30 May 2024

JAN PIETERSZOON COEN PENDIRI KOTA BATAVIA DAN ASAL MULA MUNCULNYA ISTILAH JANGKUNG (TINGGI) KELAHIRAN DAN AWAL KARIR Jan Pieterszoon Coen adalah Gubernur Jenderal Hindia Timur Vereenigde Oostindische Compagnie (VOC atau Kompeni) yang keempat 1619 – 1623 dan keenam 1627 – 1629. J. P. Coen lahir di Hoorn, Noord Holland, kemungkinan pada penghujung tahun 1586. Pada usia 13 tahun, ia magang di Roma di kantor seorang pedagang bernama Joost de Visscher (Justus Pescatore dalam bahasa Italia). Di Roma, Coen memperoleh pendidikan dalam perdagangan, pembukuan, serta beberapa bahasa-bahasa Eropa. Di tahun 1607, ia kembali ke Hoorn dan mendaftar untuk bekerja di VOC. Ia langsung berangkat ke Hindia Timur di bawah armada Pieter Willemszoon Verhoeff. Pada tahun 1609, Verhoeff dibunuh di Banda setelah terlibat perselisihan dengan penguasa lokal. Coen yang bekerja sebagai juru tulis berhasil menyelamatkan diri ke Batavia. MASA JABATAN YANG KE I DAN MENDIRIKAN KOTA BATAVIA Pada 18 April 1618, JP Coen diangkat menjadi Gubernur Jenderal VOC, meskipun pengangkatan tersebut baru disahkan di tahun 1619. Pada tanggal 30 Mei 1619 Coen berhasil merebut Jayakarta dari Kesultanan Banten. Kota Jayakarta diratakan dengan tanah, kemudian Coen mendirikan kota baru dan mengubah namanya menjadi Batavia (Batavieren). Awalnya, ia mau mengubah nama kota ini menjadi Nieuw Hoorn seperti kota kelahirannya, tetapi usul itu ditolak pimpinan VOC di Belanda. Nama Batavia diberikan untuk menghormati Suku Batav yang dianggap sebagai leluhur bangsa Belanda. Penduduk Batavia memberi julukan Mur Jangkung , mungkin pelafalan dari lidah orang lokal Jan Coen menjadi Jangkung, merujuk tinggi badannya yang kurus dan tinggi diatas rata-rata, kata Jangkung ini akhirnya dipakai di Indonesia untuk menjelaskan orang yang berbadan tinggi dan kurus (butuh rujukan lebih lanjut). JP Coen menghadapi banyak persoalan diantaranya yaitu protes keras Maluku terhadap monopoli VOC, naiknya harga lada di Banten akibat ulah para pedagang Inggris dan Cina, peperangan menghadapi Mataram Islam, dan konflik dengan Kesultanan Banten di Jayakarta yang melibatkan Inggris. PEMBANTAIAN PENDUDUK PULAU BANDA Pengalaman Coen bersama Pieter Willemszoon Verhoeff yang berujung pada pembantaian puluhan orang Belanda oleh warga Banda membuat JP Coen bertekad untuk membalas dendam. Pada tahun 1621, Coen memimpin langsung 13 kapal angkut armadanya yang membawa sedikitnya 1.600 tentara, 300 narapidana dari Jawa, beserta 100 orang ronin (samurai tak bertuan dari Jepang), 285 budak belian dan 40 awak kapal. Pasukan Coen menghabisi hampir semua penduduk di Kepulauan Banda yang pada saat itu berjumlah sekitar 15 ribu penduduk. Diperkirakan kurang dari 1.000 penduduk saja yang selamat dari pembantaian tersebut. KEMATIAN DI MASA JABATAN YANG KE II Di tahun 1623, ia menyerahkan kekuasaan kepada Pieter de Carpentier dan pulang ke Belanda. Oleh pimpinan Kompeni (VOC) ia disuruh kembali ke Hindia Belanda dan menjadi gubernur jenderal kembali. Maka ia pun tiba di Batavia di tahun 1627. Pada masa jabatannya yang kedua ia terutama berperang melawan Kesultanan Banten dan Mataram. Mataram di bawah pimpinan Sultan Agung menyerang Batavia sebanyak dua kali, yaitu pada tahun 1628 dan 1629. Kedua serangan tersebut gagal merebut Batavia, tetapi dalam serangan tersebut Coen tewas secara mendadak di tanggal 21 September 1629, empat hari setelah istrinya, Eva Ment, melahirkan seorang putri yang juga meninggal. Jan Pieterszoon Coen meninggal di Batavia pada tanggal 21 September 1629. Terdapat dua versi yang berbeda mengenai penyebab kematiannya. Menurut versi Belanda, Coen meninggal dengan muntah darah karena terjangkit wabah kolera yang sengaja disebarkan oleh pasukan Mataram di Sungai Ciliwung, sedangkan versi lainnya meyakini bahwa kematian Coen akibat diracun Nyimas Utari seorang Agen Intelijen Mataram, kemudian Kepalanya dipenggal dan lantas dikirim ke Mataram. Kepala itu dikubur di bawah salah satu kaki tangga di kompleks Makam Imogiri. Begitulah sekilas cerita sejarah J.P Coen salah satu Gubernur VOC yang juga pendiri Kota Batavia. Semoga bermanfaat. Sumber : detik.com, wikipedia dan berbagai sumber lainnya

 JAN PIETERSZOON COEN

PENDIRI KOTA BATAVIA

DAN ASAL MULA MUNCULNYA ISTILAH JANGKUNG (TINGGI)



KELAHIRAN DAN AWAL KARIR

Jan Pieterszoon Coen adalah Gubernur Jenderal Hindia Timur Vereenigde Oostindische Compagnie (VOC atau Kompeni) yang keempat 1619 – 1623 dan keenam 1627 – 1629. 


J. P. Coen lahir di Hoorn, Noord Holland, kemungkinan pada penghujung tahun 1586. Pada usia 13 tahun, ia magang di Roma di kantor seorang pedagang bernama Joost de Visscher (Justus Pescatore dalam bahasa Italia). Di Roma, Coen memperoleh pendidikan dalam perdagangan, pembukuan, serta beberapa bahasa-bahasa Eropa.


Di tahun 1607, ia kembali ke Hoorn dan mendaftar untuk bekerja di VOC. Ia langsung berangkat ke Hindia Timur di bawah armada Pieter Willemszoon Verhoeff. Pada tahun 1609, Verhoeff dibunuh di Banda setelah terlibat perselisihan dengan penguasa lokal. Coen yang bekerja sebagai juru tulis berhasil menyelamatkan diri ke Batavia. 


MASA JABATAN YANG KE I DAN MENDIRIKAN KOTA BATAVIA

Pada 18 April 1618, JP Coen diangkat menjadi Gubernur Jenderal VOC, meskipun pengangkatan tersebut baru disahkan di tahun 1619. Pada tanggal 30 Mei 1619 Coen berhasil merebut Jayakarta dari Kesultanan Banten. Kota Jayakarta diratakan dengan tanah, kemudian Coen mendirikan kota baru dan mengubah namanya menjadi Batavia (Batavieren). Awalnya, ia mau mengubah nama kota ini menjadi Nieuw Hoorn seperti kota kelahirannya, tetapi usul itu ditolak pimpinan VOC di Belanda. Nama Batavia diberikan untuk menghormati Suku Batav yang dianggap sebagai leluhur bangsa Belanda. 


Penduduk Batavia memberi julukan Mur Jangkung , mungkin pelafalan dari lidah orang lokal Jan Coen menjadi Jangkung, merujuk tinggi badannya yang kurus dan tinggi diatas rata-rata, kata Jangkung ini akhirnya dipakai di Indonesia untuk menjelaskan orang yang berbadan tinggi dan kurus (butuh rujukan lebih lanjut). 


JP Coen menghadapi banyak persoalan diantaranya yaitu protes keras Maluku terhadap monopoli VOC, naiknya harga lada di Banten akibat ulah para pedagang Inggris dan Cina, peperangan menghadapi Mataram Islam, dan konflik dengan Kesultanan Banten di Jayakarta yang melibatkan Inggris. 


PEMBANTAIAN PENDUDUK PULAU BANDA

Pengalaman Coen bersama Pieter Willemszoon Verhoeff yang berujung pada pembantaian puluhan orang Belanda oleh warga Banda membuat JP Coen bertekad untuk membalas dendam. Pada tahun 1621, Coen memimpin langsung 13 kapal angkut armadanya yang membawa sedikitnya 1.600 tentara, 300 narapidana dari Jawa, beserta 100 orang ronin (samurai tak bertuan dari Jepang), 285 budak belian dan 40 awak kapal. Pasukan Coen menghabisi hampir semua penduduk di Kepulauan Banda yang pada saat itu berjumlah sekitar 15 ribu penduduk. Diperkirakan kurang dari 1.000 penduduk saja yang selamat dari pembantaian tersebut.


KEMATIAN DI MASA JABATAN YANG KE II

Di tahun 1623, ia menyerahkan kekuasaan kepada Pieter de Carpentier dan pulang ke Belanda. Oleh pimpinan Kompeni (VOC) ia disuruh kembali ke Hindia Belanda dan menjadi gubernur jenderal kembali. Maka ia pun tiba di Batavia di tahun 1627. Pada masa jabatannya yang kedua ia terutama berperang melawan Kesultanan Banten dan Mataram. Mataram di bawah pimpinan Sultan Agung menyerang Batavia sebanyak dua kali, yaitu pada tahun 1628 dan 1629. Kedua serangan tersebut gagal merebut Batavia, tetapi dalam serangan tersebut Coen tewas secara mendadak di tanggal 21 September 1629, empat hari setelah istrinya, Eva Ment, melahirkan seorang putri yang juga meninggal.

Jan Pieterszoon Coen meninggal di Batavia pada tanggal 21 September 1629. Terdapat dua versi yang berbeda mengenai penyebab kematiannya. Menurut versi Belanda, Coen meninggal dengan muntah darah karena terjangkit wabah kolera yang sengaja disebarkan oleh pasukan Mataram di Sungai Ciliwung, sedangkan versi lainnya meyakini bahwa kematian Coen akibat diracun Nyimas Utari seorang Agen Intelijen Mataram, kemudian Kepalanya dipenggal dan lantas dikirim ke Mataram. Kepala itu dikubur di bawah salah satu kaki tangga di kompleks Makam Imogiri.

Begitulah sekilas cerita sejarah J.P Coen salah satu Gubernur VOC yang juga pendiri Kota Batavia. Semoga bermanfaat.


Sumber : detik.com, wikipedia dan berbagai sumber lainnya

No comments:

Post a Comment