05 May 2025

RADEN MAS RANGSANG Dilahirkan di kraton Kotagede [ sekarang Kampung Ndalem, Purbayan, Kotagede ] dengan nama Raden Mas Jatmika atau Raden Mas Rangsang pada tahun 1593. Saat ia lahir, ayahandanya - Raden Mas Jolang bin Panembahan Senopati - telah menjadi Adipati anom. Jadi ia sempat merasakan diemong kakeknya, Panembahan Senopati selama sekitar 3 tahun. Pada usia tiga tahun, ketika eyangnya wafat, maka ayahandanya naik sebagai raja kedua, bergelar Panembahan Hanyakrawati. Ibundanya adalah permaisuri kedua Ratu Mas Hadi/Dyah Banowati binti Pangeran Banawa, adipati Pajang terakhir (saat itu telah turun status menjadi kadipaten dibawah Mataram). Pada usia 20 tahun ia dirajakan, setelah secara tiba2 ayahandanya wafat di Krapyak saat sedang berburu. Ia mempunyai sedikitnya 4 saudara : 1. Raden Mas Wuryah/Pangeran Harya Martapura, dirajakan sehari sebagai pemenuhan janji ayahnya kepada permaisuri pertama. Sebabnya karena cacat grahita. 2. Raden Mas Damar/Pangeran Harya Purbaya 3. Raden Mas Cakra/Pangeran Harya Selarong 4. Pangeran Harya Bumidirja Ketika ia bertahta, para ratu ibu/sepuh masih hidup (istri ayahandanya yaitu Ratu Mas Tulungayu dan ibunya yaitu Ratu Mas Adi). Ratu Mas Lungayu wafat lebih dahulu dan dimakamkan di Kotagede. Sedangkan Ratu Mas Hadi, juga dibawa ke Kerta dan dimakamkan di Girilaya - setelah 1628. Usianya saat bertahta kira-kira 20 tahun, mewarisi Mataram yang relatif tanpa pergolakan internal karena telah dipadamkan di masa ayahnya (Pemberontakan Adipati Pergola* Pati, Pangeran Puger** di Kudus & Pangeran Jayaraga*** Ponorogo). *Adipati Pergola, penguasa Pati adalah abang permaisuri Panembahan Senopati, Ratu Mas Waskitajawi binti Ki Ageng Penjawi. ** Puger yg awal alias Raden Mas Kentol Kejuron adalah putra kedua Panembahan Senapati yang lahir dari selir bernama Nyai Adisara. Atau saudara tiri Panembahan Hanyakrawati. ***alias Raden Mas Barthotot, adiknya Panembahan Hanyakrawati yang menjadi bupati Ponorogo Pada tahun ke-2 ia memerintah, mulai dilakukan pembangunan kraton baru di Kerta, sekitar 5 km di sebelah barat daya Kota Gede, yang kelak mulai ditempati pada tahun 1618 atau empat tahun kemudian. Kerta ini sekarang masuk Kapanewon Pleret, Bantul. Saat perpindahan itulah ibukota lama tetap difungsikan sebagai kota lama, dimana pepundhen mataram dimakamkan. Sultan Agung secara resmi mempunyai 2 garwa padmi, Ratu Kulon, putri Sultan Cirebon dan Ratu Wetan, putri Adipati Batang. Diluar kisah perang dan perluasan ekspansifnya, Sultan Agung menggabungkan tiga pusat2 Mataram yaitu bekas ibukota di Kotagede, kuthanagara di Karta dan memulai pembangunan calon ibukota di Plered. Ia juga membangun 2 musoleum : Girilaya (dimana eyang putrinya atau lazim disebut Ratu Ibu Ratu Mas Adi Dyah Banowati dimakamkan) dan Imogiri, makam bagi seluruh keturunannya kelak. Rujukan : Royalark DeGraaf Ilustrasi : AI berdasar scene film Sultan Agung.

 RADEN MAS RANGSANG


Dilahirkan di kraton Kotagede [ sekarang Kampung Ndalem, Purbayan, Kotagede ] dengan nama Raden Mas Jatmika atau Raden Mas Rangsang pada tahun 1593. 


Saat ia lahir, ayahandanya - Raden Mas Jolang bin Panembahan Senopati - telah menjadi Adipati anom. Jadi ia sempat merasakan diemong kakeknya, Panembahan Senopati selama sekitar 3 tahun. 



Pada usia tiga tahun, ketika eyangnya wafat, maka ayahandanya naik sebagai raja kedua, bergelar Panembahan Hanyakrawati.


Ibundanya adalah permaisuri kedua Ratu Mas Hadi/Dyah Banowati binti Pangeran Banawa, adipati Pajang terakhir (saat itu telah turun status menjadi kadipaten dibawah Mataram).


Pada usia 20 tahun ia dirajakan, setelah secara tiba2 ayahandanya wafat di Krapyak saat sedang berburu.


Ia mempunyai sedikitnya 4 saudara :


1. Raden Mas Wuryah/Pangeran Harya Martapura, dirajakan sehari sebagai pemenuhan janji ayahnya kepada permaisuri pertama. Sebabnya karena cacat grahita. 

2. Raden Mas Damar/Pangeran Harya Purbaya

3. Raden Mas Cakra/Pangeran Harya Selarong

4. Pangeran Harya Bumidirja


Ketika ia bertahta, para ratu ibu/sepuh masih hidup (istri ayahandanya yaitu Ratu Mas Tulungayu dan ibunya yaitu Ratu Mas Adi). Ratu Mas Lungayu wafat lebih dahulu dan dimakamkan di Kotagede. Sedangkan Ratu Mas Hadi, juga dibawa ke Kerta dan dimakamkan di Girilaya - setelah 1628. 


Usianya saat bertahta kira-kira 20 tahun, mewarisi Mataram yang relatif tanpa pergolakan internal karena telah dipadamkan di masa ayahnya (Pemberontakan Adipati Pergola* Pati, Pangeran Puger** di Kudus & Pangeran Jayaraga*** Ponorogo).


*Adipati Pergola, penguasa Pati adalah abang permaisuri Panembahan Senopati, Ratu Mas Waskitajawi binti Ki Ageng Penjawi. 


** Puger yg awal alias Raden Mas Kentol Kejuron adalah putra kedua Panembahan Senapati yang lahir dari selir bernama Nyai Adisara. Atau saudara tiri Panembahan Hanyakrawati. 


***alias Raden Mas Barthotot, adiknya Panembahan Hanyakrawati yang menjadi bupati Ponorogo


Pada tahun ke-2 ia memerintah, mulai dilakukan pembangunan kraton baru di Kerta, sekitar 5 km di sebelah barat daya Kota Gede, yang kelak mulai ditempati pada tahun 1618 atau empat tahun kemudian. Kerta ini sekarang masuk Kapanewon Pleret, Bantul.


Saat perpindahan itulah ibukota lama tetap difungsikan sebagai kota lama, dimana pepundhen mataram dimakamkan. 


Sultan Agung secara resmi mempunyai 2 garwa padmi, Ratu Kulon, putri Sultan Cirebon dan Ratu Wetan, putri Adipati Batang.


Diluar kisah perang dan perluasan ekspansifnya, Sultan Agung menggabungkan tiga pusat2 Mataram yaitu bekas ibukota di Kotagede, kuthanagara di Karta dan memulai pembangunan calon ibukota di Plered. 


Ia juga membangun 2 musoleum : Girilaya (dimana eyang putrinya atau lazim disebut Ratu Ibu Ratu Mas Adi Dyah Banowati dimakamkan) dan Imogiri, makam bagi seluruh keturunannya kelak.


Rujukan :


Royalark

DeGraaf


Ilustrasi : AI berdasar scene film Sultan Agung.

No comments:

Post a Comment