Hukuman Mati Bagi Pemimpin PKI
Amir Sjarifuddin gamang. Perjalanan panjang tanpa keberadaan Musso di sisinya membuatnya banyak melamun. Terlebih lagi pertemuan terakhirnya dg Musso diisi dg pertengkaran, saling menyalahkan atas kegagalan pemberontakan PKI 1948 di Madiun.
Amir yg merupakan Mantan Perdana Menteri itu berada dalam rombongan besar long march pelarian PKI. Saat itu mereka sedang berhenti sejenak di suatu tanah datar yg kosong di suatu hutan.
Perbekalan sudah habis sama sekali. Tanpa kenal jeri, mereka melahap dedaunan yg tumbuh di sekitar dan menyembelih kuda angkut. Mereka melakukannya secepat mungkin karena Pasukan Siliwangi sudah tak begitu jauh di belakang rombongan. Selesai dg urusan perut, semua diperintahkan berjalan dg cepat. Sedapat mungkin menempuh tujuh kilometer sejam.
Rombongan long march PKI itu terlihat payah, hampir semuanya berwajah kusut nan letih. Mereka sudah menempuh jarak 500 km, longmarch dari Madiun selama dua bulan.
Mereka memasuki daerah Grobogan, utara Purwodadi Jateng. Jumlah mereka semakin sedikit. Tibalah mereka di daerah Rawa Klambu. Jaraknya sudah sangat dekat dengan garis Van Mook. Sebentar lagi mereka akan memasuki wilayah Belanda. Tinggal menyeberangi Sungai Lusi saja, maka sampailah mereka ke wilayah Belanda dan merdekalah mereka dari kejaran tentara Republik.
Tapi sungguh malang, saat itu sungai Lusi sedang meluap dan banjir. Arusnya sangat deras. Tentara PKI yg berusaha menyeberangi sungai tsb akhirnya tenggelam. Terdapat sekitar 20 tentara PKI yg tenggelam di sungai ini.
Akhirnya rombongan longmarch memutuskan utk menunda penyeberangan, menunggu aliran sungai Lusi bersahabat kembali. Terpaksa rombongan bertahan di Rawa Klambu yg terkenal angker. Berhari-hari di Rawa dg bekal minim membuat Amir Lemah dan terserang disentri.
Di Rawa Kelambu yg sunyi senyap ini, ingatan Amir melayang di masa kejayaannya menjadi perdana menteri. Dia teringat ketika menandatangani Perjanjian Renville pada 17 Januari 1948. Sebuah perjanjian yg dikecam oleh pihak dan membuat kabinet Amir dalam krisis.
Perjanjian Renville ini sangat merugikan Indonesia krn wilayahnnya semakin sempit. Jika dalam perjanjian Linggarjati mengakui kedaulatan de facto Indonesia di Jawa, Sumatra, dan Madura. Maka perjanjian Renville hanya mengakui wilayah Indonesia tinggal beberapa di Jateng, Jatim serta Aceh. Bisa dikatakan perjanjian Renville ini adalah sebuah gol bunuh diri. Menyerahkan hampir seluruh wilayah Indonesia kepada Belanda. Akhirnya kabinet Amir bubar. Soekarno menunjuk Hatta sebagai Perdana Menteri.
Kabinet Hatta menerapkan kebijakan Re-Ra (Rekonstruksi-Rasionalisasi). Re-Ra menyebabkan banyak sekali pemangkasan di tubuh tentara. Pemberhentian dg paksa para tentara inilah yg menyebabkan banyak ketidakpuasan di kalangan militer. Mereka yg diberhentikan, mayoritas bergabung dg FDR (Front Demokrasi Rakyat) milik PKI. Dari cikal bakal inilah tentara PKI terbentuk.
Dan saat itu tentara PKI terjebak di Rawa Klambu. Mereka sudah dikepung oleh batalion "Kala Hitam" dari Brigade Siliwangi I di daerah Purwodadi. Pertempuran tak bisa dielakkan. Tentara PKI, meskipun terdesak, mereka tidak mau menyerah. Pertempuran berlangsung selama dua hari sebelum akhirnya PKI kalah.
Tanggal 28 Nov 1948, para petinggi PKI yaitu Djoko Soedjono, Maroeto Darusman, Sajogo dll tertangkap oleh satuan TNI di Desa Peringan dekat Klambu.
Kemudian tgl 29 Nov 1948, Amir Sjarifudin tertangkap. Mantan perdana menteri itu ditawan oleh Kompi Pasopati pimpinan Kapten Ranoe. Semua tentara PKI menyerah.
Berakhirlah pemberontakan PKI di tahun 1948 itu. Operasi penumpasannya memakan waktu 72 hari. Terhitung sejak direbutnya Madiun pada tgl 19 Sep 1948 sampai pasukannya menyerah di hutan Klambu tgl 29 Nov 1948.
Pemerintah menjatuhkan hukuman mati kepada para pemimpin PKI. Hukuman mati itu dilaksanakan tgl 19 Des 1948. Tercatat ada 11 orang yg dihukum mati, termasuk Amir Sjarifuddin.
Hukuman mati para pemimpin PKI ini dilaksanakan di Desa Ngalihan, Karanganyar Solo atas perintah Kolonel Gatot Subroto.

No comments:
Post a Comment