11 May 2024

Prabu Siliwangi dan Kerajaan Pajajaran Prabu Siliwangi atau Raja Siliwangi adalah tokoh semi-legendaris yang digambarkan sebagai Raja Kerajaan Pajajaran tahun 1482 M - 1521 M ,yang bercorak Hindu sebelum berkembangnya Islam di Tatar Sunda. Sebuah teori kebahasaan menyebutkan bahwa nama Siliwangi berasal dari istilah dalam bahasa Sunda Silih Wangi, yang berarti pengganti atau penerus Raja Wangi. Raja Wangi sendiri berarti seorang raja yang memiliki nama yang harum (wangi). Menurut Kidung Sunda dan Carita Parahyangan, Raja Wangi diidentifikasi sebagai Maharaja Linggabuana, seorang raja Sunda yang gugur di Majapahit pada 1357 dalam peristiwa Perang Bubat. Dikisahkan Raja Hayam Wuruk, raja Majapahit, berniat mempersunting Dyah Pitaloka Citraresmi, putri raja Sunda. Keluarga kerajaan Sunda datang ke Majapahit untuk menikahkan putrinya dengan Hayam Wuruk. Akan tetapi, Gajah Mada, mahapatih Majapahit, melihat peristiwa ini sebagai kesempatan untuk menuntut takluknya kerajaan Sunda di bawah Majapahit. Dia menuntut bahwa sang putri tidak akan dijadikan sebagai permaisuri Majapahit, melainkan hanya akan diperlakukan sebagai selir, sebagai tanda persembahan taklukknya kerajaan Sunda sebagai kerajaan bawahan dari Majapahit. Murka akibat penghinaan Gajah Mada ini, keluarga kerajaan Sunda berjuang belapati melawan balatentara Majapahit sampai mati demi membela kehormatan mereka. Setelah kematiannya, Raja Lingga Buana diberikan gelar Wangi (raja yang harum namanya) karena aksi keberanian dan kepahlawanannya dalam mempertahankan kehormatan kerajaan. Keturunannya yang memiliki keagungan yang setara disebut dengan gelar Silihwangi (penerus Raja Wangi). Setelah mangkatnya Raja Wangi (Prebu Maharaja), terdapat tujuh raja penerusnya, yang secara teknis semuanya dianggap pewaris Raja Wangi (Silihwangi). Sementara sejarahwan lain berpendapat bahwa nama Siliwangi berasal dari istilah Sunda Asilih Wewangi, yang berarti berganti gelar.

 Prabu Siliwangi dan Kerajaan Pajajaran


Prabu Siliwangi atau Raja Siliwangi adalah tokoh semi-legendaris yang digambarkan sebagai Raja Kerajaan Pajajaran tahun 1482 M - 1521 M ,yang bercorak Hindu sebelum berkembangnya Islam di Tatar Sunda.



Sebuah teori kebahasaan menyebutkan bahwa nama Siliwangi berasal dari istilah dalam bahasa Sunda Silih Wangi, yang berarti pengganti atau penerus Raja Wangi. Raja Wangi sendiri berarti seorang raja yang memiliki nama yang harum (wangi).


Menurut Kidung Sunda dan Carita Parahyangan, Raja Wangi diidentifikasi sebagai Maharaja Linggabuana, seorang raja Sunda yang gugur di Majapahit pada 1357 dalam peristiwa Perang Bubat. Dikisahkan Raja Hayam Wuruk, raja Majapahit, berniat mempersunting Dyah Pitaloka Citraresmi, putri raja Sunda. Keluarga kerajaan Sunda datang ke Majapahit untuk menikahkan putrinya dengan Hayam Wuruk. Akan tetapi, Gajah Mada, mahapatih Majapahit, melihat peristiwa ini sebagai kesempatan untuk menuntut takluknya kerajaan Sunda di bawah Majapahit. Dia menuntut bahwa sang putri tidak akan dijadikan sebagai permaisuri Majapahit, melainkan hanya akan diperlakukan sebagai selir, sebagai tanda persembahan taklukknya kerajaan Sunda sebagai kerajaan bawahan dari Majapahit.


Murka akibat penghinaan Gajah Mada ini, keluarga kerajaan Sunda berjuang belapati melawan balatentara Majapahit sampai mati demi membela kehormatan mereka. Setelah kematiannya, Raja Lingga Buana diberikan gelar Wangi (raja yang harum namanya) karena aksi keberanian dan kepahlawanannya dalam mempertahankan kehormatan kerajaan.


Keturunannya yang memiliki keagungan yang setara disebut dengan gelar Silihwangi (penerus Raja Wangi). Setelah mangkatnya Raja Wangi (Prebu Maharaja), terdapat tujuh raja penerusnya, yang secara teknis semuanya dianggap pewaris Raja Wangi (Silihwangi).


Sementara sejarahwan lain berpendapat bahwa nama Siliwangi berasal dari istilah Sunda Asilih Wewangi, yang berarti berganti gelar.

No comments:

Post a Comment