26 September 2025

Perjuangan Mariatni Hidupi Keluarga, Istri Letjen MT Haryono Pernah Berjualan Anggrek Setelah sang Suami Gugur Peristiwa kelam G30S PKI tahun 1965 bukan hanya merenggut nyawa para jenderal pahlawan revolusi, tetapi juga meninggalkan luka mendalam bagi keluarga yang ditinggalkan. Di antara mereka, sosok Mariatni, istri Letjen MT Haryono, menjadi simbol ketegaran seorang perempuan yang kehilangan suami tercinta sekaligus harus berjuang membesarkan anak-anaknya sendirian. Tragedi itu masih membekas hingga kini. Malam ketika pasukan pemberontak mendatangi rumahnya, Mariatni sempat membuka pintu dan mendengar alasan bahwa suaminya dipanggil Presiden untuk rapat mendadak. Namun, Letjen MT Haryono yang sudah paham gelagat itu langsung berbisik pada istrinya dengan tenang namun tegas: > “Kamu harus segera pindah kamar dan bangunkan anak-anak, karena mereka akan membunuh saya. Pindahlah ke kamar depan beserta anak-anak.” Itulah kalimat terakhir yang keluar dari mulut seorang jenderal kepada istrinya, sebelum akhirnya ditembaki secara brutal oleh pasukan pemberontak. Sebuah pesan cinta, pengorbanan, dan keberanian yang membekas selamanya di hati Mariatni. Setelah ditinggalkan, Mariatni bukan hanya bersedih, tetapi juga harus memikirkan kelangsungan hidup keluarganya. Ia berjualan anggrek, bunga kesukaan sang suami yang selama ini mereka rawat bersama. Tak berhenti di situ, ia juga membuat dan menjual kue demi menambah penghasilan. Dengan kecerdikan dan tekadnya, uang hasil berjualan itu ia kelola untuk membangun paviliun yang kemudian disewakan. Usahanya perlahan berkembang, bahkan bertambah banyak paviliun baru yang bisa menopang hidup keluarga. Kisah Mariatni bukan hanya kisah kehilangan, tetapi juga kisah keteguhan seorang istri pahlawan revolusi yang bertransformasi dari seorang ibu rumah tangga menjadi tulang punggung keluarga. Dari air mata, ia melahirkan kekuatan. Dari duka, ia menumbuhkan harapan. Sumber : nusantara.id

 Perjuangan Mariatni Hidupi Keluarga, Istri Letjen MT Haryono Pernah Berjualan Anggrek Setelah sang Suami Gugur


Peristiwa kelam G30S PKI tahun 1965 bukan hanya merenggut nyawa para jenderal pahlawan revolusi, tetapi juga meninggalkan luka mendalam bagi keluarga yang ditinggalkan. Di antara mereka, sosok Mariatni, istri Letjen MT Haryono, menjadi simbol ketegaran seorang perempuan yang kehilangan suami tercinta sekaligus harus berjuang membesarkan anak-anaknya sendirian.



Tragedi itu masih membekas hingga kini. Malam ketika pasukan pemberontak mendatangi rumahnya, Mariatni sempat membuka pintu dan mendengar alasan bahwa suaminya dipanggil Presiden untuk rapat mendadak. Namun, Letjen MT Haryono yang sudah paham gelagat itu langsung berbisik pada istrinya dengan tenang namun tegas:


> “Kamu harus segera pindah kamar dan bangunkan anak-anak, karena mereka akan membunuh saya. Pindahlah ke kamar depan beserta anak-anak.”


Itulah kalimat terakhir yang keluar dari mulut seorang jenderal kepada istrinya, sebelum akhirnya ditembaki secara brutal oleh pasukan pemberontak. Sebuah pesan cinta, pengorbanan, dan keberanian yang membekas selamanya di hati Mariatni.


Setelah ditinggalkan, Mariatni bukan hanya bersedih, tetapi juga harus memikirkan kelangsungan hidup keluarganya. Ia berjualan anggrek, bunga kesukaan sang suami yang selama ini mereka rawat bersama. Tak berhenti di situ, ia juga membuat dan menjual kue demi menambah penghasilan. Dengan kecerdikan dan tekadnya, uang hasil berjualan itu ia kelola untuk membangun paviliun yang kemudian disewakan. Usahanya perlahan berkembang, bahkan bertambah banyak paviliun baru yang bisa menopang hidup keluarga.


Kisah Mariatni bukan hanya kisah kehilangan, tetapi juga kisah keteguhan seorang istri pahlawan revolusi yang bertransformasi dari seorang ibu rumah tangga menjadi tulang punggung keluarga. Dari air mata, ia melahirkan kekuatan. Dari duka, ia menumbuhkan harapan.


Sumber : nusantara.id 


No comments:

Post a Comment