01 May 2024

Zipora ( Syafurah ) Lahir : Midian, tepi timur Teluk Aqaba, sebelah barat laut Saudi Arabia ? Istri Nabi Musa as. Menikah dengan Nabi Musa as : 1446 - 1440 SM. Orang Tua : ♂️Yitro. Saudara : ♂️Hobab. Suami : ♂️Nabi Musa as. Anak : ♂️Gersom, ♂️Eliezer. Wafat : Kerajaan Kush, Afrika Utara ? Makam : Makam Para Matriark, Tiberias, Israel. Keterangan : Zipora (bahasa Ibrani: צִפוֹרָה, Modern Tsippora Tiberias Ṣippôrā; Yunani: Σεπφώρα Sephora; Arab: صِفُّورَةَ, صوانة Ṣaffūrah atau Safrawa; "burung"; Inggris: Zipporah atau Tzipora; dalam Islam disebut Syafurah صفورة) adalah istri Musa yang melahirkan 2 putranya: Gersom dan Eliezer, menurut catatan Kitab Keluaran di Alkitab Ibrani dan Perjanjian Lama Alkitab Kristen. Ia lahir di tanah Midian, salah satu dari 7 putri seorang imam di Midian. Ayahnya bernama Rehuel atau Yitro dan saudara laki-lakinya bernama Hobab. Pertemuan dengan Musa Musa melarikan diri ke tanah Midian dari Mesir ketika berusia 40 tahun, setelah membunuh seorang Mesir untuk membela orang Ibrani yang disiksa. Sesampai di Midian, Musa duduk di tepi sebuah sumur. Imam di Midian mempunyai 7 putri yang saat itu datang menimba air dan mengisi palungan-palungan untuk memberi minum kambing domba ayahnya. Datanglah gembala-gembala yang mengusir mereka, lalu Musa bangkit menolong perempuan-perempuan itu melawan para gembala dan memberi minum kambing domba mereka. Ketika mereka sampai kepada Rehuel, ayah mereka, berkatalah ia: "Mengapa selekas itu kamu pulang hari ini?" Jawab mereka: "Seorang Mesir menolong kami terhadap gembala-gembala, bahkan ia menimba air banyak-banyak untuk kami dan memberi minum kambing domba." Ia berkata kepada anak-anaknya: "Di manakah ia? Mengapakah kamu tinggalkan orang itu? Panggillah dia makan." Musa bersedia tinggal di rumah itu. Lalu Rehuel memberikan Zipora, anaknya, kepada Musa sebagai istrinya. Zipora melahirkan untuk Musa putra sulungnya, Gersom (dinamakan oleh Musa demikian karena Musa berkata: "Aku telah menjadi seorang pendatang di negeri asing."), dan yang seorang lagi bernama Eliezer, sebab kata Musa: "Allah bapaku adalah penolongku dan telah menyelamatkan aku dari pedang Firaun." Musa hidup menggembalakan kambing domba mertuanya selama 40 tahun. Perjalanan ke Mesir Setelah berjumpa dengan TUHAN dalam bentuk semak duri yang menyala tetapi tidak terbakar, Musa disuruh TUHAN kembali ke Mesir. Musa berkata kepada Yitro, mertuanya: "Izinkanlah kiranya aku kembali kepada saudara-saudaraku, yang ada di Mesir, untuk melihat apakah mereka masih hidup." Yitro berkata kepada Musa: "Pergilah dengan selamat." Kemudian Musa mengajak isteri dan anak-anaknya lelaki, lalu menaikkan mereka ke atas keledai dan ia kembali ke tanah Mesir; dan tongkat Allah itu dipegangnya di tangannya. Tetapi di tengah jalan, di suatu tempat bermalam, TUHAN bertemu dengan Musa dan berikhtiar untuk membunuhnya. Lalu Zipora mengambil pisau batu, dipotongnya kulit khatan anaknya, kemudian disentuhnya dengan kulit itu kaki Musa sambil berkata: "Sesungguhnya engkau pengantin darah bagiku." Lalu TUHAN membiarkan Musa. "Pengantin darah," kata Zipora waktu itu, karena mengingat sunat itu. Tidak dijelaskan apa yang terjadi kemudian, tetapi dari catatan selanjutnya, diduga bahwa Zipora disuruh Musa pulang membawa kembali anak-anaknya ke Midian, sedangkan Musa meneruskan perjalanan ke Mesir dan bertemu dengan Harun di tengah jalan. Pertemuan kembali dengan Musa Setelah TUHAN telah membawa orang Israel keluar dari Mesir di bawah pimpinan Musa, maka kedengaranlah kepada Yitro, imam di Midian, mertua Musa, segala yang dilakukan Allah kepada Musa dan kepada Israel, umat-Nya. Lalu Yitro, mertua Musa, membawa serta Zipora, isteri Musa, dan kedua putranya, Gersom dan Eliezer, sampai kepada Musa di padang gurun, tempat ia berkemah dekat gunung Allah. Disuruhnyalah mengatakan kepada Musa: "Aku, mertuamu Yitro, datang kepadamu membawa isterimu beserta kedua anaknya." Lalu keluarlah Musa menyongsong mertuanya itu, sujudlah ia kepadanya dan menciumnya; mereka menanyakan keselamatan masing-masing, lalu masuk ke dalam kemah. Setelah Musa selesai bercerita, bersukacitalah Yitro tentang segala kebaikan, yang dilakukan TUHAN kepada orang Israel, bahwa Ia telah menyelamatkan mereka dari tangan orang Mesir. Dan Yitro, mertua Musa, mempersembahkan korban bakaran dan beberapa korban sembelihan bagi Allah; lalu Harun dan semua tua-tua Israel datang untuk makan bersama-sama dengan mertua Musa di hadapan Allah. Yitro memberikan sejumlah nasihat kepada Musa, kemudian Musa membiarkan mertuanya itu pergi dan ia pulang ke negerinya. Keturunan Musa dan Zipora mempunyai 2 putra: Gersom dan Eliezer. Anak-anak Musa, abdi Allah itu, digolongkan kepada suku Lewi. Anak Gersom ialah Sebuel, seorang kepala. Anak Eliezer ialah Rehabya, seorang kepala; Eliezer tidak mempunyai anak-anak lain, tetapi anak-anak Rehabya luar biasa banyaknya. Perempuan Kush Di dalam Kitab Bilangan 12 dicatat bahwa Miryam dan Harun, kakak-kakak Musa, mengatai Musa berkenaan dengan perempuan Kush yang diambilnya, sebab memang ia telah mengambil seorang perempuan Kush. Kerajaan Kush dianggap sama dengan Nubia yang terletak di Afrika Utara. Keturunan Kush menurut Kitab Kejadian berasal dari Ham, putra Nuh, di mana anak-anak cucunya disebut Kushim, bahasa Ibrani untuk orang yang berkulit hitam (terutama dari Afrika). Sebutan ini juga sering dipakai untuk orang-orang Midian yang berkulit gelap. Muncul perdebatan di kalangan ahli-ahli kitab Yahudi, apakah yang disebut perempuan Kush ini Zipora atau wanita lain. Sejarahwan Flavius Yosefus menulis mengenai perempuan Kush yang diambil isteri oleh Musa sebelum melarikan diri ke Midian, waktu Musa masih tinggal di istana dan menjadi jenderal Mesir dalam penyerangan ke daerah selatan Mesir. Namun banyak pakar Alkitab yang berpendapat bahwa Zipora adalah perempuan Kush itu, karena tidak ada catatan bahwa Musa beristeri lebih dari satu. Zipora di penginapan Zipora di penginapan adalah nama yang diberikan kepada sebuah peristiwa yang dikisahkan dalam tiga ayat dari Kitab Keluaran. Pasal yang banyak diperdebatkan tersebut adalah salah satu peristiwa paling membingungkan dalam Pentateukh. Pasal Ayat-ayat yang dipertanyakan adalah Keluaran 4:24–26, konteksnya adalah Musa, istrinya Zipora dan para putra mereka yang bermalam di penginapan dalam perjalanan mereka dari Midian ke Mesir untuk memberitahukan Sepuluh Tulah Mesir kepada Firaun: Teks Kodeks Leningrad: 24. ויהי בדרך במלון ויפגשהו יהוה ויבקש המיתו׃ 25. ותקח צפרה צר ותכרת את־ערלת בנה ותגע לרגליו ותאמר כי חתן־דמים אתה לי׃ 26. וירף ממנו אז אמרה חתן דמים למולת׃ פ Terjemahan: 24. Tetapi di tengah jalan, di suatu tempat bermalam, TUHAN bertemu dengan Musa dan berikhtiar untuk membunuhnya. 25. Lalu Zipora mengambil pisau batu, dipotongnya kulit khatan anaknya, kemudian disentuhnya dengan kulit itu kaki Musa sambil berkata: "Sesungguhnya engkau pengantin darah bagiku." 26. Lalu TUHAN membiarkan Musa. "Pengantin darah," kata Zipora waktu itu, karena mengingat sunat itu. Apa Artinya “Zippora”? Zipporah secara harfiah berarti “burung”, dan seperti darah burung yang menyucikan rumah yang terkena kusta, Zipporah membersihkan rumah ayahnya dari berhala. 1 Atau, seperti burung yang dikagumi karena keindahannya, begitu pula Zipora dikagumi karena keindahannya. 3 Alasan Mengapa Zipora, Istri Musa, Bukan Orang Afrika Saya sudah menulis sebelumnya bahwa Yesus bukan orang kulit hitam , dan Zipora, salah satu istri Musa dalam Kitab Suci (pernyataan ini cukup kontroversial), juga bukan orang kulit hitam. Saya bahkan menyampaikan khotbah tentang hal itu. Namun, saya menemukan pernyataan baru-baru ini di berita sebagai alasan untuk meninjau kembali isu tersebut sekali lagi. Pastor Keion Henderson dari Lighthouse Church & Ministries di Houston, Texas kembali menjadi sorotan di postingan ini karena pernyataannya tidak hanya mengenai “mama Musa berkulit hitam” tetapi juga pernyataannya bahwa Zipporah “adalah seorang wanita kulit hitam. Alkitab mengatakan dalam Bilangan pasal 12, dia adalah orang Kush. Dan wilayah Kush berada di antara Sudan dan tempat-tempat itu, Somalia di Afrika, dan Alkitab bahkan mengatakan bahwa kulitnya menjadi hitam karena sinar matahari.” Dalam postingan terbaru saya (lihat tautan mama Musa di atas), saya telah membuang anggapan bahwa ibu Musa adalah orang lain selain Yahudi, dan bahwa lahir di Mesir tidak menjadikannya orang Afrika. Dia menjadi seorang Yahudi karena “kisah nenek moyangnya” (nenek moyang), bukan karena keadaan geografisnya sendiri. Dia mungkin warga negara Mesir, tapi dia bukan orang Mesir (seperti, dia tidak memiliki keturunan Mesir karena ayahnya, Lewi, adalah seorang Yahudi). Anda dapat mengambil contoh seorang Yahudi yang lahir di Italia, seorang Yahudi yang lahir di Etiopia, dan seorang Yahudi yang lahir di Meksiko, dan itu tidak mengubah fakta bahwa ketiganya adalah orang Yahudi, terlepas dari mana mereka dilahirkan. Saya, misalnya, orang Amerika, tapi “Amerika” bukanlah etnis/ras, tapi negara, lokasi geografis. Bahkan istilah “Penduduk Asli Amerika” bersifat historis karena mengacu pada orang Amerika paling awal (yang diyakini Christopher Columbus berasal dari India), namun etnis orang Amerika paling awal adalah orang Asia, dari Asia, lebih khusus lagi, India Timur, tepatnya. . Asia, Afrika, dan Eropa adalah sebutan ras berbeda yang penting. Perbedaan tersebut valid dan penting. Dalam postingan kali ini, kita akan melihat klaim dari Pendeta Keion Henderson yang mengatakan 1) Zipporah berkulit hitam dan 2) Zipporah adalah wanita yang disebutkan dalam Bilangan pasal 12. Ayah Zipora, Yitro, adalah orang Midian Zipora tidak berkulit hitam karena pada awalnya, ayahnya, Yitro, adalah pendeta Midian, dan dengan demikian, adalah seorang Midian. Bangsa Midian berasal dari Gurun Arab, yang berada di barat daya Asia menurut Encyclopedia Brittanica . Asia Barat Daya, bukan Afrika Barat Daya. Jadi, silsilah Ziporah akan didasarkan pada orang tuanya karena “leluhur” adalah “kisah leluhur”. Zipora, menurut Kitab Suci, adalah putri Yitro yang diberikan Yitro kepada Musa sebagai istrinya (Keluaran 2:21). Midian tidak dianggap orang Afrika, tetapi orang Asia. Saya akan menguraikan lebih lanjut tentang ini di bagian berikutnya. Angka 12 mengacu pada orang Afrika; Ziporah adalah orang Asia dan orang Midian Bilangan Bab 12 mengacu pada orang Afrika; dalam hal itu, Pendeta Keion Henderson benar. Namun, pemahamannya tentang Angka 12 salah karena dua alasan. Pertama, dia hanya menyebut orang dalam Bilangan 12 sebagai orang Kushi saja, orang Afrika belaka. Namun, Alkitab lebih spesifik dari ini: tidak hanya memberikan ras dari individu tersebut, tetapi juga memberitahu kita bahwa istri tertentu yang disebutkan dalam Bilangan 12 bukan hanya orang Afrika tetapi juga orang Etiopia: yaitu, dari negara tertentu di Afrika. Septuaginta (LXX), terjemahan Perjanjian Lama dalam bahasa Yunani, mengatakan bahwa istri Bilangan 12, dalam bahasa Yunani, adalah “seorang wanita Etiopia.” Lihat ayat Septuaginta untuk Bilangan 12:1 di bawah: Jika tidak, Anda tidak akan dapat melakukan hal ini ς Αἰθιοπίσσης ἣν ἔλαβε Μωυσῆς, ὅτι γυναῖκα Αἰθιόπισσαν ἔλαβε BILANGAN 12:1, SEPTUAGINTA (ATAU LXX) Μαριὰμ mengacu pada Miriam, ᾿Ααρὼν mengacu pada Harun, dan Μωυσῆ mengacu pada Musa. Miriam berbicara (Yunani ἐλάλησε) dengan Harun melawan Musa, karena wanita (Yunani γυναικὸς) yang dia terima (atau dijadikan istrinya, dinikahi) adalah orang Etiopia (Yunani Αἰθιοπίσσης) karena dia adalah seorang wanita Etiopia. Kata Yunani Αἰθιοπίσσης, yang ditransliterasikan menjadi “AithiopissEs,” mengacu pada “Etiopia.” Istri Musa adalah orang Etiopia, dan inilah satu-satunya hal yang dibenci Miriam terhadap istri Musa: ia orang Etiopia, ia orang Afrika. Sekarang, ini menjadi masalah karena Zipora, menurut apa yang disebutkan di atas, bukanlah orang Etiopia; dia adalah orang Midian, putri Yitro, imam Midian. Bagaimana dia bisa berasal dari Midian, di Asia barat daya, namun sekaligus menjadi orang Etiopia? Dia bukan dari Etiopia. Wanita yang menjadi istri Musa di Bilangan 12 berasal dari Etiopia. Ingat orang Mesir? Mereka orang Afrika dan mereka memperbudak orang-orang Yahudi. Mengapa Miriam berani berbicara menentang seorang wanita Etiopia? Saya telah berkhotbah dalam khotbah sebelumnya bahwa Miriam adalah seorang rasis (dan mungkin memang demikian), namun saya berpikir sejak khotbah itu bahwa mungkin ada alasan-alasan lain mengapa ia menentang Musa menikah dengan orang Etiopia: mungkin 1) ia tidak menginginkan Musa menikah di luar asal usul Yahudinya; mungkin 2) dia memiliki masalah dengan identitas wanita Etiopia dan ras Afrika karena orang Afrika (Mesir) telah memperbudak orang Yahudi. Dia tidak ingin Musa menikah dengan ras yang telah memperbudak mereka, karena baginya, itu sama saja dengan jatuh cinta pada penindasnya. Ada beberapa keluarga Afrika-Amerika yang mengajari anak-anak mereka untuk “menikah sesuai ras mereka”, yaitu, sama seperti mereka orang Afrika, menikah dengan orang Afrika. Saya mengatakan ini dari pengalaman pribadi. Jadi, mungkin Miriam ingin Musa menemukan istri lain yang cocok untuknya yang berasal dari keturunan Yahudi. Zipora berasal dari Midian, dan Midian adalah sepupu orang Yahudi, karena Midian, kepala bangsanya, adalah putra Abraham dengan istrinya Ketura sebagaimana Ishak adalah putranya melalui Sarah (Kejadian 25:2). Miriam tidak akan menentang Musa menikahi Zipora karena, pertama, Musa menikahi Zipora sebelum Musa kembali ke Mesir; kedua, Musa dan Zipora telah menikah selama bertahun-tahun sebelum dia dan Miriam bersatu kembali. Mengapa dia mengatakan sesuatu yang menentang istri yang telah membangun kehidupannya sebelum dipakai oleh Tuhan di Mesir untuk membebaskan umat-Nya? Selanjutnya Zipora adalah sepupu Musa, Miriam, dan Harun karena Midian adalah anak Abraham, sama seperti mereka adalah keturunan Abraham. Jika Abraham menikahi saudara tirinya (Kejadian 20:12), mengapa Miriam menentang Musa menikahi sepupu mereka (Zipora)? Miriam tidak akan menentang istri dari anak-anaknya. Namun dia akan menentang istri baru jika Zipora sudah meninggal karena dia tidak tahu apa-apa tentang istri barunya, dan istri baru tersebut kemungkinan besar berada di kelompok orang percaya yang melarikan diri dari Mesir karena kematian anak sulungnya. Wanita Etiopia yang baru ini, wanita Afrika ini, pastilah seorang yang takut akan Tuhan, dan hal itu, ditambah dengan duka atas kehilangan Zipora, akan menggerakkan Zipora untuk menikahinya. Selain itu, mungkin (jika kita dapat membayangkannya) dia mungkin telah memberi tahu Musa sesuatu seperti ini, “Ingatlah ayah kami, Abraham, bagaimana dia tidak menaati suara Tuhan ketika dia pergi menemui Hagar, pembantunya, alih-alih mendengarkan suara Tuhan. Tuhan dan menunggu kelahiran ayah kami Ishak melalui istrinya, Sarah? Tidakkah menurutmu kamu sedikit terburu-buru?” Hal ini masuk akal mengingat Hagar adalah orang Mesir. Orang Etiopia tidak jauh berbeda dengan orang Mesir. Mungkin ada alasan lain, tapi intinya wanita tersebut adalah orang Etiopia. Sekarang, ini bukan hanya seseorang yang berasal dari suku Kush, namun seseorang yang secara spesifik berasal dari tanah Etiopia: yaitu Afrika Timur. Dia orang Afrika, dan itu merupakan masalah bagi Miriam yang bangga menjadi orang Ibrani. Saya menggunakan istilah “Yahudi” saat ini untuk menghormati bangsa saya, dan untuk mengakui lingkungan akademis dan sekuler, meskipun istilah alkitabiah untuk bangsa saya adalah bahasa Ibrani . Ya, saya juga bangga menyandang keturunan Yahudi. Tidak salah jika menggunakan kata “Etiopia”, karena Etiopia sudah ada jauh sebelum negara ini merdeka pada tahun 1942. Etiopia sudah ada sejak 3-5 juta tahun yang lalu, jauh sebelum Alkitab diciptakan. Bahkan Herodotus, yang lahir pada abad ke-5 SM, menyebutkan Ethiopia dalam tulisannya, menurut Stockton University: “ Mengenai Etiopia, di sebelah barat Arab, Herodotus memberikan gambaran ringkasnya: “negeri ini menghasilkan emas dalam jumlah besar, mempunyai banyak sekali gajah, semua pohon di hutan, dan kayu eboni; dan laki-lakinya adalah yang paling tinggi, paling tampan, dan berumur paling panjang.” HTTPS://STOCKTON.EDU/HELLENIC-STUDIES/DOCUMENTS/CHS-SUMMARIES/KANTZIOS96.PDF Etiopia sudah ada jauh sebelum disebutkan dalam Bilangan 12. Jadi, ketika Musa menulis bahwa Miriam mempunyai masalah dengan dia karena dia menikahi seorang wanita Etiopia, yang dia maksud adalah apa yang dia tulis: istri keduanya berasal dari Etiopia, sebuah negara Afrika di Afrika Timur . Dia bukan hanya orang Afrika. Dia bukan hanya orang Kushi, tetapi berasal dari negara tertentu di Afrika. Saya ingin tegaskan kembali: Istri kedua Musa, setelah kematian Zipora (dia harus mati karena Musa tidak akan membuat marah Tuhan dengan menikahi wanita kedua selama istri pertamanya masih hidup), berasal dari Etiopia. Ini mungkin adalah istri baru yang dinikahi Musa, dan wanita ini, yang merupakan orang Etiopia (dan bukan Midian, seperti Zipora), akan membuat marah Miriam karena istri kedua ini adalah seorang wanita Afrika dan mungkin bukan wanita Yahudi. Mungkin dia berpikir Musa sebaiknya menikah dengan bangsanya sendiri yang telah merdeka, dan bukan dengan “orang asing” yang takut akan Tuhan. Mungkin itu adalah pilihannya sendiri, namun bagaimanapun juga, Tuhan tidak senang dengan cara dia berbicara menentang Musa (Bilangan 12:1-15). Etiopia sudah ada jauh sebelum Bilangan 12, dan isu Miriam bertentangan dengan wanita Etiopia. Mungkin dia marah terhadap Musa dan karunia kenabiannya karena dia berpikir bahwa, karena dia adalah salah satu nabi Allah, maka Allah berbicara kepadanya sebagaimana Dia berbicara kepada Musa. Tidak demikian, kata Tuhan. Perpanjangan hidup Zipporah dalam Sepuluh Perintah Allah karya Cecil B. DeMille (1956) Yang pasti, saya telah menyebutkan bahwa Ziporah kemungkinan besar telah meninggal pada saat Musa menikah lagi di Bilangan 12. Itu karena, seperti dikatakan sebelumnya, Musa tidak ingin membuat marah Tuhan dengan menikahi wanita kedua selama istri pertamanya masih hidup. Namun ada alasan lain mengapa Zipporah tidak berkulit hitam - dan ini berkaitan dengan karya Cecil DeMille dalam film yang masih membuatnya terkenal hingga saat ini, The Ten Commandments . Apa alasannya? DeMille mengabadikan Ziporah dan memperpanjang umurnya hingga Musa akan mati dan orang-orang harus menyeberangi Sungai Yordan menuju Tanah Perjanjian. Beberapa orang mungkin berpikir bahwa hal ini mengarah pada argumen yang berlawanan (yaitu, DeMille mengira Zipporah adalah wanita Etiopia juga), namun sebenarnya tidak demikian. Alasannya? Zipora bukan orang Afrika. Dalam penggambaran DeMille di layar, Zippora adalah seorang wanita kulit berwarna (dan dia cantik, tidak diragukan lagi), tapi dia bukan orang Afrika Etiopia. Zipora tidak digambarkan sebagai wanita berkulit gelap. Musa tidak digambarkan sebagai pria berkulit gelap, meski sejumlah kartun dan produksi seputar Musa membuatnya berkulit gelap. Bagaimanapun, saat itu tahun 1956, dan menempatkan seorang wanita Afrika yang bonafid sebagai istri baru Musa pasti akan menyinggung perasaan orang-orang Eropa yang rasis dan tidak akan suka melihatnya. Pada tahun 1950-an, warga Amerika keturunan Afrika masih belum sepenuhnya diakui setara dengan warga kulit putih Amerika. Rasisme masih parah, dan diperlukan Gerakan Hak-Hak Sipil tahun 1960-an untuk memperbaikinya. Tapi DeMille tertarik pada sesuatu ketika dia “menghidupkan kembali” Zipporah dan melanjutkan tahun-tahunnya di layar: dia melakukannya agar dia tidak perlu memasukkan wanita Ethiopia itu ke dalam peran utama. Zipora dirancang untuk menjaga agar orang Etiopia tidak terlihat. Jika Ziporah adalah orang Etiopia, mengapa dia menampilkannya di layar? Fakta bahwa DeMille menampilkan Ziporah di layar menunjukkan bahwa, menurut perkiraannya, dia dan wanita Etiopia itu adalah dua individu yang berbeda. Bahkan DeMille tidak setuju dengan anggapan Pendeta Henderson bahwa Zipporah adalah orang Etiopia. DeMille dan saya tidak setuju untuk tidak menampilkan orang Etiopia tersebut, namun saya setuju dengan asumsi mendasar di balik keputusan tersebut (yaitu, Zipora dan orang Etiopia tersebut bukanlah orang yang sama). Ziporah Menyunat Anaknya Dalam kisah Alkitab, ketika Musa dan Zipora sedang dalam perjalanan ke Mesir, mereka menginap di “perkemahan malam”, di mana mereka berada dalam bahaya maut: “Tuhan menemui dia dan berusaha membunuhnya” (Mantan. 04:24 ). Predikat ayat ini tidak jelas. Ini mungkin merujuk pada anak tersebut, karena sebagai tanggapannya Zipora memotong kulup putranya dan dengan demikian menyelamatkan nyawanya. Namun penafsiran lain menyebutkan bahwa bahaya ini menimpa Musa, dan untuk menyelamatkannya, Zipora menyunat putra mereka. Pemahaman terakhir ini didasarkan pada pernyataan Zipora pada ayat berikut (25) bahwa “engkau benar-benar mempelai laki-laki sedarah bagiku,” yang ditujukan kepada “mempelai laki-lakinya”, Musa. Kedua kemungkinan tersebut muncul dalam eksposisi midrashic. Salah satunya adalah bahwa Setan berusaha membunuh bayi yang tidak disunat, dan sebutan “pengantin laki-laki [ hatan ] darah” diberikan kepada anak itu sendiri, yang dengan demikian menjadi hatan (gelar yang diberikan kepada anak yang disunat). Posisi kedua adalah bahwa Musa lalai mengenai sunat putranya. “Af dan Hemah” (malaikat penghancur “murka” dan “kemarahan”) datang dan menelan Musa, hanya menyisakan kakinya. Bagaimana Zipora mengetahui bahwa nyawa Musa terancam karena sunat tersebut? Ketika dia melihat bahwa mereka menelannya sampai tempat penyunatan, dia memahami bahayanya, mengambil sepotong batu api dan memotong kulup putranya, kemudian para malaikat penghancur melepaskan cengkeraman mereka pada Musa (BT Nedarim 32a ; Mantan. Raba 5:8 ). Midrash menjelaskan bagaimana Musa dan Zipora bisa mempunyai anak laki-laki yang belum disunat. Ketika Musa meminta Yitro untuk mengawini Ziporah, putrinya, Yitro mengatakan kepadanya, ”Jika kamu menerima apa yang akan aku katakan kepadamu, maka aku akan mengawinkannya kepadamu.” Musa bertanya: “Benda apakah ini?” Yitro menjawab: “Anak laki-laki pertama yang kamu lahirkan akan menjadi penyembah berhala, dan anak-anakmu berikutnya akan menjadi surga.” Musa menerima syarat Yitro ( Mehilta de-Rabbi Ismael Masekhta de-Amalek, Yitro 1). Penafsiran ini menjelaskan mengapa hanya satu putra Musa yang tidak disunat, dan mengapa mereka tidak berada dalam bahaya maut segera setelah kelahirannya, namun hanya setelah mereka meninggalkan rumah Yitro dan dibebaskan dari sumpahnya. Setelah Zipora melakukan penyunatan, ia mengambil kulupnya dan “menyentuh kakinya” (ayat 25). Kaki siapa yang dia sentuh? Para rabi menafsirkan kata-kata yang tidak jelas dalam ayat ini dengan cara yang berbeda-beda. Menurut salah satu posisi hermeneutis, Zipora menyentuh kaki Musa dan berkata kepadanya: “Ambillah balasan atas hutangmu.” Menurut pendekatan penafsiran lain, dia menyentuh kaki malaikat dan berkata: “Ini adalah puncak dari misimu.” Pemahaman yang ketiga adalah dia menyentuh tubuh anak itu, dan baru kemudian (ayat 26) “Dia membiarkannya” (JT Nedarim 3:9 , 38b). Tindakan Zipporah memunculkan diskusi Talmud tentang kemampuan perempuan dalam melakukan sunat. Kejadian 17:13 menyatakan “mereka harus disunat [ ha-yimol yimol , secara harafiah berarti, siapa yang disunat harus menyunat],” yang kemudian para rabi menyimpulkan bahwa hanya orang yang disunat yang boleh menyunat orang lain. Gagasan umum di kalangan para Rabi adalah bahwa seorang wanita memenuhi syarat untuk melakukan sunat; fakta bahwa dia sendiri tidak perlu disunat mengajarkan bahwa dia dianggap seolah-olah dia sudah disunat. Namun ada pandangan yang berlawanan dengan pendapat bahwa perempuan tidak dianggap sudah disunat; perintah ini tidak berlaku bagi perempuan, dan karena dia sendiri tidak disunat, maka dia tidak boleh menyunat orang lain. Para rabi mengajukan keberatan terhadap pandangan terakhir, berdasarkan kisah Zipora, yang menyunat putranya sendiri, sebagaimana diceritakan dalam ay 25: “dia mengambil [ va-tikah ] [...] dan dia memotong [ va- tikhrot ] [...].” Penentang sunat bagi perempuan merespons dengan menyuarakan kata-kata ini secara berbeda: va-takah (dia menyebabkan diambil), va-takhrat (dia menyebabkan dipotong), menyiratkan bahwa Zipora sendiri tidak menyunat anak laki-laki tersebut, tetapi memberitahu seseorang lain untuk melakukan ini untuknya. Penafsiran lain yang mendukung penolakan terhadap sunat oleh perempuan adalah Zipora yang memulai sunat tersebut, namun ada orang lain yang datang dan menyelesaikannya (BT Avodah Zarah 27a ). Sumber Talmud ini (meskipun dengan pandangan berlawanan) menyoroti keunikan Zipora, sebagai satu-satunya wanita dalam Alkitab yang dikatakan pernah melakukan sunat. Setelah melakukan ritual ini, Zipora berkata (ayat 26): “Mempelai laki-laki berdarah karena sunat [ la-mulot , dalam bentuk jamak],” yang darinya para rabi menyimpulkan dua unsur tata cara sunat: peri'ah ( mengungkap corona) dan zizin (cacahan corona yang membatalkan khitanan) (JT Nedarim 3:9 , 38b; Ulangan. Rabah [ed. Lieberman], Ki Teze 1, berbunyi: “milah [sunat; yakni tahapan dalam sunat] u- peri'ah ).

 Zipora

( Syafurah )


Lahir : Midian, tepi timur Teluk Aqaba, sebelah barat laut Saudi Arabia ?

Istri Nabi Musa as.

Menikah dengan Nabi Musa as : 1446 - 1440 SM.

Orang Tua : ♂️Yitro.

Saudara : ♂️Hobab.

Suami : ♂️Nabi Musa as.

Anak : ♂️Gersom, ♂️Eliezer.

Wafat : Kerajaan Kush, Afrika Utara ?

Makam : Makam Para Matriark, Tiberias, Israel.




Keterangan : 


Zipora (bahasa Ibrani: צִפוֹרָה, Modern Tsippora Tiberias Ṣippôrā; Yunani: Σεπφώρα Sephora; Arab: صِفُّورَةَ, صوانة Ṣaffūrah atau Safrawa; "burung"; Inggris: Zipporah atau Tzipora; dalam Islam disebut Syafurah صفورة) adalah istri Musa yang melahirkan 2 putranya: Gersom dan Eliezer, menurut catatan Kitab Keluaran di Alkitab Ibrani dan Perjanjian Lama Alkitab Kristen. Ia lahir di tanah Midian, salah satu dari 7 putri seorang imam di Midian. Ayahnya bernama Rehuel atau Yitro dan saudara laki-lakinya bernama Hobab.


Pertemuan dengan Musa


Musa melarikan diri ke tanah Midian dari Mesir ketika berusia 40 tahun, setelah membunuh seorang Mesir untuk membela orang Ibrani yang disiksa. Sesampai di Midian, Musa duduk di tepi sebuah sumur. Imam di Midian mempunyai 7 putri yang saat itu datang menimba air dan mengisi palungan-palungan untuk memberi minum kambing domba ayahnya. Datanglah gembala-gembala yang mengusir mereka, lalu Musa bangkit menolong perempuan-perempuan itu melawan para gembala dan memberi minum kambing domba mereka. Ketika mereka sampai kepada Rehuel, ayah mereka, berkatalah ia: "Mengapa selekas itu kamu pulang hari ini?" Jawab mereka: "Seorang Mesir menolong kami terhadap gembala-gembala, bahkan ia menimba air banyak-banyak untuk kami dan memberi minum kambing domba." Ia berkata kepada anak-anaknya: "Di manakah ia? Mengapakah kamu tinggalkan orang itu? Panggillah dia makan." Musa bersedia tinggal di rumah itu. Lalu Rehuel memberikan Zipora, anaknya, kepada Musa sebagai istrinya. Zipora melahirkan untuk Musa putra sulungnya, Gersom (dinamakan oleh Musa demikian karena Musa berkata: "Aku telah menjadi seorang pendatang di negeri asing."), dan yang seorang lagi bernama Eliezer, sebab kata Musa: "Allah bapaku adalah penolongku dan telah menyelamatkan aku dari pedang Firaun." Musa hidup menggembalakan kambing domba mertuanya selama 40 tahun.


Perjalanan ke Mesir


Setelah berjumpa dengan TUHAN dalam bentuk semak duri yang menyala tetapi tidak terbakar, Musa disuruh TUHAN kembali ke Mesir. Musa berkata kepada Yitro, mertuanya: "Izinkanlah kiranya aku kembali kepada saudara-saudaraku, yang ada di Mesir, untuk melihat apakah mereka masih hidup." Yitro berkata kepada Musa: "Pergilah dengan selamat." Kemudian Musa mengajak isteri dan anak-anaknya lelaki, lalu menaikkan mereka ke atas keledai dan ia kembali ke tanah Mesir; dan tongkat Allah itu dipegangnya di tangannya. Tetapi di tengah jalan, di suatu tempat bermalam, TUHAN bertemu dengan Musa dan berikhtiar untuk membunuhnya. Lalu Zipora mengambil pisau batu, dipotongnya kulit khatan anaknya, kemudian disentuhnya dengan kulit itu kaki Musa sambil berkata: "Sesungguhnya engkau pengantin darah bagiku." Lalu TUHAN membiarkan Musa. "Pengantin darah," kata Zipora waktu itu, karena mengingat sunat itu. Tidak dijelaskan apa yang terjadi kemudian, tetapi dari catatan selanjutnya, diduga bahwa Zipora disuruh Musa pulang membawa kembali anak-anaknya ke Midian, sedangkan Musa meneruskan perjalanan ke Mesir dan bertemu dengan Harun di tengah jalan.


Pertemuan kembali dengan Musa


Setelah TUHAN telah membawa orang Israel keluar dari Mesir di bawah pimpinan Musa, maka kedengaranlah kepada Yitro, imam di Midian, mertua Musa, segala yang dilakukan Allah kepada Musa dan kepada Israel, umat-Nya. Lalu Yitro, mertua Musa, membawa serta Zipora, isteri Musa, dan kedua putranya, Gersom dan Eliezer, sampai kepada Musa di padang gurun, tempat ia berkemah dekat gunung Allah. Disuruhnyalah mengatakan kepada Musa: "Aku, mertuamu Yitro, datang kepadamu membawa isterimu beserta kedua anaknya." Lalu keluarlah Musa menyongsong mertuanya itu, sujudlah ia kepadanya dan menciumnya; mereka menanyakan keselamatan masing-masing, lalu masuk ke dalam kemah. Setelah Musa selesai bercerita, bersukacitalah Yitro tentang segala kebaikan, yang dilakukan TUHAN kepada orang Israel, bahwa Ia telah menyelamatkan mereka dari tangan orang Mesir. Dan Yitro, mertua Musa, mempersembahkan korban bakaran dan beberapa korban sembelihan bagi Allah; lalu Harun dan semua tua-tua Israel datang untuk makan bersama-sama dengan mertua Musa di hadapan Allah. Yitro memberikan sejumlah nasihat kepada Musa, kemudian Musa membiarkan mertuanya itu pergi dan ia pulang ke negerinya.


Keturunan


Musa dan Zipora mempunyai 2 putra: Gersom dan Eliezer. Anak-anak Musa, abdi Allah itu, digolongkan kepada suku Lewi. Anak Gersom ialah Sebuel, seorang kepala. Anak Eliezer ialah Rehabya, seorang kepala; Eliezer tidak mempunyai anak-anak lain, tetapi anak-anak Rehabya luar biasa banyaknya.


Perempuan Kush


Di dalam Kitab Bilangan 12 dicatat bahwa Miryam dan Harun, kakak-kakak Musa, mengatai Musa berkenaan dengan perempuan Kush yang diambilnya, sebab memang ia telah mengambil seorang perempuan Kush. Kerajaan Kush dianggap sama dengan Nubia yang terletak di Afrika Utara. Keturunan Kush menurut Kitab Kejadian berasal dari Ham, putra Nuh, di mana anak-anak cucunya disebut Kushim, bahasa Ibrani untuk orang yang berkulit hitam (terutama dari Afrika). Sebutan ini juga sering dipakai untuk orang-orang Midian yang berkulit gelap. Muncul perdebatan di kalangan ahli-ahli kitab Yahudi, apakah yang disebut perempuan Kush ini Zipora atau wanita lain. Sejarahwan Flavius Yosefus menulis mengenai perempuan Kush yang diambil isteri oleh Musa sebelum melarikan diri ke Midian, waktu Musa masih tinggal di istana dan menjadi jenderal Mesir dalam penyerangan ke daerah selatan Mesir. Namun banyak pakar Alkitab yang berpendapat bahwa Zipora adalah perempuan Kush itu, karena tidak ada catatan bahwa Musa beristeri lebih dari satu.


Zipora di penginapan


Zipora di penginapan adalah nama yang diberikan kepada sebuah peristiwa yang dikisahkan dalam tiga ayat dari Kitab Keluaran. Pasal yang banyak diperdebatkan tersebut adalah salah satu peristiwa paling membingungkan dalam Pentateukh.


Pasal


Ayat-ayat yang dipertanyakan adalah Keluaran 4:24–26, konteksnya adalah Musa, istrinya Zipora dan para putra mereka yang bermalam di penginapan dalam perjalanan mereka dari Midian ke Mesir untuk memberitahukan Sepuluh Tulah Mesir kepada Firaun:


Teks Kodeks Leningrad:


24. ויהי בדרך במלון ויפגשהו יהוה ויבקש המיתו׃

25. ותקח צפרה צר ותכרת את־ערלת בנה ותגע לרגליו ותאמר כי חתן־דמים אתה לי׃

26. וירף ממנו אז אמרה חתן דמים למולת׃ פ

Terjemahan:


24. Tetapi di tengah jalan, di suatu tempat bermalam, TUHAN bertemu dengan Musa dan berikhtiar untuk membunuhnya.

25. Lalu Zipora mengambil pisau batu, dipotongnya kulit khatan anaknya, kemudian disentuhnya dengan kulit itu kaki Musa sambil berkata: "Sesungguhnya engkau pengantin darah bagiku."

26. Lalu TUHAN membiarkan Musa. "Pengantin darah," kata Zipora waktu itu, karena mengingat sunat itu.


Apa Artinya “Zippora”?


Zipporah secara harfiah berarti “burung”, dan seperti darah burung yang menyucikan rumah yang terkena kusta, Zipporah membersihkan rumah ayahnya dari berhala. 1 Atau, seperti burung yang dikagumi karena keindahannya, begitu pula Zipora dikagumi karena keindahannya. 


3 Alasan Mengapa Zipora, Istri Musa, Bukan Orang Afrika


Saya sudah menulis sebelumnya bahwa Yesus bukan orang kulit hitam , dan Zipora, salah satu istri Musa dalam Kitab Suci (pernyataan ini cukup kontroversial), juga bukan orang kulit hitam. Saya bahkan menyampaikan khotbah tentang hal itu. Namun, saya menemukan pernyataan baru-baru ini di berita sebagai alasan untuk meninjau kembali isu tersebut sekali lagi.


Pastor Keion Henderson dari Lighthouse Church & Ministries di Houston, Texas kembali menjadi sorotan di postingan ini karena pernyataannya tidak hanya mengenai “mama Musa berkulit hitam” tetapi juga pernyataannya bahwa Zipporah “adalah seorang wanita kulit hitam. Alkitab mengatakan dalam Bilangan pasal 12, dia adalah orang Kush. Dan wilayah Kush berada di antara Sudan dan tempat-tempat itu, Somalia di Afrika, dan Alkitab bahkan mengatakan bahwa kulitnya menjadi hitam karena sinar matahari.”


Dalam postingan terbaru saya (lihat tautan mama Musa di atas), saya telah membuang anggapan bahwa ibu Musa adalah orang lain selain Yahudi, dan bahwa lahir di Mesir tidak menjadikannya orang Afrika. Dia menjadi seorang Yahudi karena “kisah nenek moyangnya” (nenek moyang), bukan karena keadaan geografisnya sendiri. Dia mungkin warga negara Mesir, tapi dia bukan orang Mesir (seperti, dia tidak memiliki keturunan Mesir karena ayahnya, Lewi, adalah seorang Yahudi). Anda dapat mengambil contoh seorang Yahudi yang lahir di Italia, seorang Yahudi yang lahir di Etiopia, dan seorang Yahudi yang lahir di Meksiko, dan itu tidak mengubah fakta bahwa ketiganya adalah orang Yahudi, terlepas dari mana mereka dilahirkan. Saya, misalnya, orang Amerika, tapi “Amerika” bukanlah etnis/ras, tapi negara, lokasi geografis. Bahkan istilah “Penduduk Asli Amerika” bersifat historis karena mengacu pada orang Amerika paling awal (yang diyakini Christopher Columbus berasal dari India), namun etnis orang Amerika paling awal adalah orang Asia, dari Asia, lebih khusus lagi, India Timur, tepatnya. . Asia, Afrika, dan Eropa adalah sebutan ras berbeda yang penting. Perbedaan tersebut valid dan penting.


Dalam postingan kali ini, kita akan melihat klaim dari Pendeta Keion Henderson yang mengatakan 1) Zipporah berkulit hitam dan 2) Zipporah adalah wanita yang disebutkan dalam Bilangan pasal 12.


Ayah Zipora, Yitro, adalah orang Midian


Zipora tidak berkulit hitam karena pada awalnya, ayahnya, Yitro, adalah pendeta Midian, dan dengan demikian, adalah seorang Midian. Bangsa Midian berasal dari Gurun Arab, yang berada di barat daya Asia menurut Encyclopedia Brittanica . Asia Barat Daya, bukan Afrika Barat Daya. Jadi, silsilah Ziporah akan didasarkan pada orang tuanya karena “leluhur” adalah “kisah leluhur”. Zipora, menurut Kitab Suci, adalah putri Yitro yang diberikan Yitro kepada Musa sebagai istrinya (Keluaran 2:21).


Midian tidak dianggap orang Afrika, tetapi orang Asia. Saya akan menguraikan lebih lanjut tentang ini di bagian berikutnya.


Angka 12 mengacu pada orang Afrika; Ziporah adalah orang Asia dan orang Midian


Bilangan Bab 12 mengacu pada orang Afrika; dalam hal itu, Pendeta Keion Henderson benar. Namun, pemahamannya tentang Angka 12 salah karena dua alasan. Pertama, dia hanya menyebut orang dalam Bilangan 12 sebagai orang Kushi saja, orang Afrika belaka. Namun, Alkitab lebih spesifik dari ini: tidak hanya memberikan ras dari individu tersebut, tetapi juga memberitahu kita bahwa istri tertentu yang disebutkan dalam Bilangan 12 bukan hanya orang Afrika tetapi juga orang Etiopia: yaitu, dari negara tertentu di Afrika. Septuaginta (LXX), terjemahan Perjanjian Lama dalam bahasa Yunani, mengatakan bahwa istri Bilangan 12, dalam bahasa Yunani, adalah “seorang wanita Etiopia.” Lihat ayat Septuaginta untuk Bilangan 12:1 di bawah:


Jika tidak, Anda tidak akan dapat melakukan hal ini ς Αἰθιοπίσσης ἣν ἔλαβε Μωυσῆς, ὅτι γυναῖκα Αἰθιόπισσαν ἔλαβε


BILANGAN 12:1, SEPTUAGINTA (ATAU LXX)

Μαριὰμ mengacu pada Miriam, ᾿Ααρὼν mengacu pada Harun, dan Μωυσῆ mengacu pada Musa. Miriam berbicara (Yunani ἐλάλησε) dengan Harun melawan Musa, karena wanita (Yunani γυναικὸς) yang dia terima (atau dijadikan istrinya, dinikahi) adalah orang Etiopia (Yunani Αἰθιοπίσσης) karena dia adalah seorang wanita Etiopia. Kata Yunani Αἰθιοπίσσης, yang ditransliterasikan menjadi “AithiopissEs,” mengacu pada “Etiopia.” Istri Musa adalah orang Etiopia, dan inilah satu-satunya hal yang dibenci Miriam terhadap istri Musa: ia orang Etiopia, ia orang Afrika.


Sekarang, ini menjadi masalah karena Zipora, menurut apa yang disebutkan di atas, bukanlah orang Etiopia; dia adalah orang Midian, putri Yitro, imam Midian. Bagaimana dia bisa berasal dari Midian, di Asia barat daya, namun sekaligus menjadi orang Etiopia? Dia bukan dari Etiopia. Wanita yang menjadi istri Musa di Bilangan 12 berasal dari Etiopia. Ingat orang Mesir? Mereka orang Afrika dan mereka memperbudak orang-orang Yahudi.


Mengapa Miriam berani berbicara menentang seorang wanita Etiopia? Saya telah berkhotbah dalam khotbah sebelumnya bahwa Miriam adalah seorang rasis (dan mungkin memang demikian), namun saya berpikir sejak khotbah itu bahwa mungkin ada alasan-alasan lain mengapa ia menentang Musa menikah dengan orang Etiopia: mungkin 1) ia tidak menginginkan Musa menikah di luar asal usul Yahudinya; mungkin 2) dia memiliki masalah dengan identitas wanita Etiopia dan ras Afrika karena orang Afrika (Mesir) telah memperbudak orang Yahudi. Dia tidak ingin Musa menikah dengan ras yang telah memperbudak mereka, karena baginya, itu sama saja dengan jatuh cinta pada penindasnya.


Ada beberapa keluarga Afrika-Amerika yang mengajari anak-anak mereka untuk “menikah sesuai ras mereka”, yaitu, sama seperti mereka orang Afrika, menikah dengan orang Afrika. Saya mengatakan ini dari pengalaman pribadi. Jadi, mungkin Miriam ingin Musa menemukan istri lain yang cocok untuknya yang berasal dari keturunan Yahudi. Zipora berasal dari Midian, dan Midian adalah sepupu orang Yahudi, karena Midian, kepala bangsanya, adalah putra Abraham dengan istrinya Ketura sebagaimana Ishak adalah putranya melalui Sarah (Kejadian 25:2). Miriam tidak akan menentang Musa menikahi Zipora karena, pertama, Musa menikahi Zipora sebelum Musa kembali ke Mesir; kedua, Musa dan Zipora telah menikah selama bertahun-tahun sebelum dia dan Miriam bersatu kembali. Mengapa dia mengatakan sesuatu yang menentang istri yang telah membangun kehidupannya sebelum dipakai oleh Tuhan di Mesir untuk membebaskan umat-Nya?


Selanjutnya Zipora adalah sepupu Musa, Miriam, dan Harun karena Midian adalah anak Abraham, sama seperti mereka adalah keturunan Abraham. Jika Abraham menikahi saudara tirinya (Kejadian 20:12), mengapa Miriam menentang Musa menikahi sepupu mereka (Zipora)?


Miriam tidak akan menentang istri dari anak-anaknya. Namun dia akan menentang istri baru jika Zipora sudah meninggal karena dia tidak tahu apa-apa tentang istri barunya, dan istri baru tersebut kemungkinan besar berada di kelompok orang percaya yang melarikan diri dari Mesir karena kematian anak sulungnya. Wanita Etiopia yang baru ini, wanita Afrika ini, pastilah seorang yang takut akan Tuhan, dan hal itu, ditambah dengan duka atas kehilangan Zipora, akan menggerakkan Zipora untuk menikahinya.


Selain itu, mungkin (jika kita dapat membayangkannya) dia mungkin telah memberi tahu Musa sesuatu seperti ini, “Ingatlah ayah kami, Abraham, bagaimana dia tidak menaati suara Tuhan ketika dia pergi menemui Hagar, pembantunya, alih-alih mendengarkan suara Tuhan. Tuhan dan menunggu kelahiran ayah kami Ishak melalui istrinya, Sarah? Tidakkah menurutmu kamu sedikit terburu-buru?” Hal ini masuk akal mengingat Hagar adalah orang Mesir. Orang Etiopia tidak jauh berbeda dengan orang Mesir.


Mungkin ada alasan lain, tapi intinya wanita tersebut adalah orang Etiopia. Sekarang, ini bukan hanya seseorang yang berasal dari suku Kush, namun seseorang yang secara spesifik berasal dari tanah Etiopia: yaitu Afrika Timur. Dia orang Afrika, dan itu merupakan masalah bagi Miriam yang bangga menjadi orang Ibrani. Saya menggunakan istilah “Yahudi” saat ini untuk menghormati bangsa saya, dan untuk mengakui lingkungan akademis dan sekuler, meskipun istilah alkitabiah untuk bangsa saya adalah bahasa Ibrani . Ya, saya juga bangga menyandang keturunan Yahudi.


Tidak salah jika menggunakan kata “Etiopia”, karena Etiopia sudah ada jauh sebelum negara ini merdeka pada tahun 1942. Etiopia sudah ada sejak 3-5 juta tahun yang lalu, jauh sebelum Alkitab diciptakan. Bahkan Herodotus, yang lahir pada abad ke-5 SM, menyebutkan Ethiopia dalam tulisannya, menurut Stockton University:



Mengenai Etiopia, di sebelah barat Arab, Herodotus memberikan gambaran ringkasnya: “negeri ini menghasilkan

emas dalam jumlah besar, mempunyai banyak sekali gajah, semua pohon di hutan, dan kayu eboni; dan

laki-lakinya adalah yang paling tinggi, paling tampan, dan berumur paling panjang.”


HTTPS://STOCKTON.EDU/HELLENIC-STUDIES/DOCUMENTS/CHS-SUMMARIES/KANTZIOS96.PDF

Etiopia sudah ada jauh sebelum disebutkan dalam Bilangan 12. Jadi, ketika Musa menulis bahwa Miriam mempunyai masalah dengan dia karena dia menikahi seorang wanita Etiopia, yang dia maksud adalah apa yang dia tulis: istri keduanya berasal dari Etiopia, sebuah negara Afrika di Afrika Timur . Dia bukan hanya orang Afrika. Dia bukan hanya orang Kushi, tetapi berasal dari negara tertentu di Afrika.


Saya ingin tegaskan kembali: Istri kedua Musa, setelah kematian Zipora (dia harus mati karena Musa tidak akan membuat marah Tuhan dengan menikahi wanita kedua selama istri pertamanya masih hidup), berasal dari Etiopia. Ini mungkin adalah istri baru yang dinikahi Musa, dan wanita ini, yang merupakan orang Etiopia (dan bukan Midian, seperti Zipora), akan membuat marah Miriam karena istri kedua ini adalah seorang wanita Afrika dan mungkin bukan wanita Yahudi. Mungkin dia berpikir Musa sebaiknya menikah dengan bangsanya sendiri yang telah merdeka, dan bukan dengan “orang asing” yang takut akan Tuhan. Mungkin itu adalah pilihannya sendiri, namun bagaimanapun juga, Tuhan tidak senang dengan cara dia berbicara menentang Musa (Bilangan 12:1-15).


Etiopia sudah ada jauh sebelum Bilangan 12, dan isu Miriam bertentangan dengan wanita Etiopia. Mungkin dia marah terhadap Musa dan karunia kenabiannya karena dia berpikir bahwa, karena dia adalah salah satu nabi Allah, maka Allah berbicara kepadanya sebagaimana Dia berbicara kepada Musa. Tidak demikian, kata Tuhan.


Perpanjangan hidup Zipporah dalam Sepuluh Perintah Allah karya Cecil B. DeMille (1956)


Yang pasti, saya telah menyebutkan bahwa Ziporah kemungkinan besar telah meninggal pada saat Musa menikah lagi di Bilangan 12. Itu karena, seperti dikatakan sebelumnya, Musa tidak ingin membuat marah Tuhan dengan menikahi wanita kedua selama istri pertamanya masih hidup. Namun ada alasan lain mengapa Zipporah tidak berkulit hitam - dan ini berkaitan dengan karya Cecil DeMille dalam film yang masih membuatnya terkenal hingga saat ini, The Ten Commandments .


Apa alasannya?


DeMille mengabadikan Ziporah dan memperpanjang umurnya hingga Musa akan mati dan orang-orang harus menyeberangi Sungai Yordan menuju Tanah Perjanjian.


Beberapa orang mungkin berpikir bahwa hal ini mengarah pada argumen yang berlawanan (yaitu, DeMille mengira Zipporah adalah wanita Etiopia juga), namun sebenarnya tidak demikian. Alasannya? Zipora bukan orang Afrika. Dalam penggambaran DeMille di layar, Zippora adalah seorang wanita kulit berwarna (dan dia cantik, tidak diragukan lagi), tapi dia bukan orang Afrika Etiopia. Zipora tidak digambarkan sebagai wanita berkulit gelap. Musa tidak digambarkan sebagai pria berkulit gelap, meski sejumlah kartun dan produksi seputar Musa membuatnya berkulit gelap. Bagaimanapun, saat itu tahun 1956, dan menempatkan seorang wanita Afrika yang bonafid sebagai istri baru Musa pasti akan menyinggung perasaan orang-orang Eropa yang rasis dan tidak akan suka melihatnya. Pada tahun 1950-an, warga Amerika keturunan Afrika masih belum sepenuhnya diakui setara dengan warga kulit putih Amerika. Rasisme masih parah, dan diperlukan Gerakan Hak-Hak Sipil tahun 1960-an untuk memperbaikinya.


Tapi DeMille tertarik pada sesuatu ketika dia “menghidupkan kembali” Zipporah dan melanjutkan tahun-tahunnya di layar: dia melakukannya agar dia tidak perlu memasukkan wanita Ethiopia itu ke dalam peran utama. Zipora dirancang untuk menjaga agar orang Etiopia tidak terlihat. Jika Ziporah adalah orang Etiopia, mengapa dia menampilkannya di layar? Fakta bahwa DeMille menampilkan Ziporah di layar menunjukkan bahwa, menurut perkiraannya, dia dan wanita Etiopia itu adalah dua individu yang berbeda. Bahkan DeMille tidak setuju dengan anggapan Pendeta Henderson bahwa Zipporah adalah orang Etiopia. DeMille dan saya tidak setuju untuk tidak menampilkan orang Etiopia tersebut, namun saya setuju dengan asumsi mendasar di balik keputusan tersebut (yaitu, Zipora dan orang Etiopia tersebut bukanlah orang yang sama).


Ziporah Menyunat Anaknya


Dalam kisah Alkitab, ketika Musa dan Zipora sedang dalam perjalanan ke Mesir, mereka menginap di “perkemahan malam”, di mana mereka berada dalam bahaya maut: “Tuhan menemui dia dan berusaha membunuhnya” (Mantan. 04:24 ). Predikat ayat ini tidak jelas. Ini mungkin merujuk pada anak tersebut, karena sebagai tanggapannya Zipora memotong kulup putranya dan dengan demikian menyelamatkan nyawanya. Namun penafsiran lain menyebutkan bahwa bahaya ini menimpa Musa, dan untuk menyelamatkannya, Zipora menyunat putra mereka. Pemahaman terakhir ini didasarkan pada pernyataan Zipora pada ayat berikut (25) bahwa “engkau benar-benar mempelai laki-laki sedarah bagiku,” yang ditujukan kepada “mempelai laki-lakinya”, Musa.


Kedua kemungkinan tersebut muncul dalam eksposisi midrashic. Salah satunya adalah bahwa Setan berusaha membunuh bayi yang tidak disunat, dan sebutan “pengantin laki-laki [ hatan ] darah” diberikan kepada anak itu sendiri, yang dengan demikian menjadi hatan (gelar yang diberikan kepada anak yang disunat). Posisi kedua adalah bahwa Musa lalai mengenai sunat putranya. “Af dan Hemah” (malaikat penghancur “murka” dan “kemarahan”) datang dan menelan Musa, hanya menyisakan kakinya. Bagaimana Zipora mengetahui bahwa nyawa Musa terancam karena sunat tersebut? Ketika dia melihat bahwa mereka menelannya sampai tempat penyunatan, dia memahami bahayanya, mengambil sepotong batu api dan memotong kulup putranya, kemudian para malaikat penghancur melepaskan cengkeraman mereka pada Musa (BT Nedarim 32a ; Mantan. Raba 5:8 ).


Midrash menjelaskan bagaimana Musa dan Zipora bisa mempunyai anak laki-laki yang belum disunat. Ketika Musa meminta Yitro untuk mengawini Ziporah, putrinya, Yitro mengatakan kepadanya, ”Jika kamu menerima apa yang akan aku katakan kepadamu, maka aku akan mengawinkannya kepadamu.” Musa bertanya: “Benda apakah ini?” Yitro menjawab: “Anak laki-laki pertama yang kamu lahirkan akan menjadi penyembah berhala, dan anak-anakmu berikutnya akan menjadi surga.” Musa menerima syarat Yitro ( Mehilta de-Rabbi Ismael Masekhta de-Amalek, Yitro 1). Penafsiran ini menjelaskan mengapa hanya satu putra Musa yang tidak disunat, dan mengapa mereka tidak berada dalam bahaya maut segera setelah kelahirannya, namun hanya setelah mereka meninggalkan rumah Yitro dan dibebaskan dari sumpahnya.


Setelah Zipora melakukan penyunatan, ia mengambil kulupnya dan “menyentuh kakinya” (ayat 25). Kaki siapa yang dia sentuh? Para rabi menafsirkan kata-kata yang tidak jelas dalam ayat ini dengan cara yang berbeda-beda. Menurut salah satu posisi hermeneutis, Zipora menyentuh kaki Musa dan berkata kepadanya: “Ambillah balasan atas hutangmu.” Menurut pendekatan penafsiran lain, dia menyentuh kaki malaikat dan berkata: “Ini adalah puncak dari misimu.” Pemahaman yang ketiga adalah dia menyentuh tubuh anak itu, dan baru kemudian (ayat 26) “Dia membiarkannya” (JT Nedarim 3:9 , 38b).


Tindakan Zipporah memunculkan diskusi Talmud tentang kemampuan perempuan dalam melakukan sunat. Kejadian 17:13 menyatakan “mereka harus disunat [ ha-yimol yimol , secara harafiah berarti, siapa yang disunat harus menyunat],” yang kemudian para rabi menyimpulkan bahwa hanya orang yang disunat yang boleh menyunat orang lain. Gagasan umum di kalangan para Rabi adalah bahwa seorang wanita memenuhi syarat untuk melakukan sunat; fakta bahwa dia sendiri tidak perlu disunat mengajarkan bahwa dia dianggap seolah-olah dia sudah disunat. Namun ada pandangan yang berlawanan dengan pendapat bahwa perempuan tidak dianggap sudah disunat; perintah ini tidak berlaku bagi perempuan, dan karena dia sendiri tidak disunat, maka dia tidak boleh menyunat orang lain. Para rabi mengajukan keberatan terhadap pandangan terakhir, berdasarkan kisah Zipora, yang menyunat putranya sendiri, sebagaimana diceritakan dalam ay 25: “dia mengambil [ va-tikah ] [...] dan dia memotong [ va- tikhrot ] [...].” Penentang sunat bagi perempuan merespons dengan menyuarakan kata-kata ini secara berbeda: va-takah (dia menyebabkan diambil), va-takhrat (dia menyebabkan dipotong), menyiratkan bahwa Zipora sendiri tidak menyunat anak laki-laki tersebut, tetapi memberitahu seseorang lain untuk melakukan ini untuknya. Penafsiran lain yang mendukung penolakan terhadap sunat oleh perempuan adalah Zipora yang memulai sunat tersebut, namun ada orang lain yang datang dan menyelesaikannya (BT Avodah Zarah 27a ). Sumber Talmud ini (meskipun dengan pandangan berlawanan) menyoroti keunikan Zipora, sebagai satu-satunya wanita dalam Alkitab yang dikatakan pernah melakukan sunat.


Setelah melakukan ritual ini, Zipora berkata (ayat 26): “Mempelai laki-laki berdarah karena sunat [ la-mulot , dalam bentuk jamak],” yang darinya para rabi menyimpulkan dua unsur tata cara sunat: peri'ah ( mengungkap corona) dan zizin (cacahan corona yang membatalkan khitanan) (JT Nedarim 3:9 , 38b; Ulangan. Rabah [ed. Lieberman], Ki Teze 1, berbunyi: “milah [sunat; yakni tahapan dalam sunat] u- peri'ah ).

No comments:

Post a Comment