Prancis antara 1830 dan 1966 mencapai 10 juta Muslim. Prancis menjajah Tunisia 75 tahun, Aljazair 122 tahun, Maroko 44 tahun, dan Mauritania 60 tahun. Selama kampanye militer di Mesir, tentara Prancis memasuki masjid dengan menunggang kuda, memperkosa seorang wanita di depan keluarga mereka sendiri, minum alkohol di masjid, dan mengubah masjid menjadi kandang. Tapi pada akhirnya, mereka menuduh Islam sebagai agama teroris dan Nabi kita adalah nabi terorisme. Ironisnya, ada yang bangga dengan ‘per peradaban’ Prancis dan siap mengadopsinya, melupakan sejarah hitam mereka. Ini Prancis. Jangan lupa untuk mengingatkan mereka siapa mereka.

 Perancis pernah mengumpulkan 400 ulama Islam dan kepala mereka dipotong menggunakan sekop. Kolonisasi Chad pada tahun 1917 dan masuknya Laghouat di Aljazair pada tahun 1852, Prancis membakar hidup-hidup dua pertiga dari penduduknya dalam satu malam.



Dari 1960 hingga 1966, Prancis melakukan 17 uji coba nuklir di Aljazair – jumlah korban tidak diketahui, tetapi diperkirakan antara 27,000 dan 100.000 orang. Efek radiasi masih terasa sampai hari ini. Ketika Prancis menarik diri dari Aljazair pada tahun 62, mereka sudah menanam tambang - lebih dari total populasi Aljazair pada saat itu: 11 juta tambang.


Prancis menjajah Aljazair selama 122 tahun. Dalam 7 tahun pertama saja, 1 juta Muslim terbunuh. Dan dalam 7 tahun terakhir sebelum mereka dibebaskan, 1,5 juta orang lainnya menjadi korban. Sejarahwan Prancis Jacques Gorky memperkirakan bahwa jumlah total orang Aljazair yang dibunuh oleh Prancis antara 1830 dan 1966 mencapai 10 juta Muslim.


Prancis menjajah Tunisia 75 tahun, Aljazair 122 tahun, Maroko 44 tahun, dan Mauritania 60 tahun.


Selama kampanye militer di Mesir, tentara Prancis memasuki masjid dengan menunggang kuda, memperkosa seorang wanita di depan keluarga mereka sendiri, minum alkohol di masjid, dan mengubah masjid menjadi kandang.


Tapi pada akhirnya, mereka menuduh Islam sebagai agama teroris dan Nabi kita adalah nabi terorisme. Ironisnya, ada yang bangga dengan ‘per peradaban’ Prancis dan siap mengadopsinya, melupakan sejarah hitam mereka.


Ini Prancis. Jangan lupa untuk mengingatkan mereka siapa mereka.

Di masa perang Surabaya 1945,rakyat dari berbagai kalangan turut berjuang mempertahankan Kemerdekaan Republik Indonesia dari pasukan Sekutu.Foto ini merupakan pasukan dadakan dari narapidana penjara Kalisosok. Diketahui,mereka dengan sukarela ingin berjuang dan diminta untuk dipersenjatai melawan penjajah. Terlihat mereka dengan bangga berbaris di sekitar area Jl.Pahlawan dan Jl.Bubutan (kini Tugu Pahlawan). . Walaupun didikan mereka secara mendadak dan hanya dipersenjatai oleh TKR dengan senjata sederhana. Nantinya ketika pertempuran berkobar,narapidana ini dengan gagah berani berjuang melawan Sekutu dan tidak sedikit pula yang gugur menjadi Pahlawan Bangsa. . Sumber:Buku "Album Perang Kemerdekaan (1945-1950)" Badan Penerbit Alamanak RI tahun 1983. #SejarahIndonesia🇮🇩

 Di masa perang Surabaya 1945,rakyat dari berbagai kalangan turut berjuang mempertahankan Kemerdekaan Republik Indonesia dari pasukan Sekutu.Foto ini merupakan pasukan dadakan dari narapidana penjara Kalisosok.

Diketahui,mereka dengan sukarela ingin berjuang dan diminta untuk dipersenjatai melawan penjajah.

Terlihat mereka dengan bangga berbaris di sekitar area Jl.Pahlawan dan Jl.Bubutan (kini Tugu Pahlawan).

.


Walaupun didikan mereka secara mendadak dan hanya dipersenjatai oleh TKR dengan senjata sederhana.

Nantinya ketika pertempuran berkobar,narapidana ini dengan gagah berani berjuang melawan Sekutu dan tidak sedikit pula yang gugur menjadi Pahlawan Bangsa.

.

Sumber:Buku "Album Perang Kemerdekaan (1945-1950)" Badan Penerbit Alamanak RI tahun 1983.


#SejarahIndonesia🇮🇩

Tahukah Anda, salah satu pahlawan kemerdekaan Indonesia ternyata berasal dari Korea? Ia bernama Yang Chil Seong, yang datang ke Indonesia tahun 1942 sebagai tentara Jepang. Namun setelah Indonesia memproklamasikan kemerdekaan pada 17 Agustus 1945, ia memilih membelot dan bergabung bersama pejuang gerilya melawan Belanda. Sejak itu ia dikenal dengan nama Komarudin. Salah satu aksinya yang paling heroik adalah meledakkan jembatan Wanaraja, Garut, Jawa Barat pada tahun 1947, untuk menggagalkan pergerakan pasukan Belanda. Sayangnya, perjuangan itu berakhir ketika ia ditangkap dan dieksekusi oleh Belanda pada 10 Agustus 1949. Hingga kini, ia dikenang sebagai pahlawan kemerdekaan Indonesia, bukti bahwa semangat perjuangan tidak mengenal batas bangsa. 🙏🇮🇩 #Komarudin #PahlawanIndonesia #SejarahIndonesia #Garut #Perjuangan45 #Merdeka

 Tahukah Anda, salah satu pahlawan kemerdekaan Indonesia ternyata berasal dari Korea? Ia bernama Yang Chil Seong, yang datang ke Indonesia tahun 1942 sebagai tentara Jepang.



Namun setelah Indonesia memproklamasikan kemerdekaan pada 17 Agustus 1945, ia memilih membelot dan bergabung bersama pejuang gerilya melawan Belanda. Sejak itu ia dikenal dengan nama Komarudin. Salah satu aksinya yang paling heroik adalah meledakkan jembatan Wanaraja, Garut, Jawa Barat pada tahun 1947, untuk menggagalkan pergerakan pasukan Belanda.


Sayangnya, perjuangan itu berakhir ketika ia ditangkap dan dieksekusi oleh Belanda pada 10 Agustus 1949. Hingga kini, ia dikenang sebagai pahlawan kemerdekaan Indonesia, bukti bahwa semangat perjuangan tidak mengenal batas bangsa. 🙏🇮🇩


#Komarudin #PahlawanIndonesia #SejarahIndonesia #Garut #Perjuangan45 #Merdeka

27 August 2025

ABDURAHMAN WAHID (GUSDUR) PRESIDEN KEEMPAT Abdurrahman Wahid, yang lebih dikenal sebagai Gus Dur, adalah tokoh politik dan pemimpin agama Indonesia yang menjabat sebagai Presiden Indonesia ke-4 dari tahun 1999 hingga 2001. Ia adalah tokoh kunci dalam transisi negara menuju demokrasi setelah berakhirnya rezim Soeharto. (KEHIDUPAN AWAL & LATAR KELUARGA) Gus Dur lahir pada 7 September 1940 di Jombang, Jawa Timur. Ayahnya, KH. Wahid Hasyim, adalah salah seorang pendiri organisasi besar Nahdlatul Ulama (NU). Ibunya, Hj. Sholehah, adalah putri dari pendiri Pesantren Denanyar Jombang, KH. Bisri Syamsuri. Gus Dur adalah anak pertama dari enam bersaudara. (PENDIDIKAN) Riwayat pendidikan Gus Dur dimulai dari SD KRIS Jakarta dan kemudian pindah ke SD Matraman Perwari. Setelah itu, Gus Dur melanjutkan pendidikan ke Yogyakarta. Pada tahun 1964, Gus Dur menerima beasiswa untuk belajar di Universitas Al-Azhar, Kairo, Mesir. Pada tahun 1971, Gus Dur ingin melanjutkan pendidikan di Universitas di Eropa, namun tidak memenuhi kualifikasi karena mahasiswa dari Timur Tengah tidak mendapatkan pengakuan di Eropa. Akhirnya, Gus Dur berangkat ke MC Gill University, Kanada, untuk memperdalam kajian keislaman. (KARIER & KIPRAH) Setelah kembali dari mencari ilmu, Gus Dur kembali ke Jombang dan memilih menjadi guru. Pada tahun 1971, ia bergabung dengan Fakultas Ushuludin Universitas Tebu Ireng Jombang. Selain itu, Gus Dur juga aktif mengunjungi perpustakaan umum di Jakarta. Pada tahun 1984, Gus Dur terpilih sebagai Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU). (PRESIDEN INDONESIA) Gus Dur mulai menjabat sebagai Presiden Indonesia dari 20 Oktober 1999 hingga 24 Juli 2001. Selama masa jabatannya, ia dikenal sebagai tokoh yang menjunjung tinggi hak asasi manusia (HAM) dan pembela kaum minoritas. Namun, pemerintahannya diwarnai oleh berbagai kontroversi dan gejolak politik, yang menyebabkan ia dimakzulkan pada tahun 2001. (KONTROVERSI) Masa kepresidenan Gus Dur diwarnai dengan berbagai kontroversi dan gejolak politik. Pada tanggal 23 Juli 2001, ia mengeluarkan dekrit untuk membubarkan MPR/DPR RI, yang menyebabkan pencopotannya dari kekuasaan dan pengangkatan Megawati Soekarnoputri sebagai Presiden selanjutnya. (WAFAT) Abdurrahman Wahid meninggal dunia pada tanggal 30 Desember 2009 di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo Jakarta, setelah lama berjuang melawan penyakit stroke, diabetes, dan kebutaan.

 ABDURAHMAN WAHID (GUSDUR) PRESIDEN KEEMPAT


Abdurrahman Wahid, yang lebih dikenal sebagai Gus Dur, adalah tokoh politik dan pemimpin agama Indonesia yang menjabat sebagai Presiden Indonesia ke-4 dari tahun 1999 hingga 2001. Ia adalah tokoh kunci dalam transisi negara menuju demokrasi setelah berakhirnya rezim Soeharto.

 


(KEHIDUPAN AWAL & LATAR KELUARGA)


Gus Dur lahir pada 7 September 1940 di Jombang, Jawa Timur. Ayahnya, KH. Wahid Hasyim, adalah salah seorang pendiri organisasi besar Nahdlatul Ulama (NU). Ibunya, Hj. Sholehah, adalah putri dari pendiri Pesantren Denanyar Jombang, KH. Bisri Syamsuri. Gus Dur adalah anak pertama dari enam bersaudara.

 

(PENDIDIKAN)


Riwayat pendidikan Gus Dur dimulai dari SD KRIS Jakarta dan kemudian pindah ke SD Matraman Perwari. Setelah itu, Gus Dur melanjutkan pendidikan ke Yogyakarta. Pada tahun 1964, Gus Dur menerima beasiswa untuk belajar di Universitas Al-Azhar, Kairo, Mesir. Pada tahun 1971, Gus Dur ingin melanjutkan pendidikan di Universitas di Eropa, namun tidak memenuhi kualifikasi karena mahasiswa dari Timur Tengah tidak mendapatkan pengakuan di Eropa. Akhirnya, Gus Dur berangkat ke MC Gill University, Kanada, untuk memperdalam kajian keislaman.

 

(KARIER & KIPRAH)


Setelah kembali dari mencari ilmu, Gus Dur kembali ke Jombang dan memilih menjadi guru. Pada tahun 1971, ia bergabung dengan Fakultas Ushuludin Universitas Tebu Ireng Jombang. Selain itu, Gus Dur juga aktif mengunjungi perpustakaan umum di Jakarta. Pada tahun 1984, Gus Dur terpilih sebagai Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU).

 

(PRESIDEN INDONESIA)


Gus Dur mulai menjabat sebagai Presiden Indonesia dari 20 Oktober 1999 hingga 24 Juli 2001. Selama masa jabatannya, ia dikenal sebagai tokoh yang menjunjung tinggi hak asasi manusia (HAM) dan pembela kaum minoritas. Namun, pemerintahannya diwarnai oleh berbagai kontroversi dan gejolak politik, yang menyebabkan ia dimakzulkan pada tahun 2001.


(KONTROVERSI)


Masa kepresidenan Gus Dur diwarnai dengan berbagai kontroversi dan gejolak politik. Pada tanggal 23 Juli 2001, ia mengeluarkan dekrit untuk membubarkan MPR/DPR RI, yang menyebabkan pencopotannya dari kekuasaan dan pengangkatan Megawati Soekarnoputri sebagai Presiden selanjutnya.

 

(WAFAT)


Abdurrahman Wahid meninggal dunia pada tanggal 30 Desember 2009 di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo Jakarta, setelah lama berjuang melawan penyakit stroke, diabetes, dan kebutaan.

26 August 2025

Pak Dirman dengan latar senapan M-1 Carbine yang biasa dipegang Letkol Suadi semasa pengawalan gerilya hingga kembali ke Jogjakarta. Dok Disjarahad.

 Pak Dirman dengan latar senapan M-1 Carbine yang biasa dipegang Letkol Suadi semasa pengawalan gerilya hingga kembali ke Jogjakarta.



Dok Disjarahad.

Ratu Zaleha terlahir dengan nama Gusti Zaleha. Lahir di Muara Lawung, Kesultanan Banjar tahun 1880 dan wafat di Banjarmasin pada tanggal 24 September 1953. Beliau adalah puteri dari Sultan Muhammad Seman bin Pangeran Antasari. Sebelum ayahnya meninggal, Gusti Zaleha diberi cincin kesultanan dari ayahnya. Sejak itu pula dia menggantikan ayahnya sebagai Sultan dan Pemimpin Perang Tertinggi, lalu diberi gelar Ratu Zaleha. Bersama sang suami, Gusti Muhammad Arsyad, Ratu Zaleha melanjutkan perjuangan ayahnya. Ratu Zaleha dapat menghimpun kekuatan dari suku-suku Dayak Dusun, Kenyah, Ngaju, Kayan, Siang, Bakumpai, Suku Banjar. Dia berjuang bersama seorang wanita pemuka Dayak Kenyah bernama Bulan Jihad atau Wulan Djihad. Ada juga nama Illen Masidah dan lain-lain. Selama masa perjuangan fisik, Ratu Zaleha bersama Bulan Jihad juga memberikan pelajaran baca tulis (Arab Melayu) dan ajaran agama Islam kepada anak-anak Banjar. Keduanya juga memberi penyuluhan kepada perempuan-perempuan Banjar tentang peranan perempuan, ajaran agama Islam, dan ilmu pengetahuan. Ratu Zaleha adalah tokoh pendidikan wanita atau tokoh emansipasi wanita yang dimiliki Kesultanan Banjar. Ratu Zaleha sangat murka ketika suami dan pasukannya dilumpuhkan Belanda. Suaminya ditangkap, lalu diasingkan ke Buitenzorg atau Bogor pada 1 Agustus 1904. Meski menderita kelelahan fisik dan batin luar biasa karena menjadi buruan Belanda, Ratu Zaleha menolak menyerah dan terus melawan. Bahkan, senjata kelewang Ratu Zaleha dilaporkan pernah memotong leher serdadu Belanda dalam suatu pertempuran di tepian Sungai Barito. Belanda menjulukinya "een gevaarlijke Pagustiaan in Zuid-Borneo" atau Pagustian yang berbahaya di Selatan Borneo. Pada tahun 1906, Ratu Zaleha ditangkap Belanda di salah satu rumah penduduk di Banjarmasin. Konon, pemilik rumah telah bersekongkol dengan Belanda. Saat itu, fisiknya lemah dan salah satu lengannya terkena tembakan Belanda saat bergerilya di hutan sebelum ia bersembunyi di rumah penduduk. Ratu Zaleha diasingkan ke Bogor dan bertemu suaminya. Baru setelah era kemerdekaan RI, Ratu Zaleha berhasil kembali untuk bersujud dan mencium tanah Banjar setelah terusir selama 31 tahun. Pada tanggal 24 September 1953 / 14 Muharram 1373 H.Ratu Zaleha wafat dan dikuburkan di Banjarmasin. Ratu Zaleha meninggal sebagai orang merdeka, sebagai Ratu yang perkasa memegang teguh semangat ayah dan kakeknya. Haram Manyarah Waja Sampai Ka Puting. #ratuzaleha #panglimabanjar #pejuangbanjar #kesulthananbanjar #jangkauanluasfbpro #viral

 Ratu Zaleha terlahir dengan nama Gusti Zaleha.  Lahir di Muara Lawung, Kesultanan Banjar tahun 1880 dan wafat di Banjarmasin pada tanggal 24 September 1953. Beliau adalah puteri dari Sultan Muhammad Seman bin Pangeran Antasari.



Sebelum ayahnya meninggal, Gusti Zaleha diberi cincin kesultanan dari ayahnya. Sejak itu pula dia menggantikan ayahnya sebagai Sultan dan Pemimpin Perang Tertinggi, lalu diberi gelar Ratu Zaleha. Bersama sang suami, Gusti Muhammad Arsyad, Ratu Zaleha melanjutkan perjuangan ayahnya.


Ratu Zaleha dapat menghimpun kekuatan dari suku-suku Dayak Dusun, Kenyah, Ngaju, Kayan, Siang, Bakumpai, Suku Banjar. Dia berjuang bersama seorang wanita pemuka Dayak Kenyah bernama Bulan Jihad atau Wulan Djihad. Ada juga nama Illen Masidah dan lain-lain.


Selama masa perjuangan fisik, Ratu Zaleha bersama Bulan Jihad juga memberikan pelajaran baca tulis (Arab Melayu) dan ajaran agama Islam kepada anak-anak Banjar. Keduanya juga memberi penyuluhan kepada perempuan-perempuan Banjar tentang peranan perempuan, ajaran agama Islam, dan ilmu pengetahuan. Ratu Zaleha adalah tokoh pendidikan wanita atau tokoh emansipasi wanita yang dimiliki Kesultanan Banjar.


Ratu Zaleha sangat murka ketika suami dan pasukannya dilumpuhkan Belanda. Suaminya ditangkap, lalu diasingkan ke Buitenzorg atau Bogor pada 1 Agustus 1904.  


Meski menderita kelelahan fisik dan batin luar biasa karena menjadi buruan Belanda, Ratu Zaleha menolak menyerah dan terus melawan. Bahkan, senjata kelewang Ratu Zaleha dilaporkan pernah memotong leher serdadu Belanda dalam suatu pertempuran di tepian Sungai Barito. Belanda menjulukinya "een gevaarlijke Pagustiaan in Zuid-Borneo" atau Pagustian yang berbahaya di Selatan Borneo.


Pada tahun 1906, Ratu Zaleha ditangkap Belanda di salah satu rumah penduduk di Banjarmasin. Konon, pemilik rumah telah bersekongkol dengan Belanda. Saat itu, fisiknya lemah dan salah satu lengannya terkena tembakan Belanda saat bergerilya di hutan sebelum ia bersembunyi di rumah penduduk.


Ratu Zaleha diasingkan ke Bogor dan bertemu suaminya. Baru setelah era kemerdekaan RI, Ratu Zaleha berhasil kembali untuk bersujud dan mencium tanah Banjar setelah terusir selama 31 tahun.


Pada tanggal 24 September 1953 / 14 Muharram 1373 H.Ratu Zaleha wafat dan dikuburkan di Banjarmasin. Ratu Zaleha meninggal sebagai orang merdeka, sebagai Ratu yang perkasa memegang teguh semangat ayah dan kakeknya. Haram Manyarah Waja Sampai Ka Puting.


#ratuzaleha #panglimabanjar #pejuangbanjar #kesulthananbanjar #jangkauanluasfbpro #viral

Ketika KSAD Kolonel A.H. Nasution Menuntut DPR Dibubarkan Pimpinan TNI berniat mereorganisasi dan rasionalisasi militer menjadi tentara profesional. Prosesnya akan mengakibatkan pemberhentian hampir 40 persen personel TNI sebagai dampak pemangkasan anggaran. Untuk membantu prosesnya, KSAD Kolonel A.H. Nasution dan Kepala Staf Angkatan Perang Kolonel T.B. Simatupang mengusulkan untuk mendatangkan Misi Militer Belanda (MMB). Namun, gagasan ini ditentang golongan lain di dalam TNI AD. Kolonel Bambang Supeno, melaporkan rencana itu kepada Sukarno. Sukarno mencoba menengahi, bahkan cenderung tak setuju dengan usulan Nasution-Simatupang. Musyawarah ketiganya, yang dihadiri Menteri Pertahanan Sultan Hamengkubuwono IX, tak berjalan mulus. Nasution memecat Bambang Supeno. Anggota DPR mengecam tindakan itu dan mengeluarkan mosi untuk menghentikan MMB karena dianggap pro-Barat dan menyudutkan golongan personel eks PETA (Pembela Tanah Air) seperti Bambang Supeno. Mosi disetujui sehingga DPR memaksa militer untuk menurut. TNI AD menganggapnya sebagai usaha ikut campur kalangan sipil dalam urusan militer. Dini hari, 17 Oktober 1952, para panglima berkumpul di Staf Umum Angkatan Darat. Mereka saling melempar ide gerakan dengan kepala panas, sampai disela oleh Simatupang. “Stop. Ini sudah berbau kup (kudeta). Kritik, ok, tetapi jangan kup,” Namun, tentara tetap bergerak. Tentara mengorganisir demonstrasi, dengan dukungan tank dan artileri, bergerak ke istana presiden, menuntut pembubaran DPR. Di dalam istana, Sukarno dan para panglima yang dipimpin Nasution berunding. Nasution menuntut DPR dibubarkan. Sukarno menolak dengan marah karena dia tidak ingin menjadi diktator dan masih percaya dengan demokrasi. Sukarno lalu keluar dan menenangkan massa. Setelah menasihati mereka akan pentingnya DPR sebagai sarana demokrasi, tensi massa menurun. Massa baik sipil maupun militer bubar. Peristiwa 17 Oktober 1952 itu, yang disebut Nasution sebagai separuh kudeta, gagal total. Nasution dicopot sebagai KSAD, digantikan Bambang Sugeng, kawan dekat Bambang Supeno. Namun, Sukarno kemudian mengangkat kembali Nasution.* Baca artikel selengkapnya https://www.historia.id/article/moncong-meriam-menodong-istana-vxy4p

 Ketika KSAD Kolonel A.H. Nasution Menuntut DPR Dibubarkan


Pimpinan TNI berniat mereorganisasi dan rasionalisasi militer menjadi tentara profesional. Prosesnya akan mengakibatkan pemberhentian hampir 40 persen personel TNI sebagai dampak pemangkasan anggaran.



Untuk membantu prosesnya, KSAD Kolonel A.H. Nasution dan Kepala Staf Angkatan Perang Kolonel T.B. Simatupang mengusulkan untuk mendatangkan Misi Militer Belanda (MMB). Namun, gagasan ini ditentang golongan lain di dalam TNI AD. Kolonel Bambang Supeno, melaporkan rencana itu kepada Sukarno.


Sukarno mencoba menengahi, bahkan cenderung tak setuju dengan usulan Nasution-Simatupang. Musyawarah ketiganya, yang dihadiri Menteri Pertahanan Sultan Hamengkubuwono IX, tak berjalan mulus.


Nasution memecat Bambang Supeno. Anggota DPR mengecam tindakan itu dan mengeluarkan mosi untuk menghentikan MMB karena dianggap pro-Barat dan menyudutkan golongan personel eks PETA (Pembela Tanah Air) seperti Bambang Supeno. Mosi disetujui sehingga DPR memaksa militer untuk menurut. TNI AD menganggapnya sebagai usaha ikut campur kalangan sipil dalam urusan militer.


Dini hari, 17 Oktober 1952, para panglima berkumpul di Staf Umum Angkatan Darat. Mereka saling melempar ide gerakan dengan kepala panas, sampai disela oleh Simatupang. “Stop. Ini sudah berbau kup (kudeta). Kritik, ok, tetapi jangan kup,”


Namun, tentara tetap bergerak. Tentara mengorganisir demonstrasi, dengan dukungan tank dan artileri, bergerak ke istana presiden, menuntut pembubaran DPR.


Di dalam istana, Sukarno dan para panglima yang dipimpin Nasution berunding. Nasution menuntut DPR dibubarkan. Sukarno menolak dengan marah karena dia tidak ingin menjadi diktator dan masih percaya dengan demokrasi.


Sukarno lalu keluar dan menenangkan massa. Setelah menasihati mereka akan pentingnya DPR sebagai sarana demokrasi, tensi massa menurun. Massa baik sipil maupun militer bubar.


Peristiwa 17 Oktober 1952 itu, yang disebut Nasution sebagai separuh kudeta, gagal total. Nasution dicopot sebagai KSAD, digantikan Bambang Sugeng, kawan dekat Bambang Supeno. Namun, Sukarno kemudian mengangkat kembali Nasution.*


Baca artikel selengkapnya https://www.historia.id/article/moncong-meriam-menodong-istana-vxy4p

Kenang-kenangan tentang Jenderal Ahmad Yani: di Ruang Kerja dan di Medan Pertempuran Dalam rangka HUT ke-62 Intisari (17 Agustus 2025), kami menurunkan salah satu tulisan terbaik yang pernah tayang di Majalah Intisari sejak pertama berdiri pada 17 Agustus 1963. Termasuk tulisan di bawah ini. Bagi Anda yang mengikuti Intisari sejak awal, anggaplah juga membuka kembali kenangan akan sajian terdahulu majalah ini. Selamat membaca. Judul asli: "Kenang2an tentang: Djendral Achmad Yani Diruang Kerja dan Dimedan Pertempuran" Artikel ini dimuat pada Desember 1965 dan akan kami sajikan dengan gaya dan tata bahasa zaman itu. Utuh -- meski ada sedikit editing untuk penyesuaian. ====== Peristiwa dibawah ini terdjadi 8 bulan jang lalu. Waktu itu Djendral Yani mau mengadakan inspeksi ke Jogjakarta. Menurut rentjana kapal-terbang akan berangkat dari Kemajoran djam 2 siang. Tapi telah lewat pukul 2 awak-pesawat belum djuga lengkap. Baru ada satu penerbang jaitu kapten pilot Rustamadji dan seorang tehnikus sedangkan pilot pembantu dan navigator belum datang. Mengadakan penerbangan tanpa navigator dan co-pilot tentulah amat berbahaja. Tapi Pak Yani tetap berpegang pada rentjana semula agar datang di Jogjakarta tepat pada waktunja. Maka Pak Yani berkata pada kapten Rustamadji: "Bagaimana, berani berangkat sekarang djuga?" Didjawab: Sanggup. Tatapan Pak Yani dan kepradiannja jang tenang, penuh kepertjajaan, ketegasan dan optimisme berdjangkit pada seluruh rombongan jang tadinja merasa takut dan was-was. Kapal-terbang djadi berangkat dengan awak pesawat jang tidak lengkap. Salah seorang adjudan Pak Yani duduk dicockpit untuk sekedar menolong kapten pilot - sekedar, sebab sang adjudan samasekali tak tahu menahu tentang soal penerbangan dan hanja sekedar melakukan hal ketjil2 atas instruksi kapten pilot. "Petualangan" ini berhasil baik. Kapalterbang mendarat dengan selamat dilapangan terbang Adisutjipto. Tegas, tenang, penuh kepertjajaan-diri dan optimisme jang menular keseluruh staf dan anakbuahnja - itulah antara lain sifat2 Pak Yani jang sangat mengesan pada rekan2 dan bawahannja. Salah seorang bekas adjudan Pak Yani bertjerita: "Entah bagaimana, saja merasa penuh gairah kerdja sedjak saja dekat dengan Pak Yani. Instruksi beliau djelas, tegas dan hanja diberikan dalam garis2 besarnja sadja. Selebihnja diserahkan penuh kepada inisiatip dan pemikiran saja. Saja merasa mendapat kepertjajaan penuh dan karenanja selalu berusaha untuk tidak mengetjewakan harapannja." Bekas adjudan menambahkan, ketika untuk pertama kali berkenalan dengan Pak Yani kira2 6 tahun jang lalu, ia hanya seorang "krotjo" – seorang kapten jang selamanja berada dimedan pertempuran, tak tahu menahu tentang seluk-beluk pekerdjaan staf dengan segala urusan, perentjanaan dan administrasinja. "Dalam waktu singkat saja merasa didjadikan ‘orang’ oleh Pak Yani," tambahnja. Tegas, tjepat dan tepat mengambil keputusan, kpertjajaandiri jang penuh optimisnie - sifat2 itu pulalah jang merupakan kuntji ketjemerlangan Pak Yani dimedan pertempuran. Berada dibawah komandonja para anakbuah merasa aman dan kuat. Pandangan atas pertempuran jang dihadapi, mendjadi tjerah sekalipun perlengkapan dan persendjataan tak memadai. Misalnja ketika ia sebagai letkol komandan Brigade Magelang memimpin operasi menumpas pengatjauan jang dilakukan oleh "Angkatan Ummat Islam" (AUI) disekitar Magelang, jaitu pada tahun 1950-an. Pada suatu hari ia menerima kabar bahwa gerakan AUI sedang mengganas didaerah Kebumen. Dengan segera ia memutuskan berangkat ketempat jang genting itu. Hanja naik jeep dengan kawalan satu kendaraan "Bren Carrier". Lewat Kutoardjo djalanan sepi. Seorang pembantu letnan merasa takut "Bagaimana Pak, ini sangat gawat!" Dengan tenang letkol Yani mendjawab "Tidak apa2. Terus sadja!" Konvooi ketjil djalan terus. Mendekati sebuah djembatan. Tiba2 terdengar tembakan gentjar. Ternjata dari seberang djembatan tersebut. Si pembantu letnan bertanja: "Bagaimana Pak, serang sadja?". "Ja,” djawab Pak Yani, “terus serang". Yani langsung memimpin "pasukan"nja. Bren Carrier naik tanggul untuk mengambil posisi jang baik. Dan Yani dengan beberapa gelintir anakbuahnja berhasil mengotjarngatjirkan lawan jang berkekuatan lk 100 orang. Hal jang sama terdjadi di Pingit diperbatasan antara Semarang dan Kedu pada djaman clash I th. 1947. Ketika itu Major Yani bersama anak-buah, antara lain Sarwo Eddy (kini komandan "matjan" RPKAD) dan Surachmad, dengan perlengkapan sederhana berhasil membujarkan serangan kilat pasukan Belanda jang datang menjerbu lengkap dengan kendaraan2 berlapis badja. Masih banjak tjontoh2 sematjam itu. Misalnja ketika Yani - di djaman Djepang Shodantjo - melutjuti pasukan Djendral Nakamura di Magelang. Atau lagi ketika pada achir th. 1945 ia menghadjar pasukan Gurkha alat Nica, di Magelang, jang ia kedjar sampai Ambarawa. Perlengkapan militer Gurkha ini berhasil ia rampas seluruhnja di Magelang, hingga setelah itu persendjataan bataljon Yani jang terbaik diantara pasukan2 lainnja. Pada djaman clash II "Wehrkreise hitam" (lingkungan militer hitam) dibawah Yani sangat ditakuti oleh Belanda. Bakat2 kemiliteran dan kepemimpinan Yani rupanja sudah nampak ketika ia masih pemuda umur 19-an tahun. Waktu itu djaman pendudukan Djepang. Datang perintah kepada Kotapradja2 untuk mengirimkan tjalon2 jang akan dididik mendjadi Tjuyaku (djurubahasa). Pemuda Yani dikirim oleh Kotapradja Purworedjo (tempat kelahirannja) untuk mendjalani didikan tersebut. Pilihan ini tidak tanpa alasan. Latarbelakang pendidikan Yani tjukup luas untuk mendjadi djurubahasa. Ia telah mendjalani HIS, MULO dan AMS B pada djaman Belanda. Tapi seorang opsir Djepang bernama Obata jang mengenal Yani dari dekat, berpendapat lain. Ia sarankan kepada Yani agar mengikuti pendidikan Rensitai di Magelang, jaitu untuk mendjadi opsir Djepang. Spontah Yani menerima andjuran ini. Pengamatan Obata ternjata tadjam. Dipendidikan Rensitai Yani lulus nomer satu. Karenanja langsung dikirim ke Bogor untuk mengikuti pendidikan Shodantjo. Djuga disini hasilnja gemilahg: lulus sangat luarbiasa hingga diberi tanda penghargaan berupa pedang Samurai dengan bentuk chusus. Praktek2 dimedan pertempuran - baik pada awal kemerdekaan maupun pada djaman clash dan sesudahnja - berkali-kali memperlihatkan ketjakapan Yani sebagai pemimpin. Th. 1955 dikirim oleh Departemen Angkatan Darat ke Amerika untuk mendjalani "Command and General Staff College" Fort Leaven Worth. Mata kuliah: kerdjasama antara angkatan darat dan angkatan udara. Djuga pada kursus jang diikuti oleh peserta2 dari berbagai negara ini, Yani lulus dengan nilai terbaik. Sesudah itu meneruskan kursus itu di Inggris. Sepulangnja ditanahair, ia menjadi Assisten II Kepala Staf Angkatan Darat. Matjam2 djenis orang2 berbakat. Ada jang mempunjai tenaga kerdja luarbiasa, sehari dapat bekerdja 16 djam setjara non-stop, tapi madjunja lamban. Kadang2 dengan susah-pajah harus mengerahkan Segala enersi dan daja-pikirnja untuk mengatasi persoalan2 jang dihadapinja. Namun tekun dan tabah, hingga achirnja tertjapai djuga hasil2 jang mengagumkan. Tapi disamping itu ada pula orang berbakat type lain. Ia mempunjai kemampuan untuk memetjahkan problim2 jang paling sulit, seolah-olah dengan tjara "seenaknja" sadja. Ketjerdasan pandangan , dan pengamatannja seketika menangkap inti persoalan dan sekaligus menemukan pemetjahannja. Putusan serba tjepat tepat, tjermat dan seolah-olah "sambil bermain-main" sadja. Mereka disebut orang jg. "briliant" - tjemerlang dan mereka itu djarang ditemukan. Baca artikel selengkapnya di sini https://intisari.grid.id/read/034288589/kenang-kenangan-tentang-jenderal-ahmad-yani-di-ruang-kerja-dan-di-medan-pertempuran #ahmadyani #achmadyani #tentara #tniad

 Kenang-kenangan tentang Jenderal Ahmad Yani: di Ruang Kerja dan di Medan Pertempuran



Dalam rangka HUT ke-62 Intisari (17 Agustus 2025), kami menurunkan salah satu tulisan terbaik yang pernah tayang di Majalah Intisari sejak pertama berdiri pada 17 Agustus 1963. Termasuk tulisan di bawah ini. Bagi Anda yang mengikuti Intisari sejak awal, anggaplah juga membuka kembali kenangan akan sajian terdahulu majalah ini. Selamat membaca.


Judul asli: "Kenang2an tentang: Djendral Achmad Yani Diruang Kerja dan Dimedan Pertempuran"


Artikel ini dimuat pada Desember 1965 dan akan kami sajikan dengan gaya dan tata bahasa zaman itu. Utuh -- meski ada sedikit editing untuk penyesuaian.


======


Peristiwa dibawah ini terdjadi 8 bulan jang lalu. Waktu itu Djendral Yani mau mengadakan inspeksi ke Jogjakarta. Menurut rentjana kapal-terbang akan berangkat dari Kemajoran djam 2 siang. Tapi telah lewat pukul 2 awak-pesawat belum djuga lengkap. Baru ada satu penerbang jaitu kapten pilot Rustamadji dan seorang tehnikus sedangkan pilot pembantu dan navigator belum datang. Mengadakan penerbangan tanpa navigator dan co-pilot tentulah amat berbahaja. Tapi Pak Yani tetap berpegang pada rentjana semula agar datang di Jogjakarta tepat pada waktunja.


Maka Pak Yani berkata pada kapten Rustamadji: "Bagaimana, berani berangkat sekarang djuga?" Didjawab: Sanggup. Tatapan Pak Yani dan kepradiannja jang tenang, penuh kepertjajaan, ketegasan dan optimisme berdjangkit pada seluruh rombongan jang tadinja merasa takut dan was-was. Kapal-terbang djadi berangkat dengan awak pesawat jang tidak lengkap. Salah seorang adjudan Pak Yani duduk dicockpit untuk sekedar menolong kapten pilot - sekedar, sebab sang adjudan samasekali tak tahu menahu tentang soal penerbangan dan hanja sekedar melakukan hal ketjil2 atas instruksi kapten pilot. "Petualangan" ini berhasil baik. Kapalterbang mendarat dengan selamat dilapangan terbang Adisutjipto.


Tegas, tenang, penuh kepertjajaan-diri dan optimisme jang menular keseluruh staf dan anakbuahnja - itulah antara lain sifat2 Pak Yani jang sangat mengesan pada rekan2 dan bawahannja. Salah seorang bekas adjudan Pak Yani bertjerita: "Entah bagaimana, saja merasa penuh gairah kerdja sedjak saja dekat dengan Pak Yani. Instruksi beliau djelas, tegas dan hanja diberikan dalam garis2 besarnja sadja. Selebihnja diserahkan penuh kepada inisiatip dan pemikiran saja. Saja merasa mendapat kepertjajaan penuh dan karenanja selalu berusaha untuk tidak mengetjewakan harapannja."


Bekas adjudan menambahkan, ketika untuk pertama kali berkenalan dengan Pak Yani kira2 6 tahun jang lalu, ia hanya seorang "krotjo" – seorang kapten jang selamanja berada dimedan pertempuran, tak tahu menahu tentang seluk-beluk pekerdjaan staf dengan segala urusan, perentjanaan dan administrasinja. "Dalam waktu singkat saja merasa didjadikan ‘orang’ oleh Pak Yani," tambahnja.


Tegas, tjepat dan tepat mengambil keputusan, kpertjajaandiri jang penuh optimisnie - sifat2 itu pulalah jang merupakan kuntji ketjemerlangan Pak Yani dimedan pertempuran. Berada dibawah komandonja para anakbuah merasa aman dan kuat. Pandangan atas pertempuran jang dihadapi, mendjadi tjerah sekalipun perlengkapan dan persendjataan tak memadai. Misalnja ketika ia sebagai letkol komandan Brigade Magelang memimpin operasi menumpas pengatjauan jang dilakukan oleh "Angkatan Ummat Islam" (AUI) disekitar Magelang, jaitu pada tahun 1950-an.


Pada suatu hari ia menerima kabar bahwa gerakan AUI sedang mengganas didaerah Kebumen. Dengan segera ia memutuskan berangkat ketempat jang genting itu. Hanja naik jeep dengan kawalan satu kendaraan "Bren Carrier". Lewat Kutoardjo djalanan sepi. Seorang pembantu letnan merasa takut "Bagaimana Pak, ini sangat gawat!" Dengan tenang letkol Yani mendjawab "Tidak apa2. Terus sadja!"


Konvooi ketjil djalan terus. Mendekati sebuah djembatan. Tiba2 terdengar tembakan gentjar. Ternjata dari seberang djembatan tersebut. Si pembantu letnan bertanja: "Bagaimana Pak, serang sadja?". "Ja,” djawab Pak Yani, “terus serang". Yani langsung memimpin "pasukan"nja. Bren Carrier naik tanggul untuk mengambil posisi jang baik. Dan Yani dengan beberapa gelintir anakbuahnja berhasil mengotjarngatjirkan lawan jang berkekuatan lk 100 orang.


Hal jang sama terdjadi di Pingit diperbatasan antara Semarang dan Kedu pada djaman clash I th. 1947. Ketika itu Major Yani bersama anak-buah, antara lain Sarwo Eddy (kini komandan "matjan" RPKAD) dan Surachmad, dengan perlengkapan sederhana berhasil membujarkan serangan kilat pasukan Belanda jang datang menjerbu lengkap dengan kendaraan2 berlapis badja.


Masih banjak tjontoh2 sematjam itu. Misalnja ketika Yani - di djaman Djepang Shodantjo - melutjuti pasukan Djendral Nakamura di Magelang. Atau lagi ketika pada achir th. 1945 ia menghadjar pasukan Gurkha alat Nica, di Magelang, jang ia kedjar sampai Ambarawa.


Perlengkapan militer Gurkha ini berhasil ia rampas seluruhnja di Magelang, hingga setelah itu persendjataan bataljon Yani jang terbaik diantara pasukan2 lainnja. Pada djaman clash II "Wehrkreise hitam" (lingkungan militer hitam) dibawah Yani sangat ditakuti oleh Belanda.


Bakat2 kemiliteran dan kepemimpinan Yani rupanja sudah nampak ketika ia masih pemuda umur 19-an tahun. Waktu itu djaman pendudukan Djepang. Datang perintah kepada Kotapradja2 untuk mengirimkan tjalon2 jang akan dididik mendjadi Tjuyaku (djurubahasa). Pemuda Yani dikirim oleh Kotapradja Purworedjo (tempat kelahirannja) untuk mendjalani didikan tersebut. Pilihan ini tidak tanpa alasan. Latarbelakang pendidikan Yani tjukup luas untuk mendjadi djurubahasa. Ia telah mendjalani HIS, MULO dan AMS B pada djaman Belanda.


Tapi seorang opsir Djepang bernama Obata jang mengenal Yani dari dekat, berpendapat lain. Ia sarankan kepada Yani agar mengikuti pendidikan Rensitai di Magelang, jaitu untuk mendjadi opsir Djepang. Spontah Yani menerima andjuran ini.


Pengamatan Obata ternjata tadjam. Dipendidikan Rensitai Yani lulus nomer satu. Karenanja langsung dikirim ke Bogor untuk mengikuti pendidikan Shodantjo. Djuga disini hasilnja gemilahg: lulus sangat luarbiasa hingga diberi tanda penghargaan berupa pedang Samurai dengan bentuk chusus. Praktek2 dimedan pertempuran - baik pada awal kemerdekaan maupun pada djaman clash dan sesudahnja - berkali-kali memperlihatkan ketjakapan Yani sebagai pemimpin.


Th. 1955 dikirim oleh Departemen Angkatan Darat ke Amerika untuk mendjalani "Command and General Staff College" Fort Leaven Worth. Mata kuliah: kerdjasama antara angkatan darat dan angkatan udara. Djuga pada kursus jang diikuti oleh peserta2 dari berbagai negara ini, Yani lulus dengan nilai terbaik. Sesudah itu meneruskan kursus itu di Inggris. Sepulangnja ditanahair, ia menjadi Assisten II Kepala Staf Angkatan Darat.


Matjam2 djenis orang2 berbakat. Ada jang mempunjai tenaga kerdja luarbiasa, sehari dapat bekerdja 16 djam setjara non-stop, tapi madjunja lamban. Kadang2 dengan susah-pajah harus mengerahkan Segala enersi dan daja-pikirnja untuk mengatasi persoalan2 jang dihadapinja. Namun tekun dan tabah, hingga achirnja tertjapai djuga hasil2 jang mengagumkan. Tapi disamping itu ada pula orang berbakat type lain. Ia mempunjai kemampuan untuk memetjahkan problim2 jang paling sulit, seolah-olah dengan tjara "seenaknja" sadja. Ketjerdasan pandangan , dan pengamatannja seketika menangkap inti persoalan dan sekaligus menemukan pemetjahannja. Putusan serba tjepat tepat, tjermat dan seolah-olah "sambil bermain-main" sadja. Mereka disebut orang jg. "briliant" - tjemerlang dan mereka itu djarang ditemukan.


Baca artikel selengkapnya di sini https://intisari.grid.id/read/034288589/kenang-kenangan-tentang-jenderal-ahmad-yani-di-ruang-kerja-dan-di-medan-pertempuran


#ahmadyani #achmadyani #tentara #tniad

Sejarah penjajahan dunia berawal dari rasa ingin tahu manusia yang tak pernah puas. Pada abad ke-15, bangsa Eropa mulai berlayar jauh melampaui batas laut yang sebelumnya dianggap berbahaya. Portugal dan Spanyol menjadi pelopor, mencari jalur dagang baru menuju Asia untuk mendapatkan rempah-rempah yang kala itu lebih berharga daripada emas. Dari pelayaran itulah lahir para penjelajah seperti Vasco da Gama, Christopher Columbus, dan Ferdinand Magellan yang membuka jalan bagi ekspansi besar-besaran.

 Sejarah penjajahan dunia berawal dari rasa ingin tahu manusia yang tak pernah puas. Pada abad ke-15, bangsa Eropa mulai berlayar jauh melampaui batas laut yang sebelumnya dianggap berbahaya. Portugal dan Spanyol menjadi pelopor, mencari jalur dagang baru menuju Asia untuk mendapatkan rempah-rempah yang kala itu lebih berharga daripada emas. Dari pelayaran itulah lahir para penjelajah seperti Vasco da Gama, Christopher Columbus, dan Ferdinand Magellan yang membuka jalan bagi ekspansi besar-besaran.



Tahukah kamu kalau Indonesia pernah berada di bawah keku4s44n !nggr!s? Banyak orang hanya mengenal Bel4nd4 sebagai penj4j4 utama, padahal !nggr!s sempat menguasai Nusantara pada awal abad ke-19! Tepatnya pada tahun 1811 hingga 1816, !nggr!s mengambil alih kekuasaan dari Bel4nd4 yang sedang lumpuh akibat per4ng melawan Pr4ncis. Di bawah pemerintahan Thomas Stamford Raffles, !nggr!s memperkenalkan banyak kebijakan yang mengubah wajah Jawa. Raffles mencatat potensi besar Indonesia dalam bukunya "The History of Java" dan memperkenalkan sistem sewa tanah atau land rent system, menggantikan sistem tanam paksa Bel4nd4. Bahkan, ia juga membangun dasar administrasi modern, menghapus kerja rodi, serta mempromosikan pendidikan dan penelitian budaya Jawa. Namun jangan salah, !nggr!s bukan pahlawan. Kehadiran mereka juga bertujuan untuk menguras sumber daya Indonesia demi keuntungan ekonomi !nggr!s. Setelah Perjanjian London 1814, !nggr!s akhirnya menyerahkan kembali wilayah ini kepada Bel4nd4. Meski singkat, jejak !nggr!s meninggalkan pengaruh besar yang masih terasa hingga sekarang, termasuk catatan sejarah dan sistem pemerintahan yang lebih terstruktur. 📌 Fakta Menarik: Dari masa Inggris inilah muncul ide penghapusan kerja paksa yang kemudian menjadi dasar perubahan sistem kolonial di era berikutnya. 🔥 Pertanyaannya, apakah Indonesia akan lebih maju jika tetap dijajah Inggris daripada Belanda? Atau justru sama saja karena semua penjajah datang dengan satu tujuan: menguasai dan menguras kekayaan Nusantara? ✅ Sumber Kredibel: Ricklefs, M.C. A History of Modern Indonesia Since c. 1200. Raffles, T.S. The History of Java. Perjanjian London 1814 (arsip sejarah Inggris-Belanda). #Faktamenarik #Duniasekitarkita #Faktaunik

 Tahukah kamu kalau Indonesia pernah berada di bawah keku4s44n !nggr!s? Banyak orang hanya mengenal Bel4nd4 sebagai penj4j4 utama, padahal !nggr!s sempat menguasai Nusantara pada awal abad ke-19! Tepatnya pada tahun 1811 hingga 1816, !nggr!s mengambil alih kekuasaan dari Bel4nd4 yang sedang lumpuh akibat per4ng melawan Pr4ncis.



Di bawah pemerintahan Thomas Stamford Raffles, !nggr!s memperkenalkan banyak kebijakan yang mengubah wajah Jawa. Raffles mencatat potensi besar Indonesia dalam bukunya "The History of Java" dan memperkenalkan sistem sewa tanah atau land rent system, menggantikan sistem tanam paksa Bel4nd4. Bahkan, ia juga membangun dasar administrasi modern, menghapus kerja rodi, serta mempromosikan pendidikan dan penelitian budaya Jawa.


Namun jangan salah, !nggr!s bukan pahlawan. Kehadiran mereka juga bertujuan untuk menguras sumber daya Indonesia demi keuntungan ekonomi !nggr!s. Setelah Perjanjian London 1814, !nggr!s akhirnya menyerahkan kembali wilayah ini kepada Bel4nd4. Meski singkat, jejak !nggr!s meninggalkan pengaruh besar yang masih terasa hingga sekarang, termasuk catatan sejarah dan sistem pemerintahan yang lebih terstruktur.


📌 Fakta Menarik: Dari masa Inggris inilah muncul ide penghapusan kerja paksa yang kemudian menjadi dasar perubahan sistem kolonial di era berikutnya.


🔥 Pertanyaannya, apakah Indonesia akan lebih maju jika tetap dijajah Inggris daripada Belanda? Atau justru sama saja karena semua penjajah datang dengan satu tujuan: menguasai dan menguras kekayaan Nusantara?


✅ Sumber Kredibel:


Ricklefs, M.C. A History of Modern Indonesia Since c. 1200.


Raffles, T.S. The History of Java.


Perjanjian London 1814 (arsip sejarah Inggris-Belanda).


#Faktamenarik 

#Duniasekitarkita

#Faktaunik

25 August 2025

Usman bin Haji Muhammad Ali, atau lebih dikenal dengan nama Usman Janatin, lahir pada 18 Maret 1943 di Jatisaba, Purbalingga, Jawa Tengah. Ia merupakan seorang prajurit Korps Marinir TNI Angkatan Laut yang turut serta dalam operasi militer pada masa Konfrontasi Indonesia–Malaysia. Dengan keberanian dan pengabdian, ia kemudian tercatat sebagai salah satu figur militer yang dikenang, meskipun jejak hidupnya berakhir tragis di negeri asing. Usman masuk menjadi anggota Marinir pada 1 Juni 1962, setelah menamatkan pendidikan SMP. Ia dipercaya menjadi bagian dari operasi Komando Siaga (yang kemudian berubah nama menjadi Komando Mandala Siaga) di bawah pimpinan Omar Dhani. Tugasnya kala itu adalah bagian dari strategi konfrontasi Indonesia melawan Malaysia. Usman sempat ditempatkan di Pulau Sambu, Riau, sebagai bagian dari persiapan operasi militer. Pengeboman MacDonald House Pada 10 Maret 1965, Usman bersama rekannya, Harun Said, diperintahkan untuk menjalankan misi sabotase. Target awal mereka adalah sebuah pembangkit listrik, namun penjagaan yang sangat ketat membuat misi itu tak mungkin dilaksanakan. Akhirnya, mereka memilih target yang lebih mudah dijangkau, yaitu MacDonald House, sebuah gedung perkantoran di Orchard Road, Singapura. Bom seberat 12 kilogram yang mereka letakkan dalam sebuah tas biru meledak pukul 15.07 waktu setempat, menewaskan tiga orang—seorang pengemudi Muslim Melayu bernama Muhammad Yasin Kesit serta dua wanita Tionghoa, Elizabeth Susie Choo Kay Hoi dan Juliet Goh Hwee Kuang. Selain itu, sebanyak 33 orang lainnya mengalami luka-luka. Aksi ini kemudian dikenal sebagai Pengeboman MacDonald House, salah satu peristiwa paling kontroversial dalam sejarah konfrontasi Indonesia–Malaysia. Penangkapan dan Eksekusi Setelah ledakan, Usman dan Harun berusaha melarikan diri, namun akhirnya tertangkap. Mereka diadili di Singapura dan dijatuhi hukuman mati dengan cara digantung di Penjara Changi pada 17 Oktober 1968, saat masing-masing baru berusia 25 tahun. Pahlawan Nasional Indonesia Meski dieksekusi sebagai penjahat di Singapura, pemerintah Indonesia menganggap keduanya sebagai pahlawan yang gugur dalam tugas negara. Pada hari eksekusi tersebut, Usman dan Harun secara anumerta dinaikkan pangkatnya menjadi Sersan Dua dan dianugerahi gelar Pahlawan Nasional Indonesia. Jenazah mereka dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Kalibata, Jakarta. Penghormatan terhadap jasa mereka pun terus dikenang, salah satunya melalui penamaan kapal perang KRI Usman Harun 359 #UsmanHajiMuhammadAli #PahlawanNasional #KonfrontasiIndonesiaMalaysia #SejarahIndonesia #MarinirIndonesia #MacDonaldHouseBombing #KRIUsmanHarun

 Usman bin Haji Muhammad Ali, atau lebih dikenal dengan nama Usman Janatin, lahir pada 18 Maret 1943 di Jatisaba, Purbalingga, Jawa Tengah. Ia merupakan seorang prajurit Korps Marinir TNI Angkatan Laut yang turut serta dalam operasi militer pada masa Konfrontasi Indonesia–Malaysia. Dengan keberanian dan pengabdian, ia kemudian tercatat sebagai salah satu figur militer yang dikenang, meskipun jejak hidupnya berakhir tragis di negeri asing.



Usman masuk menjadi anggota Marinir pada 1 Juni 1962, setelah menamatkan pendidikan SMP. Ia dipercaya menjadi bagian dari operasi Komando Siaga (yang kemudian berubah nama menjadi Komando Mandala Siaga) di bawah pimpinan Omar Dhani. Tugasnya kala itu adalah bagian dari strategi konfrontasi Indonesia melawan Malaysia. Usman sempat ditempatkan di Pulau Sambu, Riau, sebagai bagian dari persiapan operasi militer.


Pengeboman MacDonald House


Pada 10 Maret 1965, Usman bersama rekannya, Harun Said, diperintahkan untuk menjalankan misi sabotase. Target awal mereka adalah sebuah pembangkit listrik, namun penjagaan yang sangat ketat membuat misi itu tak mungkin dilaksanakan. Akhirnya, mereka memilih target yang lebih mudah dijangkau, yaitu MacDonald House, sebuah gedung perkantoran di Orchard Road, Singapura.


Bom seberat 12 kilogram yang mereka letakkan dalam sebuah tas biru meledak pukul 15.07 waktu setempat, menewaskan tiga orang—seorang pengemudi Muslim Melayu bernama Muhammad Yasin Kesit serta dua wanita Tionghoa, Elizabeth Susie Choo Kay Hoi dan Juliet Goh Hwee Kuang. Selain itu, sebanyak 33 orang lainnya mengalami luka-luka.


Aksi ini kemudian dikenal sebagai Pengeboman MacDonald House, salah satu peristiwa paling kontroversial dalam sejarah konfrontasi Indonesia–Malaysia.


Penangkapan dan Eksekusi


Setelah ledakan, Usman dan Harun berusaha melarikan diri, namun akhirnya tertangkap. Mereka diadili di Singapura dan dijatuhi hukuman mati dengan cara digantung di Penjara Changi pada 17 Oktober 1968, saat masing-masing baru berusia 25 tahun.


Pahlawan Nasional Indonesia


Meski dieksekusi sebagai penjahat di Singapura, pemerintah Indonesia menganggap keduanya sebagai pahlawan yang gugur dalam tugas negara. Pada hari eksekusi tersebut, Usman dan Harun secara anumerta dinaikkan pangkatnya menjadi Sersan Dua dan dianugerahi gelar Pahlawan Nasional Indonesia. Jenazah mereka dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Kalibata, Jakarta.


Penghormatan terhadap jasa mereka pun terus dikenang, salah satunya melalui penamaan kapal perang KRI Usman Harun 359


#UsmanHajiMuhammadAli

#PahlawanNasional

#KonfrontasiIndonesiaMalaysia

#SejarahIndonesia

#MarinirIndonesia

#MacDonaldHouseBombing

#KRIUsmanHarun


Sumber : Kisah Sejarah Nusantara

Foto wanita Makassar mengenakan kain sarong dan baju bodo transparan sekitar tahun 1900. Sumber foto : KITLV

 Foto wanita Makassar mengenakan kain sarong dan baju bodo transparan sekitar tahun 1900.



Sumber foto : KITLV

Monumen Nasional (Monas) dibangun untuk mengenang perjuangan rakyat Indonesia dalam merebut kemerdekaan dari Belanda, serta untuk membangkitkan semangat patriotisme generasi penerus. Berikut adalah beberapa fakta sejarah Monas: Gagasan pembangunan Monas muncul sembilan tahun setelah Indonesia merdeka. Pada 17 Agustus 1954, dibentuk komite nasional untuk menggelar sayembara perancangan Monas. Karya Frederich Silaban terpilih sebagai pemenang sayembara. Arsitek RM Soedarsono melanjutkan rancangan Monas dengan memasukkan angka 17, 8, dan 45 untuk melambangkan Proklamasi Kemerdekaan Indonesia. Pembangunan Monas dimulai pada 17 Agustus 1961 dan diresmikan pada 12 Juli 1975. Pembangunan Monas dilaksanakan dalam tiga tahap, yaitu 1961-1965, 1966-1968, dan 1969-1976. Monas dibangun di area seluas 80 hektar. Monas memiliki tinggi 132 meter. Di halaman luar Monas terdapat relief sejarah Indonesia yang menggambarkan berbagai peristiwa, seperti penjajahan Eropa, pemberontakan rakyat, dan Proklamasi Kemerdekaan. Di bawah permukaan halaman Monas terdapat ruang museum sejarah yang berukuran 80x80 meter. #beritaviral #mknas

 Monumen Nasional (Monas) dibangun untuk mengenang perjuangan rakyat Indonesia dalam merebut kemerdekaan dari Belanda, serta untuk membangkitkan semangat patriotisme generasi penerus. Berikut adalah beberapa fakta sejarah Monas: 



Gagasan pembangunan Monas muncul sembilan tahun setelah Indonesia merdeka. 

Pada 17 Agustus 1954, dibentuk komite nasional untuk menggelar sayembara perancangan Monas. 

Karya Frederich Silaban terpilih sebagai pemenang sayembara. 

Arsitek RM Soedarsono melanjutkan rancangan Monas dengan memasukkan angka 17, 8, dan 45 untuk melambangkan Proklamasi Kemerdekaan Indonesia. 

Pembangunan Monas dimulai pada 17 Agustus 1961 dan diresmikan pada 12 Juli 1975. 

Pembangunan Monas dilaksanakan dalam tiga tahap, yaitu 1961-1965, 1966-1968, dan 1969-1976. 

Monas dibangun di area seluas 80 hektar. 

Monas memiliki tinggi 132 meter. 

Di halaman luar Monas terdapat relief sejarah Indonesia yang menggambarkan berbagai peristiwa, seperti penjajahan Eropa, pemberontakan rakyat, dan Proklamasi Kemerdekaan. 

Di bawah permukaan halaman Monas terdapat ruang museum sejarah yang berukuran 80x80 meter. 

#beritaviral #mknas

Peta Kraton Kerajaan Kartasura Era Amangkurat II Gambar yang Anda tunjukkan adalah peta/ilustrasi kuno berjudul "Carta Sofra in Media 1689" yang dicetak dalam buku Belanda abad ke-17/18. Tulisan di bawahnya dalam bahasa Belanda berbunyi: > "Actie. Voorgvallen nissen de Struit Roover Soera Lanti en den Commissaris Jaf en partiplit den 8 Jan. 1686." Artinya kira-kira menggambarkan suatu aksi atau peristiwa yang terjadi di wilayah Soera Lanti (kemungkinan Surakarta / wilayah Jawa), berkaitan dengan perampok laut/struitroover dan pejabat VOC pada 8 Januari 1686. Sumber aslinya adalah dari karya monumental "Oud en Nieuw Oost-Indiën" (diterbitkan 1676–1695) oleh François Valentijn, seorang pendeta Belanda sekaligus penulis sejarah Hindia Timur. Buku ini berisi catatan etnografi, geografi, peta, dan sejarah koloni VOC di Asia. 📖 Jadi, gambar ini merupakan reproduksi peta/ilustrasi dari buku "Oud en Nieuw Oost-Indiën" karya François Valentijn, yang kini banyak tersimpan dalam koleksi digital perpustakaan Belanda seperti Rijksmuseum dan Koninklijke Bibliotheek (KB, National Library of the Netherlands). Sumber lain Nugroho Facebook Terimakasih mas 🙏 Sejarah Nusantara yang terekam dalam arsip Belanda, seperti karya François Valentijn Oud en Nieuw Oost-Indiën, sering kali ditulis dari sudut pandang kolonial. Karena itu, perlu dilihat secara kritis agar kita bisa memahami konteks yang lebih seimbang. Fakta-fakta dari naskah kuno ini tetap penting sebagai sumber sejarah, tetapi harus selalu dibandingkan dengan sumber lokal dan tradisi lisan bangsa kita. Sejarah perpindahan Kraton Pleret ke Kartasura Pada tahun 1677, saat meletusnya Pemberontakan Trunajaya, Kraton Pleret diserang dan diduduki. Pangeran Trunajaya dan pasukannya berhasil menguasai Pleret, menjarah, dan merusak bangunan kraton. Amangkurat I sendiri melarikan diri dan wafat di Tegal Arum (Tegalwangi). Putranya, Amangkurat II, naik takhta di tengah situasi kacau. Amangkurat II semula berusaha menata kembali pemerintahan di Pleret, tetapi kraton tersebut sudah rusak parah akibat perang. Selain itu, Pleret dianggap tidak lagi aman karena dekat dengan basis kekuatan pemberontak. Atas pertimbangan strategi politik dan militer, Amangkurat II memutuskan memindahkan pusat kerajaan ke Kartasura pada tahun 1680. #SejarahNusantara #VOC #Kolonialisme #FrançoisValentijn #OudEnNieuwOostIndien #PetaKuno #WarisanSejarah #ArsipBelanda #SejarahIndonesia #BelajarSejarah #kartasura #kraton #kerajaan #amangkuratII

 Peta Kraton Kerajaan Kartasura

Era Amangkurat II


Gambar yang Anda tunjukkan adalah peta/ilustrasi kuno berjudul "Carta Sofra in Media 1689" yang dicetak dalam buku Belanda abad ke-17/18. Tulisan di bawahnya dalam bahasa Belanda berbunyi:



> "Actie. Voorgvallen nissen de Struit Roover Soera Lanti en den Commissaris Jaf en partiplit den 8 Jan. 1686."


Artinya kira-kira menggambarkan suatu aksi atau peristiwa yang terjadi di wilayah Soera Lanti (kemungkinan Surakarta / wilayah Jawa), berkaitan dengan perampok laut/struitroover dan pejabat VOC pada 8 Januari 1686.


Sumber aslinya adalah dari karya monumental "Oud en Nieuw Oost-Indiën" (diterbitkan 1676–1695) oleh François Valentijn, seorang pendeta Belanda sekaligus penulis sejarah Hindia Timur. Buku ini berisi catatan etnografi, geografi, peta, dan sejarah koloni VOC di Asia.


📖 Jadi, gambar ini merupakan reproduksi peta/ilustrasi dari buku "Oud en Nieuw Oost-Indiën" karya François Valentijn, yang kini banyak tersimpan dalam koleksi digital perpustakaan Belanda seperti Rijksmuseum dan Koninklijke Bibliotheek (KB, National Library of the Netherlands).


Sumber lain Nugroho Facebook

Terimakasih mas 🙏


Sejarah Nusantara yang terekam dalam arsip Belanda, seperti karya François Valentijn Oud en Nieuw Oost-Indiën, sering kali ditulis dari sudut pandang kolonial. Karena itu, perlu dilihat secara kritis agar kita bisa memahami konteks yang lebih seimbang. Fakta-fakta dari naskah kuno ini tetap penting sebagai sumber sejarah, tetapi harus selalu dibandingkan dengan sumber lokal dan tradisi lisan bangsa kita.


Sejarah perpindahan Kraton Pleret ke Kartasura 


Pada tahun 1677, saat meletusnya Pemberontakan Trunajaya, Kraton Pleret diserang dan diduduki. Pangeran Trunajaya dan pasukannya berhasil menguasai Pleret, menjarah, dan merusak bangunan kraton. Amangkurat I sendiri melarikan diri dan wafat di Tegal Arum (Tegalwangi). Putranya, Amangkurat II, naik takhta di tengah situasi kacau.


Amangkurat II semula berusaha menata kembali pemerintahan di Pleret, tetapi kraton tersebut sudah rusak parah akibat perang. Selain itu, Pleret dianggap tidak lagi aman karena dekat dengan basis kekuatan pemberontak. Atas pertimbangan strategi politik dan militer, Amangkurat II memutuskan memindahkan pusat kerajaan ke Kartasura pada tahun 1680.


#SejarahNusantara

#VOC #Kolonialisme

#FrançoisValentijn

#OudEnNieuwOostIndien


Sumber : Tri Pawiro Mintardjo 

#PetaKuno

#WarisanSejarah

#ArsipBelanda

#SejarahIndonesia

#BelajarSejarah #kartasura #kraton #kerajaan #amangkuratII

23 August 2025

Umar Kayam lahir pada 30 April 1932 di Ngawi, Jawa Timur. Ia menempuh pendidikan di Universitas Gadjah Mada dan kemudian melanjutkan studi ke Amerika Serikat, termasuk di New York University dan Cornell University, di mana ia memperdalam ilmu sosiologi. Latar belakang akademisnya membuat Umar Kayam memiliki pandangan tajam tentang masyarakat Indonesia, terutama dalam masa transisi politik dan budaya setelah kemerdekaan. Selain sebagai akademisi, Umar Kayam dikenal sebagai seorang budayawan, penulis, dan seniman. Ia menulis cerita pendek, novel, esai budaya, hingga terlibat dalam dunia film. Karya-karyanya, seperti Para Priyayi dan Sri Sumarah, merekam perubahan sosial budaya masyarakat Jawa dengan detail yang lembut namun kritis. Gaya tulisannya kerap memadukan nostalgia, ironi, dan kedalaman reflektif, menjadikannya salah satu sastrawan penting dalam sastra Indonesia modern. Di luar dunia akademik dan sastra, Umar Kayam juga pernah menjabat sebagai pejabat tinggi, termasuk menjadi Direktur Jenderal Radio, Televisi, dan Film pada era Orde Baru. Meski demikian, ia tetap dikenang sebagai sosok budayawan yang hangat, cerdas, dan mampu menjembatani dunia akademik dengan kehidupan sehari-hari masyarakat. Umar Kayam wafat pada 16 Maret 2002, meninggalkan warisan pemikiran dan karya sastra yang hingga kini masih relevan untuk memahami wajah kebudayaan Indonesia. Sumber : Benua Sabda

 Umar Kayam lahir pada 30 April 1932 di Ngawi, Jawa Timur. Ia menempuh pendidikan di Universitas Gadjah Mada dan kemudian melanjutkan studi ke Amerika Serikat, termasuk di New York University dan Cornell University, di mana ia memperdalam ilmu sosiologi. Latar belakang akademisnya membuat Umar Kayam memiliki pandangan tajam tentang masyarakat Indonesia, terutama dalam masa transisi politik dan budaya setelah kemerdekaan.



Selain sebagai akademisi, Umar Kayam dikenal sebagai seorang budayawan, penulis, dan seniman. Ia menulis cerita pendek, novel, esai budaya, hingga terlibat dalam dunia film. Karya-karyanya, seperti Para Priyayi dan Sri Sumarah, merekam perubahan sosial budaya masyarakat Jawa dengan detail yang lembut namun kritis. Gaya tulisannya kerap memadukan nostalgia, ironi, dan kedalaman reflektif, menjadikannya salah satu sastrawan penting dalam sastra Indonesia modern.


Di luar dunia akademik dan sastra, Umar Kayam juga pernah menjabat sebagai pejabat tinggi, termasuk menjadi Direktur Jenderal Radio, Televisi, dan Film pada era Orde Baru. Meski demikian, ia tetap dikenang sebagai sosok budayawan yang hangat, cerdas, dan mampu menjembatani dunia akademik dengan kehidupan sehari-hari masyarakat. Umar Kayam wafat pada 16 Maret 2002, meninggalkan warisan pemikiran dan karya sastra yang hingga kini masih relevan untuk memahami wajah kebudayaan Indonesia.

Sumber : Benua Sabda

Kolonel (laut) Sudomo dan mayjen Soeharto pada operasi Trikora 1963. Sudomo Lahir (20 September 1926 Malang, Jawa Timur 18 April 2012 (umur 85) Ia dikenal sebagai loyalis orde baru. Karier militernya melesat setelah ia selamat dari pertempuran laut Aru pada 15 Januari 1962. Sedangkan atasanya Komondor Yos Sudarso gugur, tenggelam bersama KRI Macan tutul. Sedangkan Sudomo berada di atas KRI Harimau, bersama KRI Macan Kumbang berhasil lolos dari serangan armada Belanda. Zaman Orde baru ia merupakan salah seorang perwira AL yang di percaya jendral Soeharto untuk membersihkan AL dari unsur G30S. Kariernya terus melesat ia ditunjuk sebagai Panglima Kopkamtib (Pangkobkamtib) sejak 17 April 1978. Saat jadi pangkopkamtib ini ia dikenal represif menghadapi demo mahasisawa Malari 1974. Beberapa kampus dididuki militer dan ratusan mahasiswa di tahan . Kemidian naik jadi wakil panglima ABRI. Terus Jadi Menaker, Menko polkam, sampai ketua DPA.

 Kolonel (laut) Sudomo dan mayjen Soeharto pada operasi Trikora 1963.



Sudomo Lahir (20 September 1926

Malang, Jawa Timur

18 April 2012 (umur 85) 

Ia dikenal sebagai loyalis orde baru. Karier militernya melesat setelah ia selamat dari pertempuran laut Aru pada 15 Januari 1962.  Sedangkan atasanya Komondor Yos Sudarso gugur, tenggelam bersama KRI Macan tutul. Sedangkan Sudomo berada di atas KRI Harimau,  bersama KRI Macan Kumbang berhasil lolos dari serangan armada Belanda.

Zaman Orde baru ia merupakan salah seorang perwira AL yang di percaya jendral Soeharto untuk membersihkan AL dari unsur G30S. Kariernya terus melesat ia ditunjuk sebagai Panglima Kopkamtib (Pangkobkamtib) sejak 17 April 1978.

Saat jadi pangkopkamtib ini ia dikenal represif menghadapi demo mahasisawa Malari 1974. Beberapa kampus dididuki militer dan ratusan mahasiswa di tahan . Kemidian naik jadi wakil panglima ABRI. 

Terus Jadi Menaker, Menko polkam, sampai ketua DPA.

Penampakan Kereta Berburu Di Cirebon, Jawa Barat Sekitar Tahun 1900

 Penampakan Kereta Berburu Di Cirebon, Jawa Barat Sekitar Tahun 1900



22 August 2025

 Jejak Kraton Kerto, 

Istana Sultan Agung yang hilang 


Di sebuah hamparan tanah sunyi di Bantul, Yogyakarta, pernah berdiri sebuah istana megah bernama Kraton Kerto. Dialah pusat pemerintahan Sultan Agung Hanyakrakusuma, raja besar Mataram Islam yang disegani, bukan hanya di Jawa, tapi juga oleh lawan tangguh seperti VOC Belanda.



Dari dinding-dinding Kraton Kerto inilah terlahir strategi besar penyerangan ke Batavia pada tahun 1628–1629M. Di sinilah suara tabuh gamelan istana pernah menggema, diiringi lantunan doa dan rapat agung para bangsawan Mataram.


Namun, megahnya istana itu kini tinggal cerita. Waktu menggerogoti, peperangan meninggalkan luka, dan Kraton Kerto pun hilang ditelan bumi. Hanya puing-puing pondasi bata merah yang masih tersisa, sunyi dan membisu, seakan menyimpan rahasia kebesaran yang tak lagi lengkap.


Hari ini, Situs Kerto hanya menyisakan jejak bisu: batu-batu berserakan, lantai yang lapuk, dan peninggalan yang terabaikan. Meski demikian, setiap jengkal tanahnya masih menyimpan getaran sejarah—sebuah pengingat bahwa di sinilah pusat kekuasaan Mataram pernah berdiri dengan megah.


Situs Kerto mengingatkan kita bahwa sejarah bukan sekadar cerita masa lalu, melainkan cermin bagi generasi masa kini. Kita tak boleh membiarkan warisan leluhur ini hilang begitu saja. Menjaga, merawat, dan mengenang adalah bentuk penghormatan kita kepada mereka yang telah berjuang menegakkan peradaban di tanah Jawa.


Jika ada kekeliruan dalam penulisan nama, waktu, atau tempat, mohon koreksi demi meluruskan sejarah dan memperkaya pengetahuan kita bersama.


#JejakSultanAgung #KratonKerto #MataramIslam #SejarahJawa #WarisanBudaya #BantulHeritage #WisataSejarah #SitusKuno #SejarahMataram

Tahun 1981, dalam rangka pemberantasan buta aksara dan huruf, pemerintah meluncurkan program nasional berupa Kelompok Belajar berdasarkan sistem Paket. Untuk Paket A sendiri ada beberapa kategori, antara lain tahap pertama A1-A5, Tahap kedua Paket A5-A10, tahap ketiga Paket A11-A 20, tahap keempat Paket A21- A100. Semua paket tersebut ditempuh selama 3 (tiga) tahun. Dari tahun 1981dan selesai di tahun 1983. Salah satunya di Besa Bandar Dawung, Karanganyar, Jawa Tengah. Awalnya penduduk Desa Bandar Dawung memiliki tingkat buta huruf yang cukup tinggi. Ketika diadakan Kelompok Belajar Paket A, mereka berduyun-duyun mendaftar di lembaga ketahanan masyarakat desa. Para tutor atau pengajar nya adalah anggota masyarakat desa tersebut yang sudah melek huruf. Mungkin di sini letak uniknya masyarakat desa dibanding kota yang cenderung maunya dibayar, setiap tetas keringat dihitung dengan rumiah. Berbeda dengan di pedesaaan. Seorang petani yang pernah mendapat pendidikan sampai Sekolah Teknik, merasa terpanggil menyisihkan waktunya untuk memberantas buta huruf. Siswa putus sekolah SMA kelas dua, karena tak ada pekerjaan memilih menjadi tutor. Semuanya mereka lakukan tanpa mengharapkan imbalan. Semangat gotong royong di pedesaan masih tebal. Dampak keberhasilan Desa Dawung tersebut semakin terlihat. Ketika ada sidak dari pihak terkait, seorang pak tani yang sedang menyandang cangkul menuju sawah, dicegat dan diberi pena dan kertas. Ia diminta menuliskan namanya dan dites beberapa pengetahuan umum. Demikian juga Ibu rumah tangga yang sedang menggendong bayinya di tes pengetahuan membaca dan menulisnya. Kelompok Belajar Paket A di desa Bandar Dawung ini mengalami kemajuan luar biasa. Kemajuan yang mereka capai sangat cepat, Bahasa Indonesia mereka bagus. Tulisan mereka teratur, bahkan lebih bagus daripada tulisan siswa SMA. Berbagai pengetahuan yang menyangkut masalah ketrampilan mereka kuasai dengan baik. Kadang mereka berpendapat bahwa peserta kelompok Belajar yang berusia lanjut, akan kalah dibandingkan mereka yang berusia muda. Pendapat ini tak selamanya benar. Ngadikem, seorang ibu berusia 40 tahun ternyata dalam lomba mengarang kelompok Paket A kelompok B se-Jateng mendapat predikat juara pertama. Sebelum tahun ketiga, rata-rata warga desa Bandar Dawung bebas buta aksara dan angka secara cepat. Padahal bebas buta aksara baru digalakkan tahun 1981. Memang ada dua atau tiga orang warga yang tidak mau diajak Kelompok Belajar, namun kepala desa Bandar Dawung punya cara, yaitu “ anak-anak yang tak mau sekolah, orangtuanya dipanggil. Bila orang tua tak mau mengajak anaknya sekolah, maka mereka tak dilayani di kantor desa. Juga warga desa yang tak tahu menulis baca, mereka bila mengajukan kredit Bimas (pinjaman kas desa) harus mengisi formulir sendiri, tak boleh dibantu orang lain. Tak boleh bikin tanda tangan pakai jempol. Maka tidak heran Kelompok Belajar Paket A di desa Bandar Dawurng Karanganyar Jawa Tengah ini mendpat predikat terbaik nasional. Begitulah sedikit kisah kala Indonesia berjuang bebas buta huruf dan aksara. Sumber: Suara Karya, 24-9-1983 hal. 1. Koleksi Surat Kabar Langka Salemba –Perpustakaan Nasional RI.

 Tahun 1981, dalam rangka pemberantasan buta aksara dan huruf, pemerintah meluncurkan  program nasional berupa Kelompok Belajar berdasarkan sistem Paket. Untuk Paket A sendiri ada beberapa kategori, antara lain tahap pertama A1-A5, Tahap kedua Paket A5-A10, tahap ketiga Paket A11-A 20, tahap keempat Paket A21- A100.  Semua paket tersebut ditempuh selama 3 (tiga) tahun. Dari tahun 1981dan selesai di tahun 1983.



Salah satunya di Besa Bandar Dawung, Karanganyar, Jawa Tengah. Awalnya penduduk Desa Bandar Dawung memiliki tingkat buta huruf yang cukup tinggi. Ketika diadakan Kelompok Belajar Paket A, mereka berduyun-duyun mendaftar di lembaga ketahanan masyarakat desa.  


Para tutor atau pengajar nya adalah anggota masyarakat desa tersebut yang sudah melek huruf. Mungkin di sini letak uniknya masyarakat desa dibanding kota yang cenderung maunya dibayar, setiap tetas keringat dihitung dengan rumiah.  Berbeda dengan di pedesaaan. Seorang petani yang pernah mendapat pendidikan sampai Sekolah Teknik, merasa terpanggil menyisihkan waktunya untuk memberantas buta huruf. Siswa putus sekolah SMA kelas dua, karena tak ada pekerjaan memilih menjadi tutor. Semuanya mereka lakukan tanpa mengharapkan imbalan. Semangat gotong royong di pedesaan masih tebal.


Dampak keberhasilan Desa Dawung tersebut semakin terlihat. Ketika ada sidak dari pihak terkait,  seorang pak tani yang sedang menyandang cangkul menuju sawah, dicegat dan diberi pena dan kertas. Ia diminta menuliskan namanya dan dites beberapa pengetahuan umum. Demikian juga Ibu rumah tangga yang sedang menggendong bayinya di tes pengetahuan membaca dan menulisnya.


Kelompok Belajar Paket A di desa Bandar Dawung ini mengalami kemajuan luar biasa. Kemajuan yang mereka capai sangat cepat, Bahasa Indonesia mereka bagus. Tulisan mereka teratur, bahkan lebih bagus daripada tulisan siswa SMA. Berbagai pengetahuan yang menyangkut masalah ketrampilan mereka kuasai dengan baik. Kadang mereka berpendapat bahwa peserta kelompok Belajar yang berusia lanjut, akan kalah dibandingkan mereka yang berusia muda. Pendapat ini tak selamanya benar. Ngadikem, seorang ibu berusia 40 tahun ternyata dalam lomba mengarang kelompok Paket A kelompok B se-Jateng mendapat predikat juara pertama.


Sebelum tahun ketiga, rata-rata warga desa Bandar Dawung bebas buta aksara dan angka secara cepat. Padahal bebas buta aksara baru digalakkan tahun 1981. Memang ada dua atau tiga orang warga yang tidak mau diajak Kelompok Belajar, namun kepala desa Bandar Dawung punya cara, yaitu “ anak-anak yang tak mau sekolah, orangtuanya dipanggil. Bila orang tua tak mau mengajak anaknya sekolah, maka mereka tak dilayani di kantor desa. Juga warga desa yang tak tahu menulis baca, mereka bila mengajukan kredit  Bimas (pinjaman kas desa) harus mengisi formulir sendiri, tak boleh dibantu orang lain. Tak boleh bikin tanda tangan pakai jempol. Maka tidak heran Kelompok Belajar Paket A di desa Bandar Dawurng Karanganyar Jawa Tengah ini mendpat predikat terbaik nasional.


Begitulah sedikit kisah kala Indonesia berjuang bebas buta huruf dan aksara. 


Sumber: Suara Karya, 24-9-1983 hal. 1. Koleksi Surat Kabar Langka Salemba –Perpustakaan Nasional RI.

FAKTA SEJARAH DALAM PERISTIWA GESTOK 1965 MESKI SEAKAN AKAN YANG MENCULIK ISSUE DEWAN JENDERAL ADALAH CAKRABIRAWA, NAMUN SEJATINYA HANYA OKNUM YON KK I /AD CAKRABIRAWA sebagai pimpinan Letkol TNI Untung dengan menggerakkan mantan anggotanya di Banteng Raiders saat di Semarang. Dalam foto adalah MAYOR KKO J Saminu saat menjadi Danyon II/KK -KKO Cakrabirawa, dan Foto dua adalah saat Kolonel KKO operasi di Timtim.... Brigjen KKo Johanes Saminoe- adalah sesepuh KKo sejak CA lV tegal, berkiprah sejak masa perang kemerdekaan bergerilya hingga berkembang menjadi KKo..mendapat bintang Sakti oprasi Trikora kemudian di tunjuk menjadi DanYon2 KK/ KKo-cakrabhirawa. Ketika dilikuidasi pasca peristiwa Gestok 1965 dikembalikan ke Yon 4 KKo- sebagian lagi menjadi embrio Yon Taifib Armabar.. Pak Saminoe sendiri tetap berkarier hingga pangkat Brigjen KKO. catatan sejarah yang kurang di baca oleh generasi muda.

 FAKTA SEJARAH DALAM  PERISTIWA GESTOK 1965 MESKI  SEAKAN AKAN YANG MENCULIK ISSUE DEWAN JENDERAL ADALAH CAKRABIRAWA, NAMUN SEJATINYA HANYA OKNUM YON KK I /AD CAKRABIRAWA sebagai pimpinan Letkol TNI Untung dengan menggerakkan mantan  anggotanya di Banteng Raiders saat di Semarang. 



Dalam foto adalah MAYOR KKO J Saminu saat menjadi Danyon II/KK -KKO Cakrabirawa, dan Foto dua adalah saat Kolonel KKO operasi di Timtim....


Brigjen KKo Johanes Saminoe- adalah sesepuh KKo sejak CA lV tegal, berkiprah sejak masa perang kemerdekaan bergerilya hingga berkembang menjadi KKo..mendapat bintang Sakti oprasi Trikora kemudian di tunjuk menjadi DanYon2 KK/ KKo-cakrabhirawa.


Ketika dilikuidasi pasca peristiwa Gestok 1965 dikembalikan ke Yon 4 KKo- sebagian lagi menjadi embrio Yon Taifib Armabar..


Pak Saminoe sendiri tetap berkarier hingga pangkat Brigjen KKO. catatan sejarah yang kurang di baca oleh generasi muda.

21 August 2025

Karena iklan jaman dulu belum banyak menggunakan sarana audio visual, maka untuk menarik perhatian konsumen, iklan jaman dulu hanya bisa mengandalkan kata kata yang lugas, simple dan cenderung memakai kata pemikat yang berlebihan. Seperti terlihat pada iklan bedak pupur jaman kolonial ini..

 Karena iklan jaman dulu belum banyak menggunakan sarana audio visual, maka untuk menarik perhatian konsumen, iklan jaman dulu hanya bisa mengandalkan kata kata yang lugas, simple dan cenderung memakai kata pemikat yang berlebihan.

Seperti terlihat pada iklan bedak pupur jaman kolonial ini..



Gus Dur mengeluarkan Dekrit Presiden pada tanggal 23 Juli 2001. Isi utama dekrit tersebut: 1. Membekukan MPR dan DPR 2. Mengembalikan kedaulatan kepada rakyat 3. Menjadwalkan pemilu dalam waktu satu tahun 4. Menyelamatkan gerakan reformasi Namun, dekrit ini tidak diakui secara hukum dan politik, karena: 1. TNI dan Polri tidak mendukungnya 2. DPR dan MPR tetap bersidang 3. Hari itu juga, MPR memberhentikan Gus Dur sebagai Presiden, dan menggantinya dengan Megawati Soekarnoputri.

 Gus Dur mengeluarkan Dekrit Presiden pada tanggal 23 Juli 2001.


Isi utama dekrit tersebut:

1. Membekukan MPR dan DPR

2. Mengembalikan kedaulatan kepada rakyat

3. Menjadwalkan pemilu dalam waktu satu tahun

4. Menyelamatkan gerakan reformasi


Namun, dekrit ini tidak diakui secara hukum dan politik, karena:

1. TNI dan Polri tidak mendukungnya

2. DPR dan MPR tetap bersidang

3. Hari itu juga, MPR memberhentikan Gus Dur sebagai Presiden, dan menggantinya dengan Megawati Soekarnoputri.




KAPTEN SAMADIKUN PAHLAWAN SAMUDERA CIREBON KAPTEN SAMADIKUN Lahir pada tanggal 8 Agustus 1923 Di Matraman Gang II Jakarta. Ayahnya bernama R. Sukartin dan ibunya bernama Kasinah. Beliau merupakan pahlawan Angkatan Laut Republik Indonesia (ALRI) Yang gugur dalam pertempuran laut di Cirebon dan dianugerahi gelar PAHLAWAN SAMUDERA. Kapten Samadikun adalah seorang pahlawan ALRI yang gugur dalam pertempuran laut di Cirebon pada tanggal 5 Januari 1947. Ia memimpin KRI Gajah Mada dalam latihan gabungan ALRI di perairan Cirebon, Dan diserang oleh kapal perang Belanda, HMS KORTENAER. Samadikun Sosok perwira yang gagah berani, Dan berpangkat LETTU (Letnan Satu) Beliau memilih untuk menghadapi kapal Belanda dan tenggelam bersama kapal KRI GAJAH MADA demi memberikan waktu bagi rekan-rekannya untuk menyelamatkan diri. Atas keberaniannya, Samadikun dinaikkan pangkatnya dari LETTU menjadi KAPTEN, Namanya diabadikan sebagai nama jalan di Cirebon. Kisah kepahlawanannya menjadi inspirasi bagi masyarakat, terutama dalam menghadapi tantangan bangsa. Demi membela Tanah air Republik Indonesia. #dreeandretv #sejarah #pahlawan #cirebon #sejarahcirebon #fyp #viral #trending

 KAPTEN SAMADIKUN PAHLAWAN SAMUDERA CIREBON



KAPTEN SAMADIKUN

Lahir pada tanggal 8 Agustus 1923

Di Matraman Gang II Jakarta.

Ayahnya bernama R. Sukartin dan ibunya bernama Kasinah.


Beliau merupakan pahlawan

Angkatan Laut Republik Indonesia (ALRI)

Yang gugur dalam pertempuran laut di Cirebon dan dianugerahi gelar PAHLAWAN SAMUDERA.


Kapten Samadikun adalah seorang pahlawan ALRI yang gugur dalam pertempuran laut di Cirebon pada tanggal 5 Januari 1947.


Ia memimpin KRI Gajah Mada dalam latihan gabungan ALRI di perairan Cirebon,

Dan diserang oleh kapal perang Belanda, HMS KORTENAER.


Samadikun Sosok perwira yang gagah berani,

Dan berpangkat LETTU (Letnan Satu)

Beliau memilih untuk menghadapi kapal Belanda dan tenggelam bersama kapal

KRI GAJAH MADA demi memberikan waktu bagi rekan-rekannya untuk menyelamatkan diri. 


Atas keberaniannya, Samadikun dinaikkan pangkatnya dari LETTU menjadi KAPTEN, Namanya diabadikan sebagai nama jalan di Cirebon.


Kisah kepahlawanannya menjadi inspirasi bagi masyarakat, terutama dalam menghadapi tantangan bangsa. 

Demi membela Tanah air Republik Indonesia.


#dreeandretv #sejarah #pahlawan #cirebon

#sejarahcirebon #fyp #viral #trending

Ruwatan Sukerta: Laku Pangruwatan Kangge Nyucèkaké Nasib 🌿 Pambuka Ing budaya Jawa, gesang manungsa tansah kagandheng karo tatananing jagad: ana sangkan paran, ana pitungan, ana uga paugeran. Salah satunggaling paugeran lawas yaiku kapitadosan bilih wonten sawetawis lairé anak kang sinebat sukerta. Anak sukerta dipunanggep kagungan bebendu kosmis, awit lair kanthi tandha-tandha tartamtu miturut petungan Jawa. Supaya boten kasandhung malapetaka, anak kasebut dipuntindakaké ruwatan: upacara pangruwatan, nyuwun pangentas lan kaslametan, supaya gesangé mardika saking sengkolo. --- 🌌 Asal-Usul lan Filosofi Kapercayan ngenani anak sukerta asalipun saka serat Jawa kuna, salah satunggaling yaiku Serat Murwakala. Ing kono dipuncritakaké Batara Kala, putra Sang Hyang Guru sing lahir nalika guru lan Dewi Uma kagoda hawa nepsu nalika nunggang lembu Andini. Batara Kala lajeng dipunparingi "hak" mangan manungsa kang lair kanthi tandha sukerta. Maknané, Batara Kala dudu sekadar makhluk gaib, nanging pralambang saka kekuwatan nepsu, petaka, lan hukum karma kang ngancam saben manungsa sing ora waspada. Ruwatan mulané dudu mung upacara, nanging piwulang supaya manungsa tansah eling, waspada, lan tansah nyucèkaké jiwané. --- 🌟 Jenis-Jenis Anak Sukerta Ana pirang-pirang pratélan bab lair kang klebu anak sukerta, ing antarané: 1. Ontang-Anting → anak tunggal. 2. Ukel-Ukèlan → lair loro lan padha jender (lanang loro utawa wadon loro). 3. Kembang Sebar → ana anak telu, lanang loro, wadon siji. 4. Sendhang Kapit Pancuran → ana anak telu, wadon loro, lanang siji. 5. Pancuran Kapit Sendhang → ana anak lima, tengahé wadon, pinggire lanang. 6. Sendhang Mimban → anak pitu, sing ragil wadon. 7. Julung Kapujungan → lair pas surup. 8. Julung Wangi → lair pas ésuk jam 6. 9. Julung Sungsang → lair pas tengah wengi. 10. Julung Rembesing Mayit → lair pas ana wong mati dislametaké. 11. Julung Pati → lair pas wonten wong mati digawa metu saka omah. 12. Pandhawa Kapitu → anak pitu, kabeh lanang. 13. Srikandi Kapitu → anak pitu, kabeh wadon. 14. Wisnu Murti → lair nalika wengi Selasa Kliwon utawa Jum’at Kliwon. 15. Lain-lain miturut petungan adat lan paweling sesepuh. Saben jinis anak sukerta diyakini rawan kena bebendu Batara Kala, mula kudu diruwat. --- 🔥 Tata Cara Ruwatan Ruwatan lumrahipun dipunlaksanani kanthi piranti lan tatacara tartamtu: 1. Miwiti kanthi adus resik – anak kang arep diruwat adus nganggo banyu kembang telon minangka pralambang ngresiki badan lan rasa. 2. Upacara sesaji – nyawisake sajen kados bubur abang-putih, tumpeng robyong, ayam ingkung, jenang sengkolo, pisang raja, lan banyu bening. 3. Pagelaran wayang kulit – miturut tradisi lawas, anak sukerta diruwat nganggo wayang ruwatan lakon Murwakala. Dalang nglantaraké crita Batara Kala lan nyebut asma anak kang diruwat supaya ora dipangan déning Kala. 4. Tembang ruwatan – wonten tembang-tembang mantra kang dilantunaké, kados Durma lan Dhandhanggula, minangka panyuwunan pangayoman lan pangentas. 5. Tirakatan lan doa – sawisé upacara, tiyang sepuh utawi sesepuh ngaturaké doa kanthi pangestu, nyuwun supaya anak tansah pinaringan rahayu lan kaslametan. --- 🥗 Sajen Lumrah lan Maknané Tumpeng robyong → lambang gunung, nyawiji manungsa karo jagad lan Gusti, nyuwun urip munggah martabat. Bubur abang-putih → abang lambang getih lan semangat, putih lambang kesucian lan katentreman. Ingkung ayam → manungsa kudu manekung (pasrah lan tawakal). Pisang raja → panguripan kang linuwih lan migunani. Jenang sengkolo → ngusir bala lan sangsara, nyuwun kawelasan. Banyu bening → bening pangrasa, resik manah. Kembang telon → ngresiki lan ngundang kasucian. --- 🌞 Makna Spiritual Ruwatan sukerta nyawiji makna loro: 1. Makna lahir → upacara budaya kang njaga anak supaya ora kesandhung sengkolo. 2. Makna batin → pangeling-eling manungsa supaya tansah ngresiki jiwa, ngendhaleni nepsu (Batara Kala), lan tansah pasrah marang Gusti Kang Maha Kuwasa. Ruwatan sejatine dudu mung ngusir bebaya, nanging ngudhari ikatan nepsu lan sengkolo batin, supaya manungsa bisa urip rahayu, tentrem, lan mardika saka bebenduné dhiri pribadi. --- 🌺 Pungkasan Ruwatan Sukerta minangka wujud katresnan budaya Jawa kang ngugemi harmoni antarane jagad lahir lan batin. Saben manungsa sejatine kudu diruwat: ruwat saka tumindak ala, saka pamrih, saka hawa nepsu, lan saka sengkolo batin. Mula, ruwatan sejati yaiku ruwatan ati, yaiku ngresiki manah lan nyawiji kaliyan Gusti. ---

 Ruwatan Sukerta: Laku Pangruwatan Kangge Nyucèkaké Nasib



🌿 Pambuka


Ing budaya Jawa, gesang manungsa tansah kagandheng karo tatananing jagad: ana sangkan paran, ana pitungan, ana uga paugeran. Salah satunggaling paugeran lawas yaiku kapitadosan bilih wonten sawetawis lairé anak kang sinebat sukerta. Anak sukerta dipunanggep kagungan bebendu kosmis, awit lair kanthi tandha-tandha tartamtu miturut petungan Jawa. Supaya boten kasandhung malapetaka, anak kasebut dipuntindakaké ruwatan: upacara pangruwatan, nyuwun pangentas lan kaslametan, supaya gesangé mardika saking sengkolo.


---


🌌 Asal-Usul lan Filosofi


Kapercayan ngenani anak sukerta asalipun saka serat Jawa kuna, salah satunggaling yaiku Serat Murwakala. Ing kono dipuncritakaké Batara Kala, putra Sang Hyang Guru sing lahir nalika guru lan Dewi Uma kagoda hawa nepsu nalika nunggang lembu Andini. Batara Kala lajeng dipunparingi "hak" mangan manungsa kang lair kanthi tandha sukerta.


Maknané, Batara Kala dudu sekadar makhluk gaib, nanging pralambang saka kekuwatan nepsu, petaka, lan hukum karma kang ngancam saben manungsa sing ora waspada. Ruwatan mulané dudu mung upacara, nanging piwulang supaya manungsa tansah eling, waspada, lan tansah nyucèkaké jiwané.


---


🌟 Jenis-Jenis Anak Sukerta


Ana pirang-pirang pratélan bab lair kang klebu anak sukerta, ing antarané:


1. Ontang-Anting → anak tunggal.


2. Ukel-Ukèlan → lair loro lan padha jender (lanang loro utawa wadon loro).


3. Kembang Sebar → ana anak telu, lanang loro, wadon siji.


4. Sendhang Kapit Pancuran → ana anak telu, wadon loro, lanang siji.


5. Pancuran Kapit Sendhang → ana anak lima, tengahé wadon, pinggire lanang.


6. Sendhang Mimban → anak pitu, sing ragil wadon.


7. Julung Kapujungan → lair pas surup.


8. Julung Wangi → lair pas ésuk jam 6.


9. Julung Sungsang → lair pas tengah wengi.


10. Julung Rembesing Mayit → lair pas ana wong mati dislametaké.


11. Julung Pati → lair pas wonten wong mati digawa metu saka omah.


12. Pandhawa Kapitu → anak pitu, kabeh lanang.


13. Srikandi Kapitu → anak pitu, kabeh wadon.


14. Wisnu Murti → lair nalika wengi Selasa Kliwon utawa Jum’at Kliwon.


15. Lain-lain miturut petungan adat lan paweling sesepuh.


Saben jinis anak sukerta diyakini rawan kena bebendu Batara Kala, mula kudu diruwat.


---


🔥 Tata Cara Ruwatan


Ruwatan lumrahipun dipunlaksanani kanthi piranti lan tatacara tartamtu:


1. Miwiti kanthi adus resik – anak kang arep diruwat adus nganggo banyu kembang telon minangka pralambang ngresiki badan lan rasa.


2. Upacara sesaji – nyawisake sajen kados bubur abang-putih, tumpeng robyong, ayam ingkung, jenang sengkolo, pisang raja, lan banyu bening.


3. Pagelaran wayang kulit – miturut tradisi lawas, anak sukerta diruwat nganggo wayang ruwatan lakon Murwakala. Dalang nglantaraké crita Batara Kala lan nyebut asma anak kang diruwat supaya ora dipangan déning Kala.


4. Tembang ruwatan – wonten tembang-tembang mantra kang dilantunaké, kados Durma lan Dhandhanggula, minangka panyuwunan pangayoman lan pangentas.


5. Tirakatan lan doa – sawisé upacara, tiyang sepuh utawi sesepuh ngaturaké doa kanthi pangestu, nyuwun supaya anak tansah pinaringan rahayu lan kaslametan.


---


🥗 Sajen Lumrah lan Maknané


Tumpeng robyong → lambang gunung, nyawiji manungsa karo jagad lan Gusti, nyuwun urip munggah martabat.


Bubur abang-putih → abang lambang getih lan semangat, putih lambang kesucian lan katentreman.


Ingkung ayam → manungsa kudu manekung (pasrah lan tawakal).


Pisang raja → panguripan kang linuwih lan migunani.


Jenang sengkolo → ngusir bala lan sangsara, nyuwun kawelasan.


Banyu bening → bening pangrasa, resik manah.


Kembang telon → ngresiki lan ngundang kasucian.


---


🌞 Makna Spiritual


Ruwatan sukerta nyawiji makna loro:


1. Makna lahir → upacara budaya kang njaga anak supaya ora kesandhung sengkolo.


2. Makna batin → pangeling-eling manungsa supaya tansah ngresiki jiwa, ngendhaleni nepsu (Batara Kala), lan tansah pasrah marang Gusti Kang Maha Kuwasa.


Ruwatan sejatine dudu mung ngusir bebaya, nanging ngudhari ikatan nepsu lan sengkolo batin, supaya manungsa bisa urip rahayu, tentrem, lan mardika saka bebenduné dhiri pribadi.


---


🌺 Pungkasan


Ruwatan Sukerta minangka wujud katresnan budaya Jawa kang ngugemi harmoni antarane jagad lahir lan batin. Saben manungsa sejatine kudu diruwat: ruwat saka tumindak ala, saka pamrih, saka hawa nepsu, lan saka sengkolo batin. Mula, ruwatan sejati yaiku ruwatan ati, yaiku ngresiki manah lan nyawiji kaliyan Gusti.


---

Ning Bulang Sang Pencetus Perang Amuk Hantarukung, beliau adalah tokoh masyarakat pada zamannya, beliau memiliki nama asli H. Abdurrahman. Menurut cerita, beliau dianggap oleh Belanda sebagai penentang dan penghambat roda pemerintahannya. Oleh karena itulah setiap gerak-gerik beliau selalu diawasi. Beliau sempat belajar dengan anak cucu Syekh Muhammad Arsyad Albanjari dan beliau ulama di kampung hantarukung kerna beliau tak mau belanda semana mana dengan masyarakat dan selalu menindas masyarakat kampung maka itu beliau mengajak masyarakat untuk melawan penjajahan belanda. Dan di anggap belanda ning bulang adalah pemberontak pagi meraka. Sekitar tahun 1859 M, saat panas-panasnya Perang Banjar, Ning Bulang ditangkap di kediamannya di Kampung Hantarukung. Kepalanya kemudian dipotong dan dikirim ke Negeri Belanda. Peristiwa penangkapan ini dipimpin oleh Mayor Verspec yang kejam dan pasukannya dikenal sebagai Serdadu Berbaju Rantai yang khusus ditugaskan untuk menumpas kaum penentang di daerah Hulu Sungai. Empat puluh tahun kemudian tepatnya pada tahun 1899 M, terjadi peristiwa Amuk Hantarukung yang dipelopori oleh Bukhari, seorang yang secara resmi diperintahkan oleh Sultan Muhammad Seman. Latar belakang peristiwa Amuk Hantarukung disebabkan dendam terhadap Belanda sudah mengendap sejak lama, terutama sejak terbunuhnya Ning Bulang. #ningbulang #perangbanjar #amukhantarukung #jangkauanluasfbpro #viral #fyp

 Ning Bulang Sang Pencetus Perang Amuk Hantarukung, beliau adalah tokoh masyarakat pada zamannya, beliau memiliki nama asli H. Abdurrahman. Menurut cerita, beliau dianggap oleh Belanda sebagai penentang dan penghambat roda pemerintahannya. Oleh karena itulah setiap gerak-gerik beliau selalu diawasi. Beliau sempat belajar dengan anak cucu Syekh Muhammad Arsyad Albanjari dan beliau ulama di kampung hantarukung kerna beliau tak mau belanda semana mana dengan masyarakat dan selalu menindas masyarakat kampung maka itu beliau mengajak masyarakat untuk melawan penjajahan belanda. Dan di anggap belanda ning bulang adalah pemberontak pagi meraka. 



Sekitar tahun 1859 M, saat panas-panasnya Perang Banjar, Ning Bulang ditangkap di kediamannya di Kampung Hantarukung. Kepalanya kemudian dipotong dan dikirim ke Negeri Belanda. Peristiwa penangkapan ini dipimpin oleh Mayor Verspec yang kejam dan pasukannya dikenal sebagai Serdadu Berbaju Rantai yang khusus ditugaskan untuk menumpas kaum penentang di daerah Hulu Sungai.


Empat puluh tahun kemudian tepatnya pada tahun 1899 M, terjadi peristiwa Amuk Hantarukung yang dipelopori oleh Bukhari, seorang yang secara resmi diperintahkan oleh Sultan Muhammad Seman. Latar belakang peristiwa Amuk Hantarukung disebabkan dendam terhadap Belanda sudah mengendap sejak lama, terutama sejak terbunuhnya Ning Bulang.


#ningbulang #perangbanjar #amukhantarukung #jangkauanluasfbpro #viral #fyp

Di sudut pegunungan Kaukasus, berdirilah sebuah negeri kecil bernama Dagestan, tanah yang keras namun penuh martabat. Wilayah ini dihuni oleh berbagai suku pegunungan yang hidup sederhana, namun mereka memiliki satu kesamaan: tekad untuk mempertahankan kebebasan. Ketika kekuatan besar seperti Kekaisaran Rusia mencoba menaklukkan wilayah itu pada abad ke-19, rakyat Dagestan memilih melawan. Di bawah pimpinan tokoh-tokoh karismatik seperti Imam Shamil, mereka mengubah gunung-gunung menjadi benteng alami, menggunakan taktik gerilya untuk menghadapi pasukan yang jauh lebih besar dan modern. Meski pada akhirnya harus tunduk pada tekanan kekaisaran, perlawanan panjang Dagestan dikenang sebagai simbol keberanian negeri kecil yang menolak dijajah. Semangat itu menjadikan mereka bagian penting dari sejarah perlawanan di Kaukasus—kisah bahwa kehormatan dan kebebasan bisa lebih berharga daripada sekadar kemenangan militer. #fakta #sejarah

 Di sudut pegunungan Kaukasus, berdirilah sebuah negeri kecil bernama Dagestan, tanah yang keras namun penuh martabat. Wilayah ini dihuni oleh berbagai suku pegunungan yang hidup sederhana, namun mereka memiliki satu kesamaan: tekad untuk mempertahankan kebebasan.



Ketika kekuatan besar seperti Kekaisaran Rusia mencoba menaklukkan wilayah itu pada abad ke-19, rakyat Dagestan memilih melawan. Di bawah pimpinan tokoh-tokoh karismatik seperti Imam Shamil, mereka mengubah gunung-gunung menjadi benteng alami, menggunakan taktik gerilya untuk menghadapi pasukan yang jauh lebih besar dan modern.


Meski pada akhirnya harus tunduk pada tekanan kekaisaran, perlawanan panjang Dagestan dikenang sebagai simbol keberanian negeri kecil yang menolak dijajah. Semangat itu menjadikan mereka bagian penting dari sejarah perlawanan di Kaukasus—kisah bahwa kehormatan dan kebebasan bisa lebih berharga daripada sekadar kemenangan militer.


#fakta #sejarah

Pada tahun 1513, seorang laksamana Ottoman bernama Piri Reis membuat sebuah peta dunia yang hingga kini masih menyisakan misteri besar. Peta ini ditemukan kembali di Istana Topkapi, Istanbul, pada abad ke-20, dan langsung mengejutkan para sejarawan. Mengapa? Karena peta tersebut menggambarkan bagian dunia yang seharusnya belum dikenal pada masa itu. Yang paling mengejutkan adalah detail akurat dari pantai Amerika Selatan, bahkan sebagian Antarktika tanpa es, padahal benua itu baru ditemukan ratusan tahun kemudian, dan lapisan esnya belum pernah dipetakan dengan teknologi modern. Bagaimana mungkin seorang pelaut abad ke-16 memiliki pengetahuan semacam itu? Piri Reis sendiri menulis bahwa ia menyusun peta ini berdasarkan catatan kuno, termasuk dari pelaut Portugis, Arab, hingga mungkin peta yang jauh lebih tua peninggalan peradaban hilang. Hal ini memicu teori bahwa ada peradaban maju sebelum kita yang meninggalkan warisan pengetahuan luar biasa. Apakah Peta Piri Reis hanyalah kebetulan luar biasa, atau bukti nyata bahwa sejarah peradaban manusia lebih kompleks daripada yang kita bayangkan? Hingga kini, misteri ini masih memicu perdebatan di kalangan ilmuwan dan penggemar sejarah.

 Pada tahun 1513, seorang laksamana Ottoman bernama Piri Reis membuat sebuah peta dunia yang hingga kini masih menyisakan misteri besar. Peta ini ditemukan kembali di Istana Topkapi, Istanbul, pada abad ke-20, dan langsung mengejutkan para sejarawan. Mengapa? Karena peta tersebut menggambarkan bagian dunia yang seharusnya belum dikenal pada masa itu.



Yang paling mengejutkan adalah detail akurat dari pantai Amerika Selatan, bahkan sebagian Antarktika tanpa es, padahal benua itu baru ditemukan ratusan tahun kemudian, dan lapisan esnya belum pernah dipetakan dengan teknologi modern. Bagaimana mungkin seorang pelaut abad ke-16 memiliki pengetahuan semacam itu?


Piri Reis sendiri menulis bahwa ia menyusun peta ini berdasarkan catatan kuno, termasuk dari pelaut Portugis, Arab, hingga mungkin peta yang jauh lebih tua peninggalan peradaban hilang. Hal ini memicu teori bahwa ada peradaban maju sebelum kita yang meninggalkan warisan pengetahuan luar biasa.


Apakah Peta Piri Reis hanyalah kebetulan luar biasa, atau bukti nyata bahwa sejarah peradaban manusia lebih kompleks daripada yang kita bayangkan? Hingga kini, misteri ini masih memicu perdebatan di kalangan ilmuwan dan penggemar sejarah.

Empat pria Jawa, dua diantaranya berpose dengan seruling dan rebab, sekitar tahun 1870-1880. ©Indies Gallery

 Empat pria Jawa, dua diantaranya berpose dengan seruling dan rebab, sekitar tahun 1870-1880.



©Indies Gallery

Komandan kapal perang Amerika Serikat USS Renville, Kapten David Merrill Tyree menyempatkan diri mengunjungi presiden Soekarno di Yogyakarta setelah perundingan Renville selesai dilaksanakan. Pada awal bulan Desember tahun 1947, USS Renville diperintahkan berangkat menuju perairan Jakarta, Indonesia guna bertugas sebagai tempat perundingan antara Republik Indonesia dengan Belanda, yang kala itu masih dalam konflik bersenjata. Hadirnya USS Renville APA-227 di perairan Teluk Jakarta merupakan suatu usulan dari David Dean Rusk, seorang asisten menteri Luar Negeri Amerika Serikat (dikemudian hari beliau kemudian menjabat sebagai menteri Luar Negeri Amerika Serikat di era presiden John F. Kennedy). Keputusan mengirimkan Renville sebagai lokasi perundingan RI-Belanda diambil setelah diskusi yang panjang dan alot antara perwakilan Republik Indonesia, Belanda, dan Komisi Tiga Negara atau KTN. Pada saat itu, kapal perang milik Amerika Serikat tersebut dikomandani oleh Kapten David Merrill Tyree. Sumber foto : nationaalarchief.nl

 Komandan kapal perang Amerika Serikat USS Renville, Kapten David Merrill Tyree menyempatkan diri mengunjungi presiden Soekarno di Yogyakarta setelah perundingan Renville selesai dilaksanakan.



Pada awal bulan Desember tahun 1947, USS Renville diperintahkan berangkat menuju perairan Jakarta, Indonesia guna bertugas sebagai tempat perundingan antara Republik Indonesia dengan Belanda, yang kala itu masih dalam konflik bersenjata. 


Hadirnya USS Renville APA-227 di perairan Teluk Jakarta merupakan suatu usulan dari David Dean Rusk, seorang asisten menteri Luar Negeri Amerika Serikat (dikemudian hari beliau kemudian menjabat sebagai menteri Luar Negeri Amerika Serikat di era presiden John F. Kennedy). 


Keputusan mengirimkan Renville sebagai lokasi perundingan RI-Belanda diambil setelah diskusi yang panjang dan alot antara perwakilan Republik Indonesia, Belanda, dan Komisi Tiga Negara atau KTN. 

Pada saat itu, kapal perang milik Amerika Serikat tersebut dikomandani oleh Kapten David Merrill Tyree.


Sumber foto : nationaalarchief.nl

Kisah Roland Ward, seorang veteran Perang Saudara Amerika, menunjukkan betapa kuatnya manusia dalam menghadapi cobaan medis yang ber4t. Ia mengalami luka par4h di wajah dan harus menjalani oper4si bedah rekonstruksi yang rumit tanpa 4nestesi modern. Bayangkan bagaimana s4kitnya itu! Pada masa itu, obat bius seperti eter dan kloroform sudah ada, tapi belum banyak digunakan. Jadi, Ward harus menjalani oper4si dengan sadar sepenuhnya. Ini tentu sangat menyakitkan dan berisiko tinggi. Tapi Ward tidak menyerah. Ia menunjukkan ketahanan fisik dan mental yang luar biasa. Pengalamannya menjadi inspirasi bagi para tentara dan tenaga medis lainnya. Kisah Ward juga menandai awal dari perkembangan bedah rekonstruksi wajah. Luka yang ia derit4 menjadi pelajaran bagi para dokter dan membuka jalan bagi kemajuan medis yang bermanfaat bagi banyak orang. Warisn Ward bukan hanya luka yang ia tanggung, tapi juga pengorbanan yang ia lakukan untuk kemajuan medis. Ia menjadi contoh bagi kita semua tentang betapa kuatnya manusia dalam menghadapi tantangan. Sumber WordPress #DPU_FYI

 Kisah Roland Ward, seorang veteran Perang Saudara Amerika, menunjukkan betapa kuatnya manusia dalam menghadapi cobaan medis yang ber4t. Ia mengalami luka par4h di wajah dan harus menjalani oper4si bedah rekonstruksi yang rumit tanpa 4nestesi modern. Bayangkan bagaimana s4kitnya itu!



Pada masa itu, obat bius seperti eter dan kloroform sudah ada, tapi belum banyak digunakan. Jadi, Ward harus menjalani oper4si dengan sadar sepenuhnya. Ini tentu sangat menyakitkan dan berisiko tinggi.


Tapi Ward tidak menyerah. Ia menunjukkan ketahanan fisik dan mental yang luar biasa. Pengalamannya menjadi inspirasi bagi para tentara dan tenaga medis lainnya.


Kisah Ward juga menandai awal dari perkembangan bedah rekonstruksi wajah. Luka yang ia derit4 menjadi pelajaran bagi para dokter dan membuka jalan bagi kemajuan medis yang bermanfaat bagi banyak orang.


Warisn Ward bukan hanya luka yang ia tanggung, tapi juga pengorbanan yang ia lakukan untuk kemajuan medis. Ia menjadi contoh bagi kita semua tentang betapa kuatnya manusia dalam menghadapi tantangan.


Sumber WordPress


#DPU_FYI