Misteri Bangsa Tartar: Sejarah atau Konspirasi?
Indratno Widiarto
Jadi, cerita soal bangsa Tartar ini lagi rame di kalangan pecinta sejarah alternatif. Konon, mereka adalah peradaban super besar, super maju, tapi hilang begitu saja dari peta sejarah dunia.
Nah, gimana sih sebenarnya sejarah bangsa ini? Yuk, kita bongkar bareng!
Bangsa Tartar Itu Apa?
Nama Tartar sering muncul di peta-peta kuno sebelum abad ke-19, terutama di wilayah Siberia dan Asia Utara. Menurut teori alternatif, Tartary atau Great Tartary adalah sebuah kekaisaran besar yang konon membentang dari Laut Kaspia, Pegunungan Ural, sampai pesisir Samudra Pasifik.
Mereka digambarkan sebagai peradaban super kaya, kuat, dan bahkan punya teknologi canggih (katanya, teknologi clean energy yang bebas polusi!).
Tapi anehnya, sejak sekitar tahun 1775, nama mereka mulai “menghilang” dari sejarah resmi. Banyak yang menduga, ini disengaja supaya jejak kejayaan mereka lenyap.
Teori Konspirasi: Reset Peradaban?
Nah, di sinilah teori konspirasi mulai panas. Menurut narasi alternatif, bangsa Tartar ini nggak cuma bubar gara-gara perang biasa, tapi mereka “dihancurkan” oleh elite global. Ada dua klaim besar yang sering muncul:
Banjir Lumpur Raksasa (Mud Flood)
Kabarnya, peradaban Tartar dihantam banjir lumpur misterius yang mengubur kota-kota mereka. Sampai sekarang, katanya ada banyak bangunan kuno yang ditemukan “tenggelam setengah badan” di seluruh dunia, dan itu dianggap bukti bahwa bencana ini nyata.
Penghapusan Sejarah (Historical Suppression)
Setelah kekaisaran ini runtuh, semua bukti tentang kejayaan mereka dihapus dari buku sejarah. Tujuannya? Supaya dunia nggak tahu kalau pernah ada peradaban yang lebih maju dari “tatanan dunia baru” yang muncul kemudian (kayak kekaisaran Eropa).
Tartary dan Teknologi Canggih
Salah satu yang bikin teori ini menarik adalah klaim soal teknologi mereka. Foto-foto tua sering dijadikan bukti, kayak gambar bangunan megah yang kelihatannya mustahil dibangun di zaman dulu tanpa teknologi modern.
Beberapa orang percaya mereka udah punya listrik bebas biaya atau sumber energi alternatif yang nggak merusak lingkungan. Tapi, bukti ilmiah soal ini minim banget.
Tartar di Sejarah Resmi
Kalau lihat sejarah mainstream, bangsa Tartar itu sebenarnya adalah bagian dari suku-suku nomaden yang tinggal di wilayah Asia Tengah. Mereka erat kaitannya sama Mongol, bahkan istilah “Tartar” sering dipakai buat nyebut suku-suku yang ikut pasukan Genghis Khan.
Jadi, mereka sebenarnya bukan satu kekaisaran besar, tapi lebih ke kelompok etnis yang tersebar.
Hubungan antara bangsa Tartar dan sejarah Indonesia, khususnya pada era Kerajaan Majapahit, menarik untuk ditelusuri.
Pada akhir abad ke-13, Kaisar Mongol, Kubilai Khan, mengirim utusan ke Kerajaan Singasari yang dipimpin oleh Raja Kertanegara untuk meminta upeti. Namun, Kertanegara menolak dan bahkan melukai utusan tersebut, yang dianggap sebagai penghinaan besar bagi Kubilai Khan.
Sebagai balasan, pada tahun 1293, Kubilai Khan mengirim ekspedisi militer ke Jawa untuk menghukum Kertanegara. Menariknya, ekspedisi ini justru dimanfaatkan oleh Raden Wijaya, pendiri Majapahit, untuk mengalahkan musuh-musuhnya dan mendirikan kerajaan baru.
Nama Tartar mulai hilang dari peta karena wilayah Siberia dikuasai Rusia. Akhirnya, identitas Tartar melebur, dan nama itu lebih sering dipakai buat nyebut suku-suku kecil di wilayah Rusia modern, kayak Tatar Volga.
Apa yang Bisa Dipelajari?
Teori tentang bangsa Tartar ini memang menarik, terutama buat yang suka menggali sejarah “yang hilang.” Tapi, harus diakui, banyak klaimnya yang susah diverifikasi. Sebagian besar cuma berdasarkan spekulasi atau sumber yang nggak jelas.
Jadi, apakah Tartary itu benar-benar kekaisaran super maju yang sengaja dihapus dari sejarah? Atau ini cuma salah paham soal peta kuno dan legenda lokal? Sampai ada bukti yang lebih konkret, mungkin kita nikmati aja ceritanya sambil tetap skeptis.
Bagaimana menurut kamu? Apakah ini teori yang mungkin masuk akal atau sekadar fiksi konspirasi belaka?
IWD
#sejarah #tartar #tartaria #tartarianempire #indratnowidiarto
No comments:
Post a Comment