08 November 2025

Sebuah Kisah Pembentukan Negeri Sriwijaya: Ekspedisi Dapunta Hiyang(prasasti Kedukan bukit) Kisah ini berawal pada tahun 682 Masehi. Di bawah naungan bulan purnama Waisakha, seorang pemimpin karismatik bernama Dapunta Hiyang – sosok yang memiliki kekuasaan dan aura spiritual – memutuskan untuk memulai sebuah perjalanan maha penting. Ia menyebutnya sebagai Siddhayātra, sebuah ekspedisi suci yang bukan sekadar perjalanan fisik, melainkan penunaian cita-cita agung. Menggunakan armada perahu, Dapunta Hiyang memimpin rombongannya, meninggalkan tanah yang disebut Minanga Tamwan. Pengepakan dilakukan pada bulan berikutnya, Jyestha, di mana kekuatan militer yang dibawa sungguh luar biasa: dua puluh ribu prajurit (dua laksa) dan persediaan logistik yang dimuat dalam dua ratus peti di atas perahu. Namun, tidak semua bepergian lewat laut. Sebanyak seribu tiga ratus dua belas pasukan tambahan bergerak menyusuri daratan, sebuah rombongan yang berjalan kaki, memastikan jalur ekspedisi tersebut. Setelah menempuh perjalanan yang berat, rombongan besar ini tiba di sebuah lokasi strategis (disebut "mata jap" atau "mukha upaṃ") pada bulan Asadha. Kedatangan ini disambut dengan sukacita besar. Misi telah berhasil. Dengan hati yang riang gembira, rombongan ini segera memulai tugas hakiki mereka: membangun sebuah permukiman baru (marvuat vanua). Dari ekspedisi suci inilah, lahirlah sebuah negeri baru yang megah, yang kini kita kenal sebagai Sriwijaya. Prasasti ini kemudian ditutup dengan doa dan harapan. Semoga perjalanan suci (siddhayātra) ini akan senantiasa membawa kemakmuran dan kelimpahan (subhikşa) bagi Sriwijaya, untuk selama-lamanya. svasti śrī śakavaŕşātīta 604 ekādaśī śukla- pakşa vulan vaiśākha ḍapunta hiyaṁ nāyik di sāmvau maṅalap siddhayātra di saptamī śuklapakşa vulan jyeşţha ḍapunta hiyaṁ maŕlapas dari Miṉāṅā tāmvan mamāva yaṁ vala dua lakşa daṅan ko śa(?) duaratus cāra di sāmvau dnaṅ jālan sarivu tlurātus sapulu dua vañakña dātaṁ di mata jap (mukha upaṃ ?) sukhacitta di pañcamī śuklapakşa vula[n]... (āsāḍha ?) laghu mudita dātaṁ marvuat vanua ... śrīvijaya siddhayātra subhikşa ... (nityakāla ?) Terjemahan dalam Bahasa Indonesia "Kesejahteraan dan kemuliaan! Pada tahun Saka yang telah berlalu 604 (bersamaan dengan tahun 682 Masehi), tepatnya pada hari kesebelas paro terang bulan Waisakha, Dapunta Hiyang (sebutan untuk pemimpin/raja) berangkat dengan perahu untuk mendapatkan siddhayātra (perjalanan suci/pencapaian yang sempurna). Kemudian, pada hari ketujuh paro terang bulan Jyestha, Dapunta Hiyang berlepas diri (berangkat dari) Minanga Tamwan, membawa dua puluh ribu (dua laksa) tentara, bersama dengan dua ratus cara (peti, persediaan) di perahu, dan berjalan kaki seribu tiga ratus dua belas banyaknya. Mereka tiba di suatu tempat (di mata jap) dengan penuh sukacita pada hari kelima paro terang bulan (Asadha). Dengan gembira dan ringan langkah, mereka datang dan mendirikan vanua (negeri, permukiman) ... Sriwijaya. Semoga siddhayātra ini membawa kemakmuran (subhikşa) ... selama-lamanya (nityakāla)!" #foto #sejarahnusantara #literasi #infomenarik #srivijaya #palembang

 Sebuah Kisah Pembentukan Negeri Sriwijaya: Ekspedisi Dapunta Hiyang(prasasti Kedukan bukit) 



Kisah ini berawal pada tahun 682 Masehi. Di bawah naungan bulan purnama Waisakha, seorang pemimpin karismatik bernama Dapunta Hiyang – sosok yang memiliki kekuasaan dan aura spiritual – memutuskan untuk memulai sebuah perjalanan maha penting. Ia menyebutnya sebagai Siddhayātra, sebuah ekspedisi suci yang bukan sekadar perjalanan fisik, melainkan penunaian cita-cita agung. Menggunakan armada perahu, Dapunta Hiyang memimpin rombongannya, meninggalkan tanah yang disebut Minanga Tamwan. Pengepakan dilakukan pada bulan berikutnya, Jyestha, di mana kekuatan militer yang dibawa sungguh luar biasa: dua puluh ribu prajurit (dua laksa) dan persediaan logistik yang dimuat dalam dua ratus peti di atas perahu. Namun, tidak semua bepergian lewat laut. Sebanyak seribu tiga ratus dua belas pasukan tambahan bergerak menyusuri daratan, sebuah rombongan yang berjalan kaki, memastikan jalur ekspedisi tersebut.

Setelah menempuh perjalanan yang berat, rombongan besar ini tiba di sebuah lokasi strategis (disebut "mata jap" atau "mukha upaṃ") pada bulan Asadha. Kedatangan ini disambut dengan sukacita besar. Misi telah berhasil. Dengan hati yang riang gembira, rombongan ini segera memulai tugas hakiki mereka: membangun sebuah permukiman baru (marvuat vanua). Dari ekspedisi suci inilah, lahirlah sebuah negeri baru yang megah, yang kini kita kenal sebagai Sriwijaya.

Prasasti ini kemudian ditutup dengan doa dan harapan. Semoga perjalanan suci (siddhayātra) ini akan senantiasa membawa kemakmuran dan kelimpahan (subhikşa) bagi Sriwijaya, untuk selama-lamanya.


svasti śrī śakavaŕşātīta 604 ekādaśī śukla-

pakşa vulan vaiśākha ḍapunta hiyaṁ nāyik di

sāmvau maṅalap siddhayātra di saptamī śuklapakşa

vulan jyeşţha ḍapunta hiyaṁ maŕlapas dari Miṉāṅā

tāmvan mamāva yaṁ vala dua lakşa daṅan ko śa(?)

duaratus cāra di sāmvau dnaṅ jālan sarivu

tlurātus sapulu dua vañakña dātaṁ di mata jap (mukha upaṃ ?)

sukhacitta di pañcamī śuklapakşa vula[n]... (āsāḍha ?)

laghu mudita dātaṁ marvuat vanua ...

śrīvijaya siddhayātra subhikşa ... (nityakāla ?)


Terjemahan dalam Bahasa Indonesia 


"Kesejahteraan dan kemuliaan! Pada tahun Saka yang telah berlalu 604 (bersamaan dengan tahun 682 Masehi), tepatnya pada hari kesebelas paro terang bulan Waisakha, Dapunta Hiyang (sebutan untuk pemimpin/raja) berangkat dengan perahu untuk mendapatkan siddhayātra (perjalanan suci/pencapaian yang sempurna).

Kemudian, pada hari ketujuh paro terang bulan Jyestha, Dapunta Hiyang berlepas diri (berangkat dari) Minanga Tamwan, membawa dua puluh ribu (dua laksa) tentara, bersama dengan dua ratus cara (peti, persediaan) di perahu, dan berjalan kaki seribu tiga ratus dua belas banyaknya.

Mereka tiba di suatu tempat (di mata jap) dengan penuh sukacita pada hari kelima paro terang bulan (Asadha).

Dengan gembira dan ringan langkah, mereka datang dan mendirikan vanua (negeri, permukiman) ... Sriwijaya. Semoga siddhayātra ini membawa kemakmuran (subhikşa) ... selama-lamanya (nityakāla)!"


#foto #sejarahnusantara #literasi #infomenarik

#srivijaya #palembang

No comments:

Post a Comment