09 May 2024

PANGLIMA POLEM Panglima Polem merupakan pejuang asal Aceh. Ia berjuang melawan penjajahan Belanda di Aceh bersama dengan Teuku Umar. Untuk mengenang perjuangannya, namanya diabadikan menjadi beberapa nama jalan di Indonesia. Panglima Polem memiliki nama lengkap Teuku Panglima Polem Sri Muda Perkasa Muhammad Daud. Hingga saat ini belum ditemukan keterangan yang menjelaskan kapan Panglima Polem dilahirkan. Namun yang jelas, Panglima Polem merupakan keturunan bangsawan Aceh. Ayahnya adalah Panglima Polem VIII Raja Kuala yang merupakan anak Teuku Panglima Polem Sri Imam Muda Mahmud Arifin atau Cut Banta (Panglima Polem VII (1845-1879). Mahmud Arifin, kakek Panglima Polem merupakan Panglima Sagoe XXII Mukim Aceh Besar. Pada Januari tahun 1891, Panglima Polem diangkat menjadi Panglima Polem IX setelah ia menikah dengan putri dari Tuanku Hasyim Banta Muda. Ia diangkat menjadi Panglima Polem IX menggantikan ayahnya yang meninggal dunia. Setelah ia diangkat, Panglima Polem mewarisi gelar Teuku Panglima Polem Sri Muda Perkasa Wazirul Azmi. Pada saat itu, Belanda yang menjajah Indonesia sedang berusaha untuk menaklukkan Aceh. Melawan Belanda Pada tahun 1893, Panglima Polem bergabung dengan Teuku Umar untuk melawan penjajahan Belanda. Perlu diketahui sebelumnya, Teuku Umar pura-pura menyerah lalu menyerang kembali Belanda bersama dengan Panglima Polem. Pada tahun 1897, Panglima Polem bersama pasukannya terlibat pertempuran dengan Belanda di wilayah Seulimeum. Dalam pertempuran tersebut, Belanda berhasil menguasai tiga benteng pertahanan yang sebelumnya dibangun oleh Panglima Polem bersama pasukannya. Setelah kekalahannya pada pertempuran di wilayah Seulimeum, Panglima Polem kemudian bertemu dengan Sultan Aceh yang bernama Muhammad Daud Syah. Pada tahun 1898, Panglima Polem bersama Teuku Umar bersumpah setia terhadap Sultan Aceh untuk bersama-sama melawan Belanda. Lalu pada tahun 1901, Panglima Polem bersama Teuku Umar dan Sultan Daud Syah menyingkir ke pedalaman Gayo. Gayo dijadikan sebagai pusat pertahanan dan tempat menyusun strategi melawan Belanda. BERDAMAI DENGAN BELANDA Pertahanan yang dibuat di wilayah Gayo berhasil membuat Belanda frustasi karena selalu gagal menguasainya. Kemudian Belanda melakukan siasat licik dengan mencoba menangkap keluarga Raja Daud Syah dari Aceh. Belanda akhirnya berhasil menangkap isteri sultan yang bernama Teungku Putroe di Glumpang Payong. Selain itu Belanda juga menangkap isteri sultan lainnya yang bernama Pocut cot Murong dan juga Putera Sultan di Lam Meulo. Belanda kemudian memaksa Sultan Daud Syah untuk menyerahkan diri dan berdamai dengan Belanda. Selain itu, Belanda juga mengancam apabila Sultan Daud Syah tidak segera menyerahkan diri, maka keluarganya tersebut akan dibuang dalam pengasingan. Karena ancaman tersebut, pada Januari 1903, Sultan Daud Syah terpaksa berdamai dengan Belanda. Belanda kemudian mengasingkannya ke Ambon dan ke Batavia hingga meninggal dunia pada 1939. Ditangkapnya Sultan Daud Syah ternyata mempengaruhi Panglima Polem yang masih berjuang di Aceh. Hingga akhirnya Panglima Polem terpaksa menyerahkan diri dan berdamai dengan Belanda pada 1903. Panglima Polem kemudian ditahan hingga ia meninggal dunia pada tahun 1939. Sumber : Kompas.com, Wikipedia dll Keterangan gambar Panglima Polem istri dan saudara Panglima Polem, Perdamaian dengan Belanda, Makam Panglima Polem

 PANGLIMA POLEM


Panglima Polem merupakan pejuang asal Aceh. Ia berjuang melawan penjajahan Belanda di Aceh bersama dengan Teuku Umar.  Untuk mengenang perjuangannya, namanya diabadikan menjadi beberapa nama jalan di Indonesia. 



Panglima Polem memiliki nama lengkap Teuku Panglima Polem Sri Muda Perkasa Muhammad Daud. Hingga saat ini belum ditemukan keterangan yang menjelaskan kapan Panglima Polem dilahirkan. Namun yang jelas, Panglima Polem merupakan keturunan bangsawan Aceh. Ayahnya adalah Panglima Polem VIII Raja Kuala yang merupakan anak Teuku Panglima Polem Sri Imam Muda Mahmud Arifin atau Cut Banta (Panglima Polem VII (1845-1879). Mahmud Arifin, kakek Panglima Polem merupakan Panglima Sagoe XXII Mukim Aceh Besar. Pada Januari tahun 1891, Panglima Polem diangkat menjadi Panglima Polem IX setelah ia menikah dengan putri dari Tuanku Hasyim Banta Muda. Ia diangkat menjadi Panglima Polem IX menggantikan ayahnya yang meninggal dunia.


Setelah ia diangkat, Panglima Polem mewarisi gelar Teuku Panglima Polem Sri Muda Perkasa Wazirul Azmi. Pada saat itu, Belanda yang menjajah Indonesia sedang berusaha untuk menaklukkan Aceh. Melawan Belanda Pada tahun 1893, Panglima Polem bergabung dengan Teuku Umar untuk melawan penjajahan Belanda. Perlu diketahui sebelumnya, Teuku Umar pura-pura menyerah lalu menyerang kembali Belanda bersama dengan Panglima Polem. 

Pada tahun 1897, Panglima Polem bersama pasukannya terlibat pertempuran dengan Belanda di wilayah Seulimeum. Dalam pertempuran tersebut, Belanda berhasil menguasai tiga benteng pertahanan yang sebelumnya dibangun oleh Panglima Polem bersama pasukannya. Setelah kekalahannya pada pertempuran di wilayah Seulimeum, Panglima Polem kemudian bertemu dengan Sultan Aceh yang bernama Muhammad Daud Syah. Pada tahun 1898, Panglima Polem bersama Teuku Umar bersumpah setia terhadap Sultan Aceh untuk bersama-sama melawan Belanda. Lalu pada tahun 1901, Panglima Polem bersama Teuku Umar dan Sultan Daud Syah menyingkir ke pedalaman Gayo. Gayo dijadikan sebagai pusat pertahanan dan tempat menyusun strategi melawan Belanda.


BERDAMAI DENGAN BELANDA

Pertahanan yang dibuat di wilayah Gayo berhasil membuat Belanda frustasi karena selalu gagal menguasainya. Kemudian Belanda melakukan siasat licik dengan mencoba menangkap keluarga Raja Daud Syah dari Aceh. Belanda akhirnya berhasil menangkap isteri sultan yang bernama Teungku Putroe di Glumpang Payong. Selain itu Belanda juga menangkap isteri sultan lainnya yang bernama Pocut cot Murong dan juga Putera Sultan di Lam Meulo. Belanda kemudian memaksa Sultan Daud Syah untuk menyerahkan diri dan berdamai dengan Belanda. Selain itu, Belanda juga mengancam apabila Sultan Daud Syah tidak segera menyerahkan diri, maka keluarganya tersebut akan dibuang dalam pengasingan. Karena ancaman tersebut, pada Januari 1903, Sultan Daud Syah terpaksa berdamai dengan Belanda. Belanda kemudian mengasingkannya ke Ambon dan ke Batavia hingga meninggal dunia pada 1939. Ditangkapnya Sultan Daud Syah ternyata mempengaruhi Panglima Polem yang masih berjuang di Aceh. Hingga akhirnya Panglima Polem terpaksa menyerahkan diri dan berdamai dengan Belanda pada 1903. Panglima Polem kemudian ditahan hingga ia meninggal dunia pada tahun 1939.


Sumber : Kompas.com, Wikipedia dll

Keterangan gambar Panglima Polem istri dan saudara Panglima Polem, Perdamaian dengan Belanda, Makam Panglima Polem

No comments:

Post a Comment