Rakyat Yang Dijadikan Tameng & Tawanan
Pemberontakan PKI di Madiun tidak berlangsung lama. Mereka menguasai Madiun tgl 19 Sep 1948. Dan mereka meninggalkan Madiun karena dikepung Tentara Indonesia tgl 30 Sep 1948. Meskipun hanya berkuasa selama 11 hari, tapi korban nyawa sangat banyak. Tak bisa dibayangkan andai mereka berkuasa lebih lama. Entah berapa nyawa yg akan terbantai.
Pasukan pemerintah mengepung Madiun dari segala penjuru. Dari arah barat, Brigade Sadikin dari Solo menuju Tawangmangu di lereng Gunung Lawu. Sedangkan dari timur brigade bergerak dari Kediri-Trenggalek menuju Madiun. Penjepitan semakin ketat. Serangan dari arah barat dan timur tidak mendapatkan perlawanan berarti. Semua kota bisa direbut kembali. Tentara PKI tidak bisa mengimbangi kekuatan Tentara Republik. Meski demikian, PKI tidak mau menyerah. Mereka melarikan diri ke beberapa titik, berpencar ke berbagai arah.
Tgl 30 Sep 1948, bendera merah putih sudah berkibar kembali di Madiun. Rakyat bersorak sorai melihat keadaan ini. Mereka berhamburan keluar dari rumah untuk merayakan kemenangan. Kengerian yg dijalani selama 11 hari sudah berlalu. Tak ada lagi kewajiban menyanyikan lagu kebangsaan komunis yaitu Internationale. Tak ada lagi Warok Pencabut nyawa. Tak ada lagi Gerwani yg menebar horor di kampung Kauman. Semua bergembira. Mensyukuri kembalinya Madiun ke pangkuan Republik.
Pasukan merah PKI melarikan diri ke Dungus, letaknya di lereng Gunung Wilis. Dan tentara republik langsung mengejar pasukan PKI untuk kemudian menceraiberaikannya. Pasukan PKI mundur dalam keadaan tidak teratur ke arah selatan. Pasukan PKI bertempur dg fanatisme tinggi, tapi pergerakannya lambat.
Meski dalam keadaan mundur, kekuatan pasukan PKI masih mampu menyerang kurang lebih lima batalion di Ponorogo. Tapi kemudian bisa dijepit oleh tentara republik. Akhirnya tentara PKI mundur ke arah utara.
Kekuatan pasukan PKI hanya tiga batalion. Pasukan ini berusaha meindungi para pemimpinnya yaitu Musso, Amir Sjarifuddin, Wikana, Maruto Daroesman. Pasukan PKI berusaha mendekati wilayah yg dikuasai Belanda. Dengan harapan bisa mencari perlindungan disana.
Saat itu baru saja selesai Perjanjian Renville. Wilayah Indonesia terpangkas habis. Yang tersisa hanyalah Sumatra, sebagian Jateng dan Jatim. Sisanya menjadi wilayah yg dikuasai Belanda.
Pasukan PKI berusaha berlari menuju pegunungan utara. Mereka menghindari Ponorogo yg telah dikuasai Pasukan Siliwangi. Mereka melewati daerah-daerah sepi hingga mencapai Gunung Lawu. Rombongan ini membawa jutaan ORI (Oeang Republik Indonesia), berkarung-karung beras, mesin tulis, amunisi, kambing, dan ayam.
Kendaraan mereka ada mobil, dokar, sepeda, dan kuda. Namun sebagian besar berjalan kaki. Bukan hanya tentara yg ikut dalam long march ini, penduduk sipil beserta wanita dan anak-anak juga ikut serta. Dari setiap desa yg mereka lewati, ada saja yg mereka paksa ikut. Sehingga rombongan semakin membengkak.
Mereka bergerak sepanjang hari tanpa kenal letih. Jalan raya atau jalan besar dihindari. Mereka memilih jalan pedesaan. Manakala menempuh jalan setapak, barisan tampak mengular, memanjang berkelok-kelok. Di daerah perbukitan, barisan paling belakang akan melihat barisan paling depan yg sudah jauh di puncak bukit. Bila dilihat dari puncak bukit, ekor barisan masih belum keluar dari lindungan semak pepohonan di desa terakhir yg baru saja dilewati.
Sengaja mereka bergerak di waktu malam. Naik gunung, turun gunjng, melintasi hutan belantara. Mereka berjalan dalam kebisuan. Tidak boleh saling bicara, tidak boleh merokok, tidak boleh menggunakan penerang atau senter. Kesenyapan melingkupi rombongan ini.
Tak boleh anggota rombongan keluar dari barisan. Siapa saja yg berusaha melarikan diri, niscaya akan didera hukuman, atau malah langsung ditembak mati. Persediaan makanan yg mereka baaa tidak memadai, lambat laun menipis.
Dalam beberapa hari perjalanan, tak terhitung berapa yg lemas kehabisan tenaga, luka-luka, arau sakit. Para pengawal barisan seringkali bertindak bengis. Tanpa segan membunuh setiap yg terjatuh karena kelelahan, sakit, atau yg berusaha melarikan diri. Tiap satu kilometer pasti ada yg tertinggal dan sudah menjadi mayat.
No comments:
Post a Comment