05 April 2025

KAREL VAN DER HEIJDEN Karel Van der Heijden adalah Gubernur Militer Hindia Belanda wilayah Aceh yang bertugas tahun 1878 sampai tahun 1881. Karel Van der Heijden dijuluki sebagai Jenderal Mata Satu, karena mata sebelah kirinya terkena peluru pejuang Aceh saat ditugaskan memimpin pasukan merebut daerah Samalanga pada tahun 1877. Karir militernya di Aceh membuat dirinya kemudian ditunjuk menjadi Gubernur Militer Aceh dengan pangkat Mayor Jenderal. Namun selama 3 tahun kepemimpinannya, Karel dianggap tidak mampu menundukan Aceh dan dituduh melakukan pemborosan yang merugikan pemerintah kolonial Belanda, sehingga pada tahun 1881 Gubernur Jendral Hindia Belanda memintanya untuk mundur dari jabatannya. Teungku Syik Kutakarang seorang ulama Aceh dalam kitabnya Tadzkiratur Rakidin menyebutkan bahwa pada masa Jenderal Van De Heijden menjabat sebagai Gubernur Militer di Aceh, keadaan di Aceh relatif baik, tensi perang agak menurun. Abdul Kariam alias Dokarim penulis hikayat Prang Kompeuni Sumber menyebutkan, pada masa Jeundran buta siblah (julukan rakyat Aceh untuk Karel Van Der Hejden) banyak pejuang Aceh yang berada di hutan kembali ke rumahnya masing masing dan hidup seperti tidak dalam suasana perang. Keadaan Aceh seperti dalam keadaan masa tenang selama militer kolonial Belanda di Aceh dipimpin oleh Karel Van de Heijden, sehingga banyak pejuang Aceh menaruh rasa hormat kepada Jenderal bermata satu tersebut, karena setelah Karel Van de Heijden dipecat dari Aceh, tensi perang kembali bergejolak dan semakin memanas. Christiaan Snouck Hurgronje, penasehat pemerintah kolonial untuk pribumi yang kemudian ditugaskan ke Aceh sempat mempelajari masa kepemimpinan Karel saat di Aceh dan menyimpulkan bahwa rakyat Aceh tidak akan bisa ditundukan dengan kekerasan. Lalu siapa sebenarnya Karel Van de Heijden ini ? Konon Karel Van de Heijden adalah seorang Indo kelahiran Batavia. Saat masih kecil Karel diadopsi oleh keluarga Van de Heijden. Orangtua Karel adalah seorang perwira KNIL Belanda yang menjalin hubungan asmara dengan wanita Bugis saat ditugaskan di Bone Sulawesi.

 KAREL VAN DER HEIJDEN

Karel Van der Heijden adalah Gubernur Militer Hindia Belanda wilayah Aceh yang bertugas tahun 1878 sampai tahun 1881.



Karel Van der Heijden dijuluki sebagai Jenderal Mata Satu, karena mata sebelah kirinya terkena peluru pejuang Aceh saat ditugaskan memimpin pasukan merebut daerah Samalanga pada tahun 1877.


Karir militernya di Aceh membuat dirinya kemudian ditunjuk menjadi Gubernur Militer Aceh dengan pangkat Mayor Jenderal.


Namun selama 3 tahun kepemimpinannya, Karel dianggap tidak mampu menundukan Aceh dan dituduh melakukan pemborosan yang merugikan pemerintah kolonial Belanda, sehingga pada tahun 1881 Gubernur Jendral Hindia Belanda memintanya untuk mundur dari jabatannya.


Teungku Syik Kutakarang seorang ulama Aceh dalam kitabnya Tadzkiratur Rakidin menyebutkan bahwa pada masa  Jenderal Van De Heijden menjabat sebagai Gubernur Militer di Aceh, keadaan di Aceh relatif baik, tensi perang agak menurun. 


Abdul Kariam alias Dokarim penulis hikayat Prang Kompeuni Sumber menyebutkan, pada masa Jeundran buta siblah (julukan rakyat Aceh untuk Karel Van Der Hejden) banyak pejuang Aceh yang berada di hutan kembali ke rumahnya masing masing dan hidup seperti tidak dalam suasana perang.

Keadaan Aceh seperti dalam keadaan masa tenang selama militer kolonial Belanda di Aceh dipimpin oleh Karel Van de Heijden, sehingga banyak pejuang Aceh menaruh rasa hormat kepada Jenderal bermata satu tersebut, karena setelah Karel Van de Heijden dipecat dari Aceh, tensi perang kembali bergejolak dan semakin memanas.


Christiaan Snouck Hurgronje, penasehat pemerintah kolonial untuk pribumi yang kemudian ditugaskan ke Aceh sempat mempelajari masa kepemimpinan Karel saat di Aceh dan menyimpulkan bahwa rakyat Aceh tidak akan bisa ditundukan dengan kekerasan.


Lalu siapa sebenarnya Karel Van de Heijden ini ?

Konon Karel Van de Heijden adalah seorang Indo kelahiran Batavia.

Saat masih kecil Karel diadopsi oleh keluarga Van de Heijden.

Orangtua Karel adalah seorang perwira KNIL Belanda yang menjalin hubungan asmara dengan wanita Bugis saat ditugaskan di Bone Sulawesi.

No comments:

Post a Comment