09 May 2024

Belanda Mengurusi Khitan dan Jodoh Sultan Yogyakarta Setelah Diponegoro Ditangkap, Ada Apa? ________________________________________________ Diponegoro tersingkir dari keraton gara-gara campur tangan Belanda di keraton. Rasiden Yogyakarta bersama Patih Danurejo dengan dukungan ibunda Sultan Hamengkubuwono V, mengatur jalannya pemerintahan. Padahal, sebagai wali Sultan Yogyakarta, seharusnya Pangeran Diponegoro dan Pangeran Mangkubumi yang menjalankan itu. Awalnya, ibunda Hamengkubuwono V tidak rela jika Diponegoro yang duduk di singgasana saat acara gerebek. Maka, yang duduk akhirnya adalah Residen Yogyakarta. Bahkan setelah Diponegoro ditangkap, Residen Yogyakarta pun yang mengurusi pendidikan Sultan, bahkan khitan dan jodoh Sultan Yogyakarta pun diurus oleh residen Belanda itu. Sri Sultan Hamengkubuwono V naik tahta pada Desember 1822 ketika berusia dua tahun. Ia merupakan anak Hamengkubuwono IV yang meninggal pada 1822 pada usia 20 tahun. Hamengkubuwono IV merupakan anak dari Hamengkubuwono III. Hamengkubuwono IV adalah adik Pangeran Diponegoro. Setahun setelah Perang Jawa pecah, Belanda menurunkannya dan tahta diberikan kepada Sultan Sepuh (Sri Sultan Hamengkubuwono II). Perang Jawa dipimpin oleh Diponegoro pada 1825-1830. Sultan Sepuh meninggal pada 1928. Tahta diberikan lagi kepada Hamengkubuwono V yang sudah berusia delapan tahun. Pada 1830 Sultan berusia 10 tahun. Belanda sudah menangkap Diponegoro, maka semakin jauh campur tangannya di keraton. Selain menentukan batas wilayah keraton, mengambil alih wilayah mancanegara, mengatur keuangan keraton, juga mereorganisasi keraton. Wali Sultan diganti dengan Dewan Kerajaan. Dewan Kerajaan berisi tiga pangeran Yogyakarta dan pejabat Belanda di Yogyakarta, yaitu residen dan asisten residen. Pada saat Hamengkubuwono berusia 13 tahun pada 1833, Residen Yogyakarta FG Valck mengurusi masalah khitan Sultan dan mengusulkan agar Sultan segera menikah. Rasiden Valck menyediakan putri Raden Tumenggung Purbokusumo sebagai calon istrinya. Purbokusumo adalah cucu Sri Sultan Hamengkubuwono III dari Pangeran Ngabehi. Raden Ajeng Suradinah, putri Purbukusumo, ia anggap sangat cocok sebagai jodoh Sultan Yogyakarta itu. Dari garis ibu, Suradinah merupakan cucu Sultan Sepuh. Suradinah memiliki hubungan dengan Pakualaman. Pakualaman menjadi wilayah otonom ketika Inggris menyerbu keraton Yogyakarta pada masa sultannya adalah ayah Diponegoro, Hamengkubuwono III. Suradinah juga dianggap oleh pejabat Belanda itu, Residen Valck, melebihi putri-putri lainnya. Itu sebabnya, Residen Valck antusias mengurusi khitan Sultan Yogyakarta dan kemudian bicara jodh Sultan. Banyak yang menentang rencana Residen Valck ini. Termasuk dari Ratu Mas, nenek Hamengkubuwono V. Residen Valck tak senang ada penentangan. Ia mengancam bahwa kekuasaan kolonial bisa turun tangan jika keinginanya tidak terpenuhi. Residen Valck juga camour tangan dalam pendidikan Hamengkubuwono V. Ia merasa perlu mempersiapkan pendidikannya, agar Hamengkubuwono V siap saat harus menjalankan pemerintahnnya kelak. Hamengkubuwono V dilepas dari perwalian lewat Dewan Kerajaan setelah berusia 16 tahun. Yaitu pada than 1836. “Selama Valck menjabat di Yogya, Sultan membuat banyak kemajuan dalam keterampilan-keteranpilan, pengetahuan, dan tata laku yang baik, berkat perhatian dan kasih sayang residen dan para pengampu, dan instruksi-instruksi Hasan Said,” kata Vincent JH Houben. Residen Valck menunjuk Hasan Said sebagai tutor Hamengkubuwono V. Ia memiliki pengetahuan agama Islam dan memahami tata yang baik dan buruk secara benar. Pemberian pendidikan kepada Hamengkubuwono V ini menghapus segala kecurigaan terhadap Valck atas rencana menyiapkan jodoh untuk Sultan Yogyakarta itu. Yaitu putri Purbokusumo. Residen Valck menyatakan, usulan pernikahan itu sebenarnya merupakan keinginan langsung dari komisaris jenderal. Akhirnya, pada 14 November 1834, Hamengkubuwono V menikah dengan Suradinah, putri Purbokusumo. Menurut pejabat Belanda itu, Residen Valck, pernikahan ini menjadikan Sultan Yogyakarta itu tidak hanya memiliki putri yang baik budi. Namun, juga akan membuat Yogyakarta semakin sejahtera. Residen Valck senang akhirnya urusan khitan dan kemudian jodoh yang ia siapkan untuk Sultan Hamengkubuwono V diterima oleh keraton. Bagaimana tanggapan sultan yang masih keponakan Diponegoro itu? “Di kemudian hari, pernyataan Hamengkubuwono bahwa Valck memaksakan istri kepadanya, sedikit menjelaskan pujian-pujian Valck mengenai diri sang putri,” ujar Vincent JH Houben. Ma Roejan Sumber rujukan: - Keraton dan Kompeni, karya Vincent JH Houben (2002) - Serat Raja Putra Ngayogyakarta Hadiningrat, penyusun KPH Mandoyokusumo (1988).

 Belanda Mengurusi Khitan dan Jodoh Sultan Yogyakarta Setelah Diponegoro Ditangkap, Ada Apa?

________________________________________________


Diponegoro tersingkir dari keraton gara-gara campur tangan Belanda di keraton. Rasiden Yogyakarta bersama Patih Danurejo dengan dukungan ibunda Sultan Hamengkubuwono V, mengatur jalannya pemerintahan.


Padahal, sebagai wali Sultan Yogyakarta, seharusnya Pangeran Diponegoro dan Pangeran Mangkubumi yang menjalankan itu. Awalnya, ibunda Hamengkubuwono V tidak rela jika Diponegoro yang duduk di singgasana saat acara gerebek.


Maka, yang duduk akhirnya adalah Residen Yogyakarta. Bahkan setelah Diponegoro ditangkap, Residen Yogyakarta pun yang mengurusi pendidikan Sultan, bahkan khitan dan jodoh Sultan Yogyakarta pun diurus oleh residen Belanda itu.



Sri Sultan Hamengkubuwono V naik tahta pada Desember 1822 ketika berusia dua tahun. Ia merupakan anak Hamengkubuwono IV yang meninggal pada 1822 pada usia 20 tahun.


Hamengkubuwono IV merupakan anak dari Hamengkubuwono III. Hamengkubuwono IV adalah adik Pangeran Diponegoro.


Setahun setelah Perang Jawa pecah, Belanda menurunkannya dan tahta diberikan kepada Sultan Sepuh (Sri Sultan Hamengkubuwono II). Perang Jawa dipimpin oleh Diponegoro pada 1825-1830.


Sultan Sepuh meninggal pada 1928. Tahta diberikan lagi kepada Hamengkubuwono V yang sudah berusia delapan tahun.


Pada 1830 Sultan berusia 10 tahun. Belanda sudah menangkap Diponegoro, maka semakin jauh campur tangannya di keraton.


Selain menentukan batas wilayah keraton, mengambil alih wilayah mancanegara, mengatur keuangan keraton, juga mereorganisasi keraton. Wali Sultan diganti dengan Dewan Kerajaan.


Dewan Kerajaan berisi tiga pangeran Yogyakarta dan pejabat Belanda di Yogyakarta, yaitu residen dan asisten residen. Pada saat Hamengkubuwono berusia 13 tahun pada 1833, Residen Yogyakarta FG Valck mengurusi masalah khitan Sultan dan mengusulkan agar Sultan segera menikah.


Rasiden Valck menyediakan putri Raden Tumenggung Purbokusumo sebagai calon istrinya. Purbokusumo adalah cucu Sri Sultan Hamengkubuwono III dari Pangeran Ngabehi.


Raden Ajeng Suradinah, putri Purbukusumo, ia anggap sangat cocok sebagai jodoh Sultan Yogyakarta itu. Dari garis ibu, Suradinah merupakan cucu Sultan Sepuh.


Suradinah memiliki hubungan dengan Pakualaman. Pakualaman menjadi wilayah otonom ketika Inggris menyerbu keraton Yogyakarta pada masa sultannya adalah ayah Diponegoro, Hamengkubuwono III.


Suradinah juga dianggap oleh pejabat Belanda itu, Residen Valck, melebihi putri-putri lainnya. Itu sebabnya, Residen Valck antusias mengurusi khitan Sultan Yogyakarta dan kemudian bicara jodh Sultan.


Banyak yang menentang rencana Residen Valck ini. Termasuk dari Ratu Mas, nenek Hamengkubuwono V.


Residen Valck tak senang ada penentangan. Ia mengancam bahwa kekuasaan kolonial bisa turun tangan jika keinginanya tidak terpenuhi.


Residen Valck juga camour tangan dalam pendidikan Hamengkubuwono V. Ia merasa perlu mempersiapkan pendidikannya, agar Hamengkubuwono V siap saat harus menjalankan pemerintahnnya kelak.


Hamengkubuwono V dilepas dari perwalian lewat Dewan Kerajaan setelah berusia 16 tahun. Yaitu pada than 1836.


“Selama Valck menjabat di Yogya, Sultan membuat banyak kemajuan dalam keterampilan-keteranpilan, pengetahuan, dan tata laku yang baik, berkat perhatian dan kasih sayang residen dan para pengampu, dan instruksi-instruksi Hasan Said,” kata Vincent JH Houben.


Residen Valck menunjuk Hasan Said sebagai tutor Hamengkubuwono V. Ia memiliki pengetahuan agama Islam dan memahami tata yang baik dan buruk secara benar.


Pemberian pendidikan kepada Hamengkubuwono V ini menghapus segala kecurigaan terhadap Valck atas rencana menyiapkan jodoh untuk Sultan Yogyakarta itu. Yaitu putri Purbokusumo.


Residen Valck menyatakan, usulan pernikahan itu sebenarnya merupakan keinginan langsung dari komisaris jenderal. Akhirnya, pada 14 November 1834, Hamengkubuwono V menikah dengan Suradinah, putri Purbokusumo.


Menurut pejabat Belanda itu, Residen Valck, pernikahan ini menjadikan Sultan Yogyakarta itu tidak hanya memiliki putri yang baik budi. Namun, juga akan membuat Yogyakarta semakin sejahtera.


Residen Valck senang akhirnya urusan khitan dan kemudian jodoh yang ia siapkan untuk Sultan Hamengkubuwono V diterima oleh keraton. Bagaimana tanggapan sultan yang masih keponakan Diponegoro itu?


“Di kemudian hari, pernyataan Hamengkubuwono bahwa Valck memaksakan istri kepadanya, sedikit menjelaskan pujian-pujian Valck mengenai diri sang putri,” ujar Vincent JH Houben.


Ma Roejan


Sumber rujukan:

- Keraton dan Kompeni, karya Vincent JH Houben (2002)

- Serat Raja Putra Ngayogyakarta Hadiningrat, penyusun KPH Mandoyokusumo (1988).

No comments:

Post a Comment