MAKANAN KERAJAAN – KERAJAAN DI INDONESIA
KERATON YOGYAKARTA
Sego blawong merupakan makanan khas Keraton Yogyakarta. Kuliner ini dianggap cukup sakral karena dulunya hanya disajikan ketika acara peringatan Tingalan Dalem atau ulang tahun Sultan Hamengkubuwono. Sego blawong terdiri dari nasi yang dimasak dengan beragam rempah. Kemudian, disajikan dengan beragam lauk, seperti bacem ayam, telur pindang, dan daging lombok kethok.
KERATON SURAKARTA
Keraton Surakarta mempuyai Nasi Jemblung sebagai kuliner khas kerajaan. Konon dulunya kuliner ini hanya bisa disantap kalangan raja dan bangsawan. Bahan utamanya adalah lidah sapi yang dimasak semur. Penyajiaannya dengan beralaskan daun pisang, nasi dibentuk menyerupai cincin, lidah sapi kemudian diletakan di tengah cincin tersebut. Nasi juga dihiasi sambal terasi,irisan mentimun dan kerupuk kulit.
KERAJAAN MEDANG
Dendeng adalah daging yang dipotong tipis-tipis berupa lembaran, lalu diberi bumbu. Ternyata daging dendeng ini sudah ada sejak tahun 901 Masehi. Hal itu ditunjukkan oleh Prasasti Taji dari Kerajaan Medang.
KERAJAAN MAJAPAHIT
Wajik adalah camilan mewah pada zaman Kerajaan Majapahit. Hal ini tertulis dalam kitab Nawa Ruci. Wajik sendiri merupakan jajanan tradisional yang terbuat dari ketan, kemudian dimasak dengan gula merah hingga mengental berwarna kecokelatan.
KERAJAAN GOWA
Coto Makassar mulai dikenal sejak tahun 1500-an, dulunya hanya bisa dinikmati oleh raja, bangsawan, dan tamu Kerajaan Gowa di Sulawesi Selatan. Coto Makassar, dan kuliner ini dibuat dari sekitar 40 jenis rempah-rempah sekaligus.
KERAJAAN KEDIRI
Dalam kitab Bomakawya dari Kerajaan Kediri disebutkan hidangan berupa kuah hitam dengan isian taoge dan daging sapi, salah satu bumbu dasarnya adalah biji kluwak. Ternyata Rawon sudah populer sejak dulu.
KERAJAAN KUTAI
Makanan khas kerajaan Kutai ini mirip nasi liwet, tapi tidak pakai santan. Namanya nasi bekepor yang diambil dari proses pembuatannya. Dalam bahasa lokal, 'bekepor' artinya diputar-putar. Ini merujuk pada cara membuat nasi bekepor dimana kuali (kenceng dalam bahasa lokal), diputar-putar saat dimasak di atas api kayu bakar. Tujuannya agar nasi beserta komponennya matang merata.
KERAJAAN MATARAM KUNO
Rumbah Hadangan Prana atau glinding daging kerbau. Pada masa Kerajaan Mataram Kuno, kerbau menjadi salah satu sumber protein. Sebab, pada masa itu, sapi merupakan hewan yang disakralkan sehingga tidak diolah menjadi makanan.
Rumbah Hadangan Prana disebut dalam sejumlah prasasti, yakni Prasasti Panggumulan, Prasasti Rukam, dan Prasasti Mantyasih. Sesuai namanya, hidangan tersebut terbuat dari daging kerbau yang dicacah, lalu dibentuk menjadi bulatan-bulatan berukuran sedang. Bola-bola daging kerbau itu lantas dimasak dengan aneka jenis bumbu, seperti bawang merah, ketumbar, jinten, kencur, santan kelapa, daun salam, sereh, garam, dan belimbing sayur.
Perhatian : Cerita ini diposting pada tanggal 13 Mei 2024 jam 13:52 WIB. Ini adalah postingan FP Seputar Cerita Sejarah Indonesia dan Dunia dengan alamat di https://web.facebook.com/Harryarcheologist/?locale=id_ID, silahkan berbagi gratis atau menggunakan link share berbagi facebook, jangan sekedar copy paste postingan FP ini tanpa menyebut sumber asli postingan.
Sumber : https://www.idntimes.com/food, surakarta.go.id, dan berbagai sumber lain
Keterangan gambar paling atas kiri ke kanan
Nasi Jemblung, Sego Blawong, Dendeng, Wajik,
Coto Makassar, Rawon, Nasi Bekepor, Rumbah Hadangan Prana
#sejarahnusantara #sejarahdunia #sejarahdunia #sejarah #sejarahindonesia
No comments:
Post a Comment