11 May 2025

Diponegoro Menulis Surat agar Keturunannya Dijaga. "Salam dan doa untukmu anakku..." Sepenggal kalimat ini menjadi saksi bisu dari kepedihan, cinta, dan harapan seorang tokoh besar Nusantara, Pangeran Diponegoro, di ujung pengasingannya. Dalam masa-masa sulit menjelang pemberangkatannya ke Manado pada tahun 1830, ia tidak hanya memikirkan nasib bangsa, tetapi juga keturunan dan orang-orang yang dicintainya. Artikel ini membuka tabir bahwa Diponegoro bukan hanya pemimpin perang, tetapi juga pelindung keluarga dan garis keturunan sahabatnya, Raden Ronggo III mertua yang begitu dihormatinya. Di tengah tekanan dari pemerintah kolonial, ia bersiasat pura-pura tidak tahu ketika Letnan Knoerle menyelidiki keturunan Ronggo III, demi menjaga mereka dari bahaya. Lebih jauh, surat-surat yang ia tulis sendiri di Batavia mengandung pesan mendalam: tentang kepercayaan, persaudaraan, dan kelangsungan darahnya. Ia mempercayakan keselamatan anak-anaknya Diponegoro II, Mertonegoro, Gondokusumo, dan Joyokusumo tidak hanya kepada pengikutnya, tetapi juga kepada seorang perwira Belanda yang ia anggap sebagai “adik”, Kapten Johan Jacob Roeps. Pangeran Diponegoro menitipkan harapan kepada mereka, bahwa meskipun jasadnya akan dijauhkan, jiwanya tetap akan menjaga. Ia bahkan menyinggung pernikahan antara adiknya Joyokusumo dengan Gondokusumo, seolah ingin memastikan keluarganya tetap bersatu dan terlindungi. Inilah sosok Pangeran Diponegoro dalam potongan sejarah yang jarang ditampilkan: bukan hanya sebagai pemimpin pemberontakan, tetapi sebagai bapak dan pelindung yang penuh kasih. Di balik gemuruh Perang Jawa, tersembunyi kelembutan hati seorang pejuang yang tetap memikirkan keluarganya hingga detik terakhir kebebasannya. Sumber : netralnews.com #JejakDiponegoro #PerangJawa #SejarahIndonesia #PahlawanNasional #RonggoIII #SuratDiponegoro #Netralnews

 Diponegoro Menulis Surat agar Keturunannya Dijaga.


"Salam dan doa untukmu anakku..."  Sepenggal kalimat ini menjadi saksi bisu dari kepedihan, cinta, dan harapan seorang tokoh besar Nusantara, Pangeran Diponegoro, di ujung pengasingannya. Dalam masa-masa sulit menjelang pemberangkatannya ke Manado pada tahun 1830, ia tidak hanya memikirkan nasib bangsa, tetapi juga keturunan dan orang-orang yang dicintainya.


Artikel ini membuka tabir bahwa Diponegoro bukan hanya pemimpin perang, tetapi juga pelindung keluarga dan garis keturunan sahabatnya, Raden Ronggo III  mertua yang begitu dihormatinya. Di tengah tekanan dari pemerintah kolonial, ia bersiasat pura-pura tidak tahu ketika Letnan Knoerle menyelidiki keturunan Ronggo III, demi menjaga mereka dari bahaya.



Lebih jauh, surat-surat yang ia tulis sendiri di Batavia mengandung pesan mendalam: tentang kepercayaan, persaudaraan, dan kelangsungan darahnya. Ia mempercayakan keselamatan anak-anaknya Diponegoro II, Mertonegoro, Gondokusumo, dan Joyokusumo tidak hanya kepada pengikutnya, tetapi juga kepada seorang perwira Belanda yang ia anggap sebagai “adik”, Kapten Johan Jacob Roeps.


Pangeran Diponegoro menitipkan harapan kepada mereka, bahwa meskipun jasadnya akan dijauhkan, jiwanya tetap akan menjaga. Ia bahkan menyinggung pernikahan antara adiknya Joyokusumo dengan Gondokusumo, seolah ingin memastikan keluarganya tetap bersatu dan terlindungi.


Inilah sosok Pangeran Diponegoro dalam potongan sejarah yang jarang ditampilkan: bukan hanya sebagai pemimpin pemberontakan, tetapi sebagai bapak dan pelindung yang penuh kasih. Di balik gemuruh Perang Jawa, tersembunyi kelembutan hati seorang pejuang yang tetap memikirkan keluarganya hingga detik terakhir kebebasannya.

Sumber : netralnews.com


#JejakDiponegoro #PerangJawa #SejarahIndonesia #PahlawanNasional #RonggoIII #SuratDiponegoro #Netralnews

No comments:

Post a Comment