Kisah pembukaan Alas Mentaok, cikal bakal Kerajaan Mataram Islam
Nama Panembahan Senopati dikenal sebagai raja pertama Kerajaan Mataram Islam. Dulunya, sebelum terbentuk kerajaan tersebut di Kotagede, tanah tersebut merupakan hutan besar bernama Alas Mentaok. Tanah tersebut dibuka oleh Ki Ageng Pemanahan, ayah dari Panembahan Senopati.
Sebelum adanya Kerajaan Mataram Islam, Ki Ageng Pemanahan atau Ki Gede Pemanahan bersama dengan putranya, Danang Sutawijaya alias Panembahan Senopati, membantu Jaka Tingkir membunuh Aryo Penangsang.
Usai berhasil menyingkirkannya, Jaka Tingkir kemudian mendirikan Kerajaan Pajang. Ia kemudian dikenal sebagai Sultan Hadiwijaya, raja pertama Kerajaan Pajang. Atas bantuan Ki Ageng Pemanahan, ia lantas memberikan Alas Mentaok di wilayah yang sekarang bernama Kotagede.
Nah, bagaimana kisah pembukaan hutan tersebut yang nantinya menjadi cikal-bakal lokasi berdirinya Kerajaan Mataram Islam?
Kisah Pembukaan Alas Mentaok
Suatu hari, Sultan Hadiwijaya tengah bersantai di kerajaannya, Pajang. Tak berselang lama, datang salah satu abdi dalemnya mengabarkan bahwa Sunan Kalijaga dan Ki Pemanahan datang untuk menghadap.
Sultan Hadiwijaya pun mempersilahkan keduanya untuk menghadap. Setelah berada di hadapannya, Sunan Kalijaga langsung mengutarakan maksudnya mengunjungi Keraton Pajang. Ia ingin bersilaturahmi sekaligus membicarakan terkait Alas Mentaok.
Setelah mendengar yang disampaikan Sang Sunan, Sultan Hadiwijaya tertegun sejenak. Ia kemudian mengatakan alasannya belum memberikan tanah tersebut kepada Ki Ageng Pemanahan adalah karena tempat tersebut masih berupa hutan lebat dengan berbagai binatang buas.
Sunan Kalijaga segera menampiknya dengan menyatakan bahwa Ki Ageng Pemanahan memiliki kesaktian sehingga tidak akan terkendala. Sultan Hadiwijaya lantas menyatakan bahwa hatinya masih terasa berat untuk menyerahkan Tanah Mataram tersebut.
Ia mengingat ucapan Sunan Giri yang berkata bahwa di Bumi Mataram tersebut akan hadir seorang raja yang lebih kuat dibanding Kerajaan Pajang. Sunan Kalijaga kemudian menenangkannya dengan meminta Ki Ageng Pemanahan untuk berjanji tidak mengganggu Pajang.
Setelahnya, Sultan Hadiwijaya segera menyerahkan surat pengukuhan kepada Ki Ageng Pemanahan. Surat tersebut menjelaskan kepemilikan Bumi Mataram yang kini berada di tangan Ki Ageng Pemanahan.
Ki Ageng Pemanahan lantas kembali ke desanya dan mengumpulkan warga. Setelah mempersiapkan peralatan yang akan digunakan untuk membuka hutan, Ki Pemanahan bersama warga Desa Sela menghadap Sultan Hadiwijaya di Istana Pajang.
Sultan Hadiwijaya merestui rombongan tersebut. Setelahnya, berangkatlah Ki Ageng Pemanahan bersama warga desa. Selain itu, turut pula Danang Sutawijaya dan Ki Juru Mertani, orang kepercayaan Ki Pemanahan. Perjalanan yang ditempuh cukup jauh hingga tiba di tepi Sungai Opak.
Di tempat tersebut, rombongan bertemu dengan Sunan Kalijaga. Sang Sunan berpesan agar seluruh rombongan bersyukur kepada Tuhan sesampainya di Bumi Mataram.
Ki Ageng Pemanahan bersama warga kemudian segera membuka hutan tersebut. Selain berdoa, mereka juga memberikan sesaji agar terhindar dari marabahaya. Setelah perjuangan yang lama, akhirnya hutan tersebut dapat dibuka.
Ki Ageng Pemanahan sukses mendirikan permukiman di Bumi Mataram tersebut. Nantinya, wilayah tersebut akan menjadi daerah awal Kerajaan Mataram Islam.
Setelah wafatnya Ki Ageng Pemanahan pada 1575 Masehi, Danang Sutawijaya kemudian melepaskan diri dari Kerajaan Pajang dan mendirikan Kerajaan Mataram Islam pada 1582 Masehi. Perkataan Sunan Giri pun terbukti benar adanya.
#mentaok #hutan #sejarah #kerajaan #mataram #jogja
No comments:
Post a Comment