Ramai di jagat maya memperbincangkan lukisan kuno dengan penjelasan profil orang Jawa dibanding orang Melayu. Menurut si penulis naskah dikatakan orang Melayu lebih sopan dan beradab daripada orang Jawa. Kesimpulan si penulis ini berdasar cara berpakaian dimana suku Melayu sudah mengenal mode berpakaian yang menunjukkan kemajuan dunia tekstil sementara Jawa masih suka bertelanjang dada dan hanya bercawat. Netizen pun perang opini dengan mengedepankan "Baper" daripada nalar sehat dan nalar intelek.
Memahami sejarah berarti memahami perubahan dari masa ke masa sebagai upaya menjawab tantangan jaman dan menyongsong kemajuan peradaban. Pergeseran kebudayaan adalah keniscayaan bukan aib karena hukum alam mendalilkan bahwa yang bertahan hidup bukan hanya yang KUAT saja tetapi yang lebih penting adalah yang paling ADAPTIF menghadapi tantangan.
Bahwa Jawa jaman dulu ketinggalan dalam dunia tekstil adalah fakta. Orang Jawa mayoritas petani, pencari ikan tawar dan laut, seniman ukir (batu, kayu, logam) dan iklim tropis menjadi faktor kurangnya orang Jawa untuk terdorong mengembangkan tekstil. Mode penampilan yang populer adalah penggunaan emas untuk hiasan tubuh. Telanjang dada dianggap bukan kerendahan moral/budi.
Dalam relief candi ditemukan cara berpenampilan orang Jawa yang telanjang dada dan hanya bercawat. Pramudya Ananta Toer dalam buku Arok Dedes menggambarkan masyarakat kala itu bertelanjang dada dan bercawat. Pengaruh budaya luar mendorong pergeseran budaya berpakaian masyarakat Jawa. Orang Jawa melakukan adaptasi yang menghasilkan cara berpakaian yang unik.
Jika orang Belanda saat itu menganggap bertelanjang dada dan bercawat tidak sopan dan keterbelakangan budaya lalu bagaimana dengan pelancong luar negeri yang bertelanjang dada di Bali?
No comments:
Post a Comment