Kisah Kelam Mataram Di Makam Banyusumurup, Peristirahatan Orang Yang Dianggap Musuh Oleh Mataram
Makam Banyusumurup adalah sebuah pemakaman yang terletak di Dusun Banyusumurup, Girirejo, Imogiri, Bantul. Lokasinya berdekatan dengan Pemakaman Imogiri.
Komplek ini adalah pemakaman bagi orang-orang yang dianggap musuh negara oleh Amangkurat I. Di komplek makam ini tersimpan saksi bisu aneka intrik dengan latar belakang perebutan kekuasaan hingga perebutan asmara bapak anak.
Pemakaman tersebut mula-mula dipakai untuk mengebumikan Pangeran Pekik asal Surabaya, beserta para anak dan bawahannya setelah dihukum mati oleh Amangkurat I pada 21 Februari 1659.
Diantara 52 nisan yang ada di Banyusumurup, terdapat 32 yang berkaitan dengan Pangeran Pekik, yakni:
Pangeran Pekik
Ratu Pandhansari
Putra Raja yang masih kecil
Pangeran Lamongan
RAy Tyutang
RAy Kleting Wulung
RAy Jambul
KGP Timur
Pangeran Demang
Ratu Lembah
Raden Kertonegoro
Singolesono
Martapuro
Kertonadi
Wongsokusumo
Jagaraga
Cokronogoro
Singorowo
Janarutro
Tomo
Pawiro Tarung
Hangggajoyo
Raden Tondo
Raden Lamongan
Kertopuro
Koryonegoro
Wirokusumo
Irawongso
Wongsocitro
Wirosari
Aryo Kusumo
Atmojo Kusumo
Setelah itu, Banyusumurup dipakai untuk mengebumikan orang-orang yang berkhianat, berontak, atau anti terhadap penguasa, selama masih berasal dari golongan sentono dalem (keluarga).
Para tokoh yang dikebumikan diantaranya adalah:
Roro Oyi, putri asal Surabaya yang direncanakan untuk dipinang Amangkurat I, antara 1668-1670.
Prawirodirjo III yang didakwa berontak terhadap Belanda, 1810. Namun makam Prawirodirjo dipindahkan ke Magetan pada tahun 1957, ditempatkan di samping makam istrinya, Maduretno.
Danurejo II, dihukum mati di dalam keraton Yogyakarta pada tanggal 28 Oktober 1811, kemudian dipindahkan ke Mlangi pada 1865.
Raden Tumenggung Danukusumo, ayah dari Danurejo II, dihukum gantung saat diasingkan menuju Pacitan, 15 Januari 1812. Kemudian dipindahkan ke Mlangi pada tahun 1812.
Pangeran Joyokusumo I dan dua putranya, Joyokusumo II dan Atmokusumo yang berpihak pada Pangeran Diponegoro. Mereka tewas di Kelurahan Sengir, Kulonprogo pada 21 September 1829 dan kepalanya dipenggal oleh Tumenggung Cokrojoyo (diangkat menjadi Bupati Purworejo oleh Belanda) dan dibawa ke Jenderal De Kock di Magelang. Kepalanya dikebumikan di Banyusumurup dan badannya dikebumikan di Sengir.
* Abror Subhi
No comments:
Post a Comment