20 April 2025

Intrik Politik Amangkurat II, Dari P. Puger, Trunojoyo, Hingga Untung Suropati Amangkurat II adalah susuhunan Mataram kelima yang memerintah dari tahun 1677 hingga 1703 dan memindahkan pusat pemerintahannya dari Keraton Plered menuju ke Keraton Kartasura. Ia merupakan sunan yang suka memakai seragam angkatan laut Belanda sehingga Amangkurat II dijuluki sebagai Sunan Amral. "Amral" merupakan ejaan Jawa untuk admiral (laksamana). Sunan Amangkurat II atau Sunan Amral adalah putra dari Amangkurat I dan Ratu Kulon, dan memiliki nama asli Raden Mas Rahmat. Setelah ibunya meninggal dunia, ia dibesarkan di Surabaya oleh kakeknya dari pihak ibu, Pangeran Pekik. Semasa menjadi putra mahkota, Raden Mas Rahmat berselisih dengan ayahnya sendiri karena ada berita bahwa jabatan Adipati Anom (putra mahkota) akan digantikan dengan putra Amangkurat I yang lain, yaitu Pangeran Puger. * Konflik dengan Amangkurat I Berita tersebut kemudian memaksa Amangkurat II memberontak terhadap ayahnya, Amangkurat I pada tahun 1661. Konflik tersebut akhirnya mampu dipatahkan oleh Amangkurat I. Akan tetapi muncul konflik lagi pada tahun 1668. Hal itu disebabkan Amangkurat II yang jatuh cinta dengan seorang gadis asal Surabaya yang bernama Rara Oyi. Ternyata, Rara Oyi juga diinginkan oleh ayahnya, Amangkurat I untuk dijadikan selir. Berkat bantuan kakeknya, Pangeran Pekik, Amangkurat II berhasil mendahului ayahnya untuk menikahi Roro Oyi, Amangkurat I murka setelah mengetahui pernikahan Amangkurat II dengan Roro Oyi. Pangeran Pekik yang membantu Amangkurat II kemudian dibunuh oleh Amangkurat I. Sementara itu, Amangkurat II diampuni oleh Amangkurat I setelah dipaksa membunuh Roro Oyi. Meski diampuni, Amangkurat II dipecat oleh Amangkurat I dari jabatannya sebagai Adipati Anom atau Putra Mahkota. Adipati Anom kemudian diteruskan kepada adiknya, yakni Pangeran Puger. Setelah perselisihan itu, pada tahun 1670, Amangkurat II kemudian meminta bantuan kepada Panembahan Rama atau Raden Rajoran. Melalui Panembahan Rama, Raden Mas Rahmat kemudian dikenalkan kepada menantunya, Trunojoyo, seorang bangsawan dari Madura. Trunojoyo memiliki pasukan besar yang berasal dari orang-orang pelarian dari Makassar. Mereka memberontak terhadap pemerintahan Mataram di Plered. Amangkurat II dan Trunojoyo bekerja sama menggulingkan Amangkurat I dan menguasai Mataram. * Memimpin Mataram Mengetahui kekuatan Trunojoyo yang mampu menguasai Mataram, membuat Amangkurat II bimbang. Ia kemudian kembali ke Plered. Namun, pada akhirnya Plered berhasil dikuasai oleh Trunojoyo pada 2 Juli 1677. Di sini, Amangkurat II berbalik melawan Trunojoyo dan malah melindungi ayahnya. * Amangkurat II bersama Amangkurat I pun melarikan diri ke Tegal. Dalam pelarian itu, Amangkurat I akhirnya meninggal dunia pada 13 Juli 1677. Sebelum meninggal dunia, Amangkurat I menunjuk Amangkurat II menjadi pemimpin Mataram. Konon, dalam pelarian ke Tegal, Amangkurat II meracuni ayahnya sendiri dan mengklaim takhta. Penunjukan Amangkurat II sebagai penerus Amangkurat I ini juga tanpa sepengetahuan Pangeran Puger. Amangkurat II akhirnya menjadi pemimpin Mataram menggantikan ayahnya, Amangkurat I pada 13 Juli 1677. Amangkurat II kemudian melanjutkan pemerintahan dengan meminta bantuan VOC. Hal itu dilakukan untuk memadamkan pemberontakan Trunojoyo. Permintaan Amangkurat II itu kemudian disepakati oleh VOC dengan syarat wilayah pesisir utara Jawa yang dikuasai Mataram diserahkan kepada VOC sebagai jaminan pembayaran biaya perang. Pada akhirnya, pemberontakan Trunojoyo berhasil dipadamkan oleh Mataram dan VOC pada 26 Desember 1679. Bahkan, Amangkurat II mengeksekusi mati Trunojoyo dengan tangannya sendiri pada 2 Januari 1680. * Membangun Keraton Kartasura Setelah kematian Trunojoyo, Amangkurat II memerintahkan membangun keraton baru, Keraton baru tersebut kemudian diberi nama Keraton Kartasura. Pangeran Puger yang sebelumnya menetap di Kajenar kemudian pindah ke Plered karena ditinggalkan oleh Sultan Mataram yang baru, Ia tidak mau bergabung dengan Amangkurat II Hal itu kemudian menimbulkan peperangan pada November 1680 antara Keraton Plered yang dipimpin oleh Pangeran Puger dan Keraton Kartasura yang dipimpin Amangkurat II. Perang tersebut dikenal dengan Perang Mataram dan Plered. Akhirnya Perang berakhir pada November 1681 setelah Pangeran Puger menyerah dan kalah. Pangeran Puger kemudian mengakui kedaulatan saudaranya, Amangkurat II sebagai raja Mataram. * Hubungan dengan VOC Amangkurat II berutang pada VOC ketika dibantu menumpas pemberontakan Truojoyo. Ia kemudian dibebankan terhadap utang sebesar 2,5 juta gulden, meski demikian, patih Mataram yang bernama Nerangkusuma berhasil menghasut Amangkurat II untuk lepas dari utang itu. Pada tahun 1685, Amangkurat II menampung buronan VOC yang bernama Untung Surapati di rumah Patih Nerangkusuma. Untung Surapati kemudian dipersilahkan tinggal di desa Babirong untuk menyusun kekuatannya. Kemudian di bulan Februari 1685, Kapten Francois Tack ke Kartasura untuk menangkap Untung Surapati. Di saat itu, Amangkurat II berpura-pura membantu VOC. Setelah Pasukan Tack masuk dalam perangkap, Untung Suropati serta pasukannya lalu menumpas habis pasukan Kapten Tack. Sang kapten sendiri mati dibunuh oleh pasukan Untung Suropati. Setelah wilayah Kesultanan Mataram dirasa aman, Amangkurat II mulai kehilangan rasa hormatnya kepada VOC. Hal ini mengindikasikan bahwa Amangkurat memiliki sikap politik dua kaki terhadap VOC. Sikap tersebut terbongkar oleh VOC setelah menemukan surat-surat Amangkurat II kepada Cirebon, Johor, Palembang, dan Inggris. Surat itu berisi ajakan Amangkurat II untuk memerangi VOC. Selain itu, Amangkurat II juga mendukung pemberontakan yang dilakukan oleh Kapitan Jonker pada tahun 1689. Pihak VOC menekan Kartasura untuk segera melunasi biaya perang Trunajaya sebesar 2,5 juta gulden. Amangkurat II sendiri berusaha memperbaiki hubungan dengan pura-pura menyerang Untung Suropati di Pasuruan. Hingga akhirnya Amangkurat II meninggal dunia tahun 1703. Sepeninggalnya terjadi perebutan kekuasaan antara anaknya, Amangkurat III dengan Pangeran Puger.

 Intrik Politik Amangkurat II, Dari P. Puger, Trunojoyo, Hingga Untung Suropati

Amangkurat II adalah susuhunan Mataram kelima yang memerintah dari tahun 1677 hingga 1703 dan memindahkan pusat pemerintahannya dari Keraton Plered menuju ke Keraton Kartasura. Ia merupakan sunan yang suka memakai seragam angkatan laut Belanda sehingga Amangkurat II dijuluki sebagai Sunan Amral. "Amral" merupakan ejaan Jawa untuk admiral (laksamana).



Sunan Amangkurat II atau Sunan Amral adalah putra dari Amangkurat I dan Ratu Kulon, dan memiliki nama asli Raden Mas Rahmat. Setelah ibunya meninggal dunia, ia dibesarkan di Surabaya oleh kakeknya dari pihak ibu, Pangeran Pekik. Semasa menjadi putra mahkota, Raden Mas Rahmat berselisih dengan ayahnya sendiri karena ada berita bahwa jabatan Adipati Anom (putra mahkota) akan digantikan dengan putra Amangkurat I yang lain, yaitu Pangeran Puger.


* Konflik dengan Amangkurat I

Berita tersebut kemudian memaksa Amangkurat II memberontak terhadap ayahnya, Amangkurat I pada tahun 1661. Konflik tersebut akhirnya mampu dipatahkan oleh Amangkurat I.

Akan tetapi muncul konflik lagi pada tahun 1668. Hal itu disebabkan Amangkurat II yang jatuh cinta dengan seorang gadis asal Surabaya yang bernama Rara Oyi. Ternyata, Rara Oyi juga diinginkan oleh ayahnya, Amangkurat I untuk dijadikan selir.


Berkat bantuan kakeknya, Pangeran Pekik, Amangkurat II berhasil mendahului ayahnya untuk menikahi Roro Oyi, Amangkurat I murka setelah mengetahui pernikahan Amangkurat II dengan Roro Oyi. Pangeran Pekik yang membantu Amangkurat II kemudian dibunuh oleh Amangkurat I.

Sementara itu, Amangkurat II diampuni oleh Amangkurat I setelah dipaksa membunuh Roro Oyi. Meski diampuni, Amangkurat II dipecat oleh Amangkurat I dari jabatannya sebagai Adipati Anom atau Putra Mahkota. Adipati Anom kemudian diteruskan kepada adiknya, yakni Pangeran Puger.


Setelah perselisihan itu, pada tahun 1670, Amangkurat II kemudian meminta bantuan kepada Panembahan Rama atau Raden Rajoran. Melalui Panembahan Rama, Raden Mas Rahmat kemudian dikenalkan kepada menantunya, Trunojoyo, seorang bangsawan dari Madura.


Trunojoyo memiliki pasukan besar yang berasal dari orang-orang pelarian dari Makassar. Mereka memberontak terhadap pemerintahan Mataram di Plered. Amangkurat II dan Trunojoyo bekerja sama menggulingkan Amangkurat I dan menguasai Mataram.


* Memimpin Mataram

Mengetahui kekuatan Trunojoyo yang mampu menguasai Mataram, membuat Amangkurat II bimbang. Ia kemudian kembali ke Plered. Namun, pada akhirnya Plered berhasil dikuasai oleh Trunojoyo pada 2 Juli 1677. Di sini, Amangkurat II berbalik melawan Trunojoyo dan malah melindungi ayahnya.


* Amangkurat II bersama Amangkurat I pun melarikan diri ke Tegal.


Dalam pelarian itu, Amangkurat I akhirnya meninggal dunia pada 13 Juli 1677. Sebelum meninggal dunia, Amangkurat I menunjuk Amangkurat II menjadi pemimpin Mataram.


Konon, dalam pelarian ke Tegal, Amangkurat II meracuni ayahnya sendiri dan mengklaim takhta. Penunjukan Amangkurat II sebagai penerus Amangkurat I ini juga tanpa sepengetahuan Pangeran Puger. Amangkurat II akhirnya menjadi pemimpin Mataram menggantikan ayahnya, Amangkurat I pada 13 Juli 1677.


Amangkurat II kemudian melanjutkan pemerintahan dengan meminta bantuan VOC. Hal itu dilakukan untuk memadamkan pemberontakan Trunojoyo. Permintaan Amangkurat II itu kemudian disepakati oleh VOC dengan syarat wilayah pesisir utara Jawa yang dikuasai Mataram diserahkan kepada VOC sebagai jaminan pembayaran biaya perang.


Pada akhirnya, pemberontakan Trunojoyo berhasil dipadamkan oleh Mataram dan VOC pada 26 Desember 1679. Bahkan, Amangkurat II mengeksekusi mati Trunojoyo dengan tangannya sendiri pada 2 Januari 1680.


* Membangun Keraton Kartasura

Setelah kematian Trunojoyo, Amangkurat II memerintahkan membangun keraton baru, Keraton baru tersebut kemudian diberi nama Keraton Kartasura. Pangeran Puger yang sebelumnya menetap di Kajenar kemudian pindah ke Plered karena ditinggalkan oleh Sultan Mataram yang baru, Ia tidak mau bergabung dengan Amangkurat II


Hal itu kemudian menimbulkan peperangan pada November 1680 antara Keraton Plered yang dipimpin oleh Pangeran Puger dan Keraton Kartasura yang dipimpin Amangkurat II.

Perang tersebut dikenal dengan Perang Mataram dan Plered. Akhirnya Perang berakhir pada November 1681 setelah Pangeran Puger menyerah dan kalah.


Pangeran Puger kemudian mengakui kedaulatan saudaranya, Amangkurat II sebagai raja Mataram.


* Hubungan dengan VOC

Amangkurat II berutang pada VOC ketika dibantu menumpas pemberontakan Truojoyo. Ia kemudian dibebankan terhadap utang sebesar 2,5 juta gulden, meski demikian, patih Mataram yang bernama Nerangkusuma berhasil menghasut Amangkurat II untuk lepas dari utang itu.


Pada tahun 1685, Amangkurat II menampung buronan VOC yang bernama Untung Surapati di rumah Patih Nerangkusuma. Untung Surapati kemudian dipersilahkan tinggal di desa Babirong untuk menyusun kekuatannya.


Kemudian di bulan Februari 1685, Kapten Francois Tack ke Kartasura untuk menangkap Untung Surapati. Di saat itu, Amangkurat II berpura-pura membantu VOC. Setelah Pasukan Tack masuk dalam perangkap, Untung Suropati serta pasukannya lalu menumpas habis pasukan Kapten Tack. Sang kapten sendiri mati dibunuh oleh pasukan Untung Suropati.


Setelah wilayah Kesultanan Mataram dirasa aman, Amangkurat II mulai kehilangan rasa hormatnya kepada VOC. Hal ini mengindikasikan bahwa Amangkurat memiliki sikap politik dua kaki terhadap VOC.


Sikap tersebut terbongkar oleh VOC setelah menemukan surat-surat Amangkurat II kepada Cirebon, Johor, Palembang, dan Inggris. Surat itu berisi ajakan Amangkurat II untuk memerangi VOC. Selain itu, Amangkurat II juga mendukung pemberontakan yang dilakukan oleh Kapitan Jonker pada tahun 1689.


Pihak VOC menekan Kartasura untuk segera melunasi biaya perang Trunajaya sebesar 2,5 juta gulden. Amangkurat II sendiri berusaha memperbaiki hubungan dengan pura-pura menyerang Untung Suropati di Pasuruan.


Hingga akhirnya Amangkurat II meninggal dunia tahun 1703. Sepeninggalnya terjadi perebutan kekuasaan antara anaknya, Amangkurat III dengan Pangeran Puger.


Sumber : Abror Subhi

No comments:

Post a Comment