Pangeran Soekowati ?
Soekowati meliputi wilayah yang luas, terpisah atas Soekowati Lor Bengawan & Kidul Bengawan.
Sisi utara Bengawan meliputi sisi utara Sragen, Boyolali utara dan Grobogan selatan. Sedangkan Soekowati selatan Bengawan meliputi sebagian Sragen dan Karanganyar.
Setelah Palihan Nagari, Sukowati menjadi bagian Negaragung.
Memang sangat tumpang tindih.
Misalnya saat itu Sukowati adalah basis pendukung Pangeran Sukowati selama perang. Tetapi daerah ini terletak di timur pusat Kasunanan.
Sedangkan sang pangeran telah dirajakan di wilayah Mataram lama tetapi ada daerah Pajang Selatan (Gunung Kidul) di sebelahnya. Wilayah Kasunanan.
Selain itu masih ada Pangeran Samber Nyawa yang menguasai Sukowati sisi selatan.
Kelak diberi nama Karanganyar.
Wilayah Kadipaten Mangkunegaran setelah Perjanjian Salatiga.
Sukowati sisi utara Bengawan inj juga tersambung dengan wilayah pendukung Pangeran Sukowati di Brang Wetan Madiun (termasuk Ngawi, Maospati dan Magetan).
Tak heran karena disinilah pusat keturunan Kyai Ageng Derpoyudo (di Majanjati, saat itu masuk Sukowati, kini Karanganyar) yg tersambung ke Tumenggung Ronggo Prawiro Sentiko, penguasa Brang Wetan.
Mertua dan besan sang Pangeran.
Awal cerita
Pada 27 Mei 1746 ia keluar kraton Surakarta bersama pasukannya bergerak melewati Desa Cemara, Tingkir, Wonosari, Karangsari, Ngerang, Butuh, dan Guyang.
Lalu ke Desa Pandak, mendirikan sebuah pemerintahan Praja Sukowati dan meresmikan gelarnya sebagai Pangeran Sukowati.
Pusat praja ini berpindah-pindah karena terlalu dekat dengan jalur yang biasa dilalui Kompeni.
Sragen ?
Sebutan Sragen diperkirakan baru muncul belakangan.
Kala itu, Tumenggung Alap-Alap menyerahkan hidangan makanan (pasrah) dan legen (fermentasi sari gula kelapa) dalam tempat makanan dan bumbung (tempat minum dari bambu), yang dibawa menggunakan tongkat kepada Pangeran Sukowati.
Kata "pasrah dan legen" inilah yang kemudian menjadi kata Sragen.
Setelah Giyanti (1755 - 1830)
Antara 1755 - 1830 merupakan periode yg canggung.
Karena letaknya yang tumpang tindih dan rawan pertikaian.
Artinya Raden Tumenggung Rangga saat akan pulang ke manca wetan milik Kasultanan (Madiun) ia harus melalui Kasunanan barulah nanti masuk wilayah Kasultanan lagi di Sukowati.
Sebaliknya Gunung Kidul [ saat itu biasa disebut Pajang Kidul ] merupakan negaragung Kasunanan berbentuk kademangan.
Karena kontur dan medannya yang cukup susah dijangkau, maka kemungkinan saat itu akses keluar Gunungkidul lebih ke arah utara yang tidak terlalu tertutup pegunungan dan jurang.
Setelah Perang Jawa 1830
Momen tertangkapnya Diponegoro menjadi kesempatan emas Belanda, menguasai seluruh mancanegara Brang Wetan maupun Kulon.
Lalu di Klaten, pada 1830 dilakukan tukar guling.
Kasunanan mendapatkan Pajang & Sukowati. Sebaliknya Kasultanan mendapatkan Mataram & Gunungkidul.
Dari Kasunanan mewakili Susuhunan PB VII adalah :
Patih Sasradiningrat II & Panembahan Buminoto
Dari Kasultanan mewakili Sultan HB V adalah :
Patih Danurejo III
Panembahan Mangkurat
Pejabat Hindia Belanda :
I.I van Sevenhoven (Komisaris untuk Vorstenlandenl); H.G. Nahuys &
Residen Surakarta : L.W.H Smissaert dan Residen Djokjakarta I.F.W van Nes
Juga disepakati batas baru yaitu :
"Sungai Opak sejauh mengalir sampai dekat Prambanan dijadikan dasar batas pemisah utama antara wilayah Mataram dan Pajang. Tetapi karena batas pemisah ini terutama aliran sungai tersebut akan mengalami perubahan terus menerus akibat banjir besar atau sebab lain" (batas lama yang diubah)..
Untuk selanjutnya ditunjukkan sebuah jalan raya yang membentang dari Prambanan antara pohon beringin besar yang berdiri di pasar, menuju ke utara Merapi dan menuju selatan ke Gunungkidul.
Pada jalan pemisah ini, sebuah tiang batu, tonggak dan pohon yang besar dan tua dibangun dan ditanam sebagai petunjuk abadi" (batas baru yang ditentukan)..
Ditandatangani dua pepatih dalem dari Kasunanan Surakarta dan Kasultanan Jogja, pada 27 September 1830 di Benteng Klaten.
Perjanjian ini dimintakan persetujuan pada Raja Kasunanan Surakarta Sri- Susuhunan Paku Buwono VII pada 1 Oktober 1830. Kemudian pada 4 Oktober 1830 pada Raja Kasultanan Jogjakarta Sri Sultan Hamengku Buwono V.
Plot twist :
Meski telah menjadi wilayah Kasunanan, sejarah Sukowati Sragen dimulai dari Pangeran Sukowati saat keluar dari Kraton Surakarta (1746).
Tak heran banyak situs peninggalannya disana.
Mulai tahun (itu) peringatan Kabupaten Sragen dilakukan dengan sowan ke Sultan dan ziarah ke makam Pangeran Sukowati.
Referensi:
Tatiek Kartikasari, "Sistem Pemerintahan Tradisional di Daerah Istimewa Yogyakarta"
Logen Jabbar Ramadhan, "Peeranjian Klaten 1830 : Dampaknya pada Kasultanan Yogyakarta"
#SejarahYogjakarta #PangeranSoekowati #bengawan #sejarah #palingujung_ebiiberkah #UjungRuangDigital #sorotan
No comments:
Post a Comment