10 May 2025

Amangkurat I, Merebut Istri Orang Hingga Rebutan Wanita Dengan Anaknya Pengganti Sultan Agung sebagai raja Mataram adalah anaknya yang bergelar Amangkurat I, konon ia punya kesenangan dunia. Amangkurat I saat itu memiliki kesukaan kepada seks dan perempuan. Ia pun m sempat beberapa kali menggoda perempuan dan istri orang lain. Amangkurat I memerintah Mataram pada 1646 - 1677, bahkan sang raja ketika muda pernah merebut istri orang. Selama 32 tahun memerintah Kerajaan Mataram, Amangkurat I juga punya skandal seks dengan para perempuan. Amangkurat I bahkan mulai berpetualang dengan para perempuan sejak usia muda. Perempuan yang ada di sekitar istana jadi korbannya. Korban pertamanya adalah istri Tumenggung Wiraguna yang terjadi pada tahun berikutnya 1637. Tumenggung Wiraguna adalah panglima perang Mataram kepercayaan Sultan Agung. Saat itu Amangkurat I masih berusia 18 tahun membawa lari istri Tumenggung Wiraguna. Mengetahui istrinya dibawa lari oleh Amangkurat I, Tumenggung Wiraguna memberanikan diri mengadukan skandal itu ke Sultan Agung, ayah Amangkurat I. Mendengar laporan itu Sultan Agung langsung marah, putranya yang kelak akan mewarisi tahta Mataram justru melakukan tindakan tak terpuji. Singkat cerita akhirnya Sultan Agung menghukum sendiri anaknya. Sebelum Sultan Agung wafat, ia menyerahkan tahtanya kepada sang anak Amangkurat I. Sang ayah mengira anaknya telah bertobat dan berubah menjadi orang baik. Setelah Amangkurat I diangkat sebagai Raja Mataram, di sinilah tabiat buruknya kembali muncul, kembali bermain perempuan dan nekat membunuh orang yang menghalangi hasratnya. Perempuan berikutnya yang menjadi korban adalah seorang perempuan yang dikenal dengan sebutan Ratu Malang, ia adalah anak perempuan dari dalang wayang. Perempuan ini sebenarnya juga sudah memiliki suami. Sang suami juga merupakan seorang dalang bernama Ki Dalem atau Ki Dalang Panjang Mas. Namun hasrat Amangkurat I untuk mendapat perempuan tersebut membara. Ia bahkan memerintahkan anak buahnya untuk membunuh suami Ratu Malang. Namun karena cinta dan setianya Ratu Malang kepada suaminya ia merasa sakit hati mengetahui suaminya dibunuh oleh Amangkurat I. Setelah itu Ratu Malang pun menjadi selir dari Amangkurat I. Namun cintanya Ratu Malang ke suaminya tak pudar hingga akhirnya dia sakit parah dan meninggal dunia. Mendengar kabar Ratu Malang meninggal, Amangkurat I langsung marah dan menuduh para selir kerajaan sengaja mengutus dayang - dayang meracuni Ratu Malang, karena cemburu padanya. Dari sinilah Amangkurat I menghukum mati 43 orang selir dan dayang, dengan cara mengasingkan mereka di sebuah kamar tanpa diberi makanan apapun. Skandal ketiga Amangkurat I terjadi ketika rebutan perempuan dengan anak kandungnya sendiri, Raden Mas Rahmat atau Amangkurat II. Perempuan bernama Rara Oyi ini merupakan putri Ki Mangunjaya, yang terkenal cantik jelita. Namun usia Rara Oyi kala itu masih belia, Mengetahui Amangkurat I jatuh cinta kepada putrinya, Ki Mangunjaya pun mengizinkan anaknya dijadikan selir Amangkurat I. Rara Oyi pun dititipkan kepada Tumenggung Wirareja. Namun tak disangka saat Rara Oyi berjumpa dengan anak Amangkurat I, Raden Mas Rahmat yang langsung jatuh kepada Rara Oyi. Raden Mas Rahmat akhirnya menikahi Rara Oyi tanpa seizin dan sepengetahuan sang ayah Amangkurat I. Tanpa diduga hal ini diketahui ayahnya dan membuat Amangkurat I marah besar kepada anaknya. Amangkurat I marah melihat calon isterinya dinikahi oleh sang anak kandungnya sendiri. Maka terjadilah perebutan perempuan, sang ayah akhirnya meminta anaknya memilih. Bila memang ia masih setia kepada ayahnya, maka Raden Mas Rahmat harus membunuh Rara Oyi di hadapan ayahnya. Namun ternyata Raden Mas Rahmat memilih kekuasaan daripada cinta. Di hadapan sang ayah inilah ia menghujam kerisnya ke tubuh Rara Oyi hingga tewas seketika. Konflik dan intrik berdarah ini menjadi kisah memilukan di masa kekuasaan Amangkurat. Selain dikenal haus seks, Amangkurat I terkenal haus darah. Hal inilah yang merupakan sifat buruk Raja Mataram yang berimbas pada kekisruhan yang melanda Mataram saat itu. * Abror Subhi

 Amangkurat I, Merebut Istri Orang Hingga Rebutan Wanita Dengan Anaknya

Pengganti Sultan Agung sebagai raja Mataram adalah anaknya yang bergelar Amangkurat I, konon ia punya kesenangan dunia. Amangkurat I saat itu memiliki kesukaan kepada seks dan perempuan. Ia pun m sempat beberapa kali menggoda perempuan dan istri orang lain.



 Amangkurat I memerintah Mataram pada 1646 - 1677, bahkan sang raja ketika muda pernah merebut istri orang. Selama 32 tahun memerintah Kerajaan Mataram, Amangkurat I juga punya skandal seks dengan para perempuan.


Amangkurat I bahkan mulai berpetualang dengan para perempuan sejak usia muda. Perempuan yang ada di sekitar istana jadi korbannya. Korban pertamanya adalah istri Tumenggung Wiraguna yang terjadi pada tahun berikutnya 1637. Tumenggung Wiraguna adalah panglima perang Mataram kepercayaan Sultan Agung.

Saat itu Amangkurat I masih berusia 18 tahun membawa lari istri Tumenggung Wiraguna. Mengetahui istrinya dibawa lari oleh Amangkurat I, Tumenggung Wiraguna memberanikan diri mengadukan skandal itu ke Sultan Agung, ayah Amangkurat I.


Mendengar laporan itu Sultan Agung langsung marah, putranya yang kelak akan mewarisi tahta Mataram justru melakukan tindakan tak terpuji. Singkat cerita akhirnya Sultan Agung menghukum sendiri anaknya.


Sebelum Sultan Agung wafat, ia menyerahkan tahtanya kepada sang anak Amangkurat I. Sang ayah mengira anaknya telah bertobat dan berubah menjadi orang baik.

Setelah Amangkurat I diangkat sebagai Raja Mataram, di sinilah tabiat buruknya kembali muncul, kembali bermain perempuan dan nekat membunuh orang yang menghalangi hasratnya.


Perempuan berikutnya yang menjadi korban adalah seorang perempuan yang dikenal dengan sebutan Ratu Malang, ia adalah anak perempuan dari dalang wayang. Perempuan ini sebenarnya juga sudah memiliki suami. Sang suami juga merupakan seorang dalang bernama Ki Dalem atau Ki Dalang Panjang Mas. Namun hasrat Amangkurat I untuk mendapat perempuan tersebut membara.


Ia bahkan memerintahkan anak buahnya untuk membunuh suami Ratu Malang. Namun karena cinta dan setianya Ratu Malang kepada suaminya ia merasa sakit hati mengetahui suaminya dibunuh oleh Amangkurat I.

Setelah itu Ratu Malang pun menjadi selir dari Amangkurat I. Namun cintanya Ratu Malang ke suaminya tak pudar hingga akhirnya dia sakit parah dan meninggal dunia. Mendengar kabar Ratu Malang meninggal, Amangkurat I langsung marah dan menuduh para selir kerajaan sengaja mengutus dayang - dayang meracuni Ratu Malang, karena cemburu padanya.

Dari sinilah Amangkurat I menghukum mati 43 orang selir dan dayang, dengan cara mengasingkan mereka di sebuah kamar tanpa diberi makanan apapun.


Skandal ketiga Amangkurat I terjadi ketika rebutan perempuan dengan anak kandungnya sendiri, Raden Mas Rahmat atau Amangkurat II. Perempuan bernama Rara Oyi ini merupakan putri Ki Mangunjaya, yang terkenal cantik jelita.

Namun usia Rara Oyi kala itu masih belia, Mengetahui Amangkurat I jatuh cinta kepada putrinya, Ki Mangunjaya pun mengizinkan anaknya dijadikan selir Amangkurat I. Rara Oyi pun dititipkan kepada Tumenggung Wirareja.

Namun tak disangka saat Rara Oyi berjumpa dengan anak Amangkurat I, Raden Mas Rahmat yang langsung jatuh kepada Rara Oyi.


Raden Mas Rahmat akhirnya menikahi Rara Oyi tanpa seizin dan sepengetahuan sang ayah Amangkurat I. Tanpa diduga hal ini diketahui ayahnya dan membuat Amangkurat I marah besar kepada anaknya.

Amangkurat I marah melihat calon isterinya dinikahi oleh sang anak kandungnya sendiri. Maka terjadilah perebutan perempuan, sang ayah akhirnya meminta anaknya memilih. Bila memang ia masih setia kepada ayahnya, maka Raden Mas Rahmat harus membunuh Rara Oyi di hadapan ayahnya.

Namun ternyata Raden Mas Rahmat memilih kekuasaan daripada cinta. Di hadapan sang ayah inilah ia menghujam kerisnya ke tubuh Rara Oyi hingga tewas seketika.


Konflik dan intrik berdarah ini menjadi kisah memilukan di masa kekuasaan Amangkurat. Selain dikenal haus seks, Amangkurat I terkenal haus darah. Hal inilah yang merupakan sifat buruk Raja Mataram yang berimbas pada kekisruhan yang melanda Mataram saat itu.


* Abror Subhi

No comments:

Post a Comment