Dua Pangeran Mataram Bernasib Pilu di Masa Kecil, Menjadi Raja Ketika Besar, Raden Mas Garendi dan Raden Mas Said.
Raden Mas Garendi lahir tahun 1726 di Keraton Kartasura, Kakek RM Garendi yang bergelar Amangkurat III dibuang jauh ke Srilanka hingga Wafat disana. Kemudian Ayah RM Garendi yang bernama Pangeran Tepasana dijatuhi hukuman mati oleh Sri Susuhunan Paku Buwana II, penguasa keraton Mataram Kartasura.
Setelah ayahnya tewas, RM Garendi dibawa lari menyelamatkan diri meninggalkan Karaton Kartasura oleh pamannya bernama Wiramenggala.
Raden Mas Said lahir pada 7 April 1725 di Kartasura, Ayah RM Said bernama KPA Mangkunegara. KPA. Mangkunegara merupakan putra tertua Susuhunan Amangkurat IV, raja Mataram ke-8. Dengan demikian, sebenarnya ayah RM Said lah yang memiliki hak sebagai pewaris tahta.
KPA. Mangkunegara secara politik terang-terangan menyatakan sikap anti-VOC, hal ini membuat KPA Mangkunegara diasingkan oleh VOC ke Ceylon (Srilanka)
Maka sejak saat itu RM. Said diasuh oleh neneknya yang bernama BRAy. Kusumanarsa.
Perjalanan hidup kedua bangsawan Mataram tersebut punya banyak kemiripan. Usia hampir sepantaran. Keduanya sama-sama cicit Susuhunan Amangkurat I, raja Mataram saat beribu kota di Plered.
Garendi dan Said dipertemukan pada nasib yang sama. Ayah Garendi, Pangeran Tepasana menjadi korban intrik politik di istana Kartasura. Demikian pula dengan ayah RM Said, KPA Mangkunegara. Kedua pangeran itu tersingkir dari istana Kartasura di masa Pakubuwono II.
Pada tahun 1740, RM Garendi lalu memimpin pemberontakan Geger Pecinan dengan pasukan gabungan Laskar Jawa-Tionghoa, dan salah satu senopati perangnya adalah RM Said, Garendi dan Said bersama-sama mengangkat senjata melawan VOC yang bersekutu dengan Pakubuwono II. Puncak dari Geger Pecinan terjadi pada 30 Juni tahun 1742, pasukan Mas Garendi berhasil menjebol benteng istana Kartasura. Pakubuwana II dan keluarganya menyelamatkan diri dari peristiwa tersebut, evakuasi Pakubuwono II dan keluarganya dipimpin oleh Kapten Van Hohendorff (pemimpin tentara kolonial VOC di Kartasura). Mereka melarikan diri ke Magetan melalui Gunung Lawu. Pakubuwono II kemudian mendapat perlindungan dengan aman di Ponorogo..
Tanggal 1 Juli 1742 setelah puncak serangan Geger Pecinan ke Karaton Kartasura, Raden Mas Garendi naik tahta dengan gelar "Sampeyan Dalem Ingkang Sinuhun Kangjeng Susuhunan Prabu Amangkurat Senapati ing Ngalaga Abdurrahman Sayyidin Panatagama Khalifatullah Ingkang Jumeneng Kaping V", atau Sunan Amangkurat V.
RM Garendi naik takhta menjadi raja Mataram Selama empat bulan, tepatnya antara Juli hingga November 1742. Garendi memakai gelar Sunan Amangkurat V. Sejarah mencatat, Garendi merupakan raja terakhir Mataram yang memakai sebutan Amangkurat.
Pada 26 November 1742, keadaan tidak berpihak kepada Amangkurat V. Kartasura diserang dari tiga penjuru oleh pasukan gabungan Cakraningrag IV, Pakubuwana II, dan VOC. Cakraningrat IV dari arah Bengawan Solo, Pakubuwana II dari Ngawi, dan pasukan VOC dari Ungaran dan Salatiga.
Amangkurat V meninggalkan Kartasura dan mengungsi bersama pasukannya. Akhir dari perjalanan Amangkurat V terjadi pada September 1743 saat tedesak di sekitar Surabaya. Terpisah dari kawalan Kapitan Sepanjang, Amangkurat V terpaksa menyerahkan diri ke loji VOC di Surabaya di bawah pimpinan Reinier De Klerk. Setelah beberapa hari ditawan di Surabaya, dia bersama beberapa pengikutnya dibawa ke Semarang lalu ke Batavia, hingga akhirnya diasingkan ke Ceylon (Sri Lanka).
Setelah peristiwa tersebut RM Said terus mengadakan perlawanan terhadap VOC dan Pakubuwono II. Perjuangan RM Said yang dimulai dengan Perang kuning pada 1740 yang dipimpin oleh Raden Mas Garendi, RM Said berperang sepanjang 16 tahun lamanya melawan Pakubuwono II dan VOC, juga melawan Hamengkubuwono I. Begitu kuatnya pasukan RM Said sampai ia mendapat julukan Pangeran Sambernyawa. Sampai diadakannya Perjanjian Salatiga atau Perjanjian Kalicacing yang ditandatangani pada tanggal 17 Maret 1757. Raden Mas Said atau Pangeran Sambernyawa mendirikan Kadipaten Mangkunegaran, beliau diangkat menjadi penguasa di wilayah Mangkunegaran yang kemudian bergelar Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Arya (KGPAA) Mangkunegara I.
Beliau bertahta selama 40 tahun dan kemudian wafat pada hari Senin Pon tanggal 16 Jumadilakir tahun Jimakir 1722 atau tanggal 28 Desember 1795.
* Abror Subhi, Dikutip Dan Disusun Kembali Dari Berbagai Sumber
* Bekas Jebolnya Tembok Keraton Kartasura oleh meriam Mas Garendi bisa dilihat di Postingan Saya: facebook.com/100001856336410/posts/28503677102610787/
Gambar Ilustrasi AI
No comments:
Post a Comment