11 September 2025

HARI INI 21 TAHUN LALU PANGLIMA PARA PRAJURIT ITU BERPULANG 8 SEPTEMBER 2004. JENDRAL ANDI MUHAMMAD JUSUF AMIR Dengan santai dan tanpa protokoler sang MENHANKAM/PANGAB mendekati barisan prajurit. "Sudah berkeluarga?", tanya sang Jendral "Siap belum jendral!", tegas si prajurit menjawab. "Lho kenapa?", tanya sang jendral lagi "Siap! Jendral...ee.e!". "Lho ko' gugup! kenapa? takut sama perempuan ya?", masih tanya sang jendral sambil tersenyum, sembari di iringi tawa yang hadir mengiringi sang jendral yang masih keturunan raja Bone ini" siap! baru pacaran jendral! " malu malu sang prajurit menjawab. "Nanti kalo sudah menikah punya anak, cukup 2 saja ya", tukas sang jendral masing dengan senyum sembari tangannya menyentuh pundak sang prajurit. "Siap! Jendral!". Cuplikan percakapan antara Jendral Andi Muhammad Jusuf dan Prajuritnya. Percakapan di atas sering di lakukan Jendral ini, perwira asal Bone Sulawesi Selatan, dan biasanya tanpa protokoler dari ajudan, beliau bebas saja menghampiri tiap prajurit yang beliau kehendaki, sekedar menanyakan keluarga dan kondisi mereka, pertanyaan macam "anak kelas berapa?", "sudah menikah belum?" atau pertanyaan yang sepertinya sepele buat kita namun sangat berarti buat para prajurit di level tamtama dan bintara. Jenderal TNI (Purn.) Andi Muhammad Jusuf Amir (lahir di Kajuara, Bone, Sulawesi Selatan, 23 Juni 1928 – meninggal di Makassar, Sulawesi Selatan, 8 September 2004 pada umur 76 tahun) atau lebih dikenal dengan nama Jenderal M. Jusuf adalah salah tokoh militer Indonesia yang sangat berpengaruh dalam sejarah kemiliteran Indonesia. Ia juga merupakan salah satu keturunan bangsawan dari suku Bugis—hal ini dapat dilihat dengan gelar Andi pada namanya, akan tetapi beliau melepaskan gelar kebangsawanannya itu pada tahun 1957 dan tidak pernah menggunakannya lagi. Di luar kontroversi masalah supersemar, beliau adalah putra terbaik bangsa. Dalam posisi pemerintahan beliau pernah menjabat sebagai Panglima ABRI merangkap Menteri Pertahanan dan Keamanan pada periode 1978 - 1983. Era kepemimpinan beliau di ABRI, kesejahteraan prajurit level tamtama dan bintara sangat di perhatikan, buat beliau kesejehteraan prajurit di rumah sangat membantu tugas prajurit di lapangan. Saat pemakaman beliau di Makasar, ribuan orang mengatar ke tempat peristirahatan terakhir, jalan macet balasan kilometer, TNI memerintahkan pengibaran bendera setengah tiang selama 7 hari. Kapan lagi kita punya pemimpin seperti ini kedepan...semoga 🙏 Beny Rusmawan

 HARI INI 21 TAHUN LALU PANGLIMA PARA PRAJURIT ITU BERPULANG

8 SEPTEMBER 2004.

JENDRAL ANDI MUHAMMAD JUSUF AMIR


Dengan santai dan tanpa protokoler sang MENHANKAM/PANGAB mendekati barisan prajurit.



"Sudah berkeluarga?", tanya sang Jendral

"Siap belum jendral!", tegas si prajurit menjawab.

"Lho kenapa?", tanya sang jendral lagi

"Siap! Jendral...ee.e!".

"Lho ko' gugup! kenapa? takut sama perempuan ya?", masih tanya sang jendral sambil tersenyum, sembari di iringi tawa yang hadir mengiringi sang jendral yang masih keturunan raja Bone ini" siap! baru pacaran jendral! " malu malu sang prajurit menjawab.


"Nanti kalo sudah menikah punya anak, cukup 2 saja ya", tukas sang jendral masing dengan senyum sembari tangannya menyentuh pundak sang prajurit.

"Siap! Jendral!".


Cuplikan percakapan antara Jendral Andi Muhammad Jusuf dan Prajuritnya.


Percakapan di atas sering di lakukan Jendral ini, perwira asal Bone Sulawesi Selatan, dan biasanya tanpa protokoler dari ajudan, beliau bebas saja menghampiri tiap prajurit yang beliau kehendaki, sekedar menanyakan keluarga dan kondisi mereka, pertanyaan macam "anak kelas berapa?", "sudah menikah belum?" atau pertanyaan yang sepertinya sepele buat kita namun sangat berarti buat para prajurit di level tamtama dan bintara.


Jenderal TNI (Purn.) Andi Muhammad Jusuf Amir (lahir di Kajuara, Bone, Sulawesi Selatan, 23 Juni 1928 – meninggal di Makassar, Sulawesi Selatan, 8 September 2004 pada umur 76 tahun) atau lebih dikenal dengan nama Jenderal M. Jusuf adalah salah tokoh militer Indonesia yang sangat berpengaruh dalam sejarah kemiliteran Indonesia. Ia juga merupakan salah satu keturunan bangsawan dari suku Bugis—hal ini dapat dilihat dengan gelar Andi pada namanya, akan tetapi beliau melepaskan gelar kebangsawanannya itu pada tahun 1957 dan tidak pernah menggunakannya lagi.


Di luar kontroversi masalah supersemar, beliau adalah putra terbaik bangsa.

Dalam posisi pemerintahan beliau pernah menjabat sebagai Panglima ABRI merangkap Menteri Pertahanan dan Keamanan pada periode 1978 - 1983. 


Era kepemimpinan beliau di ABRI, kesejahteraan prajurit level tamtama dan bintara sangat di perhatikan, buat beliau kesejehteraan prajurit di rumah sangat membantu tugas prajurit di lapangan.

Saat pemakaman beliau di Makasar, ribuan orang mengatar ke tempat peristirahatan terakhir, jalan macet balasan kilometer, TNI memerintahkan pengibaran bendera setengah tiang selama 7 hari. 


Kapan lagi kita punya pemimpin seperti ini kedepan...semoga 🙏


Beny Rusmawan

No comments:

Post a Comment