Keruntuhan Kerajaan Mataram Kuno: Bencana Merapi, Konflik Politik, Serangan Sriwijaya
Kerajaan Mataram Kuno runtuh pada abad ke-11 setelah diguncang letusan Gunung Merapi, konflik perebutan kekuasaan antarwangsa, serta serangan Kerajaan Sriwijaya.
Mpu Sindok kemudian memindahkan pusat pemerintahan ke Jawa Timur dan mengubah nama kerajaan menjadi Medang.
* Sejarah Singkat Berdirinya Mataram Kuno
Kerajaan Mataram Kuno adalah salah satu kerajaan bercorak Hindu-Buddha yang berdiri di Jawa Tengah pada abad ke-8 Masehi. Berdasarkan catatan sejarah, kerajaan ini diperkirakan berpusat di sekitar wilayah Yogyakarta dan Magelang.
Bukti awal keberadaannya ditemukan dalam Prasasti Canggal di Gunung Wukir, Kabupaten Magelang, yang menyebutkan penobatan Rakai Mataram Sang Ratu Sanjaya pada tahun 717 Masehi.
Sanjaya kemudian dikenal sebagai raja pertama sekaligus pendiri Dinasti Sanjaya yang berhasil menyejahterakan rakyat dan memperluas kekuasaan hingga ke sebagian wilayah Jawa Timur.
Dalam perkembangannya, Mataram Kuno tidak hanya diperintah oleh Dinasti Sanjaya, tetapi juga Dinasti Syailendra yang menganut Buddha Mahayana.
Pada masa inilah, kerajaan mencapai puncak kejayaan dengan lahirnya bangunan monumental seperti Candi Borobudur.
Wilayah Kekuasaan dan Kejayaan Mataram Kuno
Kerajaan ini menguasai wilayah yang luas, mencakup Jawa Tengah, Daerah Istimewa Yogyakarta, hingga sebagian Jawa Timur. Peninggalan berupa candi-candi Hindu dan Buddha, seperti Candi Prambanan, Candi Sewu, dan Borobudur, menjadi bukti betapa majunya peradaban Mataram Kuno.
Namun, kejayaan ini tidak berlangsung selamanya. Pada abad ke-11, perlahan Mataram Kuno mulai melemah akibat faktor internal maupun eksternal.
* Penyebab Runtuhnya Kerajaan Mataram Kuno
Keruntuhan Mataram Kuno tidak terjadi begitu saja. Ada beberapa faktor utama yang menjadi penyebab hancurnya kerajaan besar ini.
1. Konflik Kekuasaan Antar Dinasti
Konflik internal turut melemahkan Mataram Kuno. Persaingan antara Dinasti Sanjaya yang beragama Hindu Siwa dan Dinasti Syailendra yang beragama Buddha menciptakan ketegangan politik.
Salah satu peristiwa besar adalah perselisihan antara Rakai Panangkaran dari Dinasti Sanjaya dengan keluarga Syailendra. Perebutan kekuasaan ini menimbulkan instabilitas pemerintahan, melemahkan kontrol kerajaan, serta membuka celah bagi serangan dari luar.
2. Letusan Gunung Merapi
Salah satu faktor yang paling sering disebut adalah letusan Gunung Merapi pada tahun 1080 Masehi. Letusan dahsyat ini merusak pusat pemerintahan dan memaksa Mpu Sindok, untuk memindahkan ibu kota ke Jawa Timur.
Tidak hanya itu, bencana ini juga melumpuhkan pertanian, merusak pemukiman, serta melemahkan stabilitas politik dan ekonomi kerajaan. Sejak saat itu, Mataram Kuno tidak lagi berpusat di Jawa Tengah, melainkan di timur.
3. Serangan Kerajaan Sriwijaya
Faktor lain yang mempercepat runtuhnya Mataram Kuno adalah serangan dari Kerajaan Sriwijaya, kekuatan maritim besar yang menguasai jalur perdagangan Asia Tenggara.
Konflik ini dipicu oleh Balaputradewa, keturunan Syailendra yang kalah bersaing dengan Rakai Pikatan dari Dinasti Sanjaya. Setelah menyingkir ke Sriwijaya, Balaputradewa menggunakan kekuatan militernya untuk menyerang Mataram Kuno.
Ketika pusat kerajaan dipindahkan ke Jawa Timur, serangan Sriwijaya semakin mudah dilakukan karena Medang lebih terbuka terhadap pengaruh militer dan perdagangan Sriwijaya.
Akibat gabungan faktor bencana alam, konflik politik, dan tekanan militer dari luar, Mataram Kuno resmi runtuh pada akhir abad ke-11. Mpu Sindok sebagai pemimpin terakhir dari dinasti Sanjaya memutuskan untuk mendirikan pemerintahan baru di Jawa Timur. Kerajaan Medang kemudian diperintah oleh Dinasti Isyana, keturunan dari Mpu Sindok, menandai berakhirnya kekuasaan Dinasti Sanjaya di Jawa Tengah.
* Abror Subhi
Dari berbagai sumber

No comments:
Post a Comment