6 Nama Gelar Raja Raja Mataram Islam
Sejak berdiri tahun 1586, para raja Kerajaan Mataram Islam tercatat memiliki sejumlah nama gelar pribadi yang digunakan selama menjabat. Gelar nama demikian digunakan seorang raja sejak mulai naik takhta.
Gelar nama sebagai raja itu juga merupakan pengganti gelar nama sebelumnya yang dipakai semasa menduduki jabatan maupun berstatus lebih rendah, entah itu masih pangeran, raden mas, maupun raden. Dengan kata lain, penggunaan gelar nama baru tersebut menandai kenaikan status, juga menegaskan posisi selaku pemegang daulat tertinggi di negerinya.
Berikut ini adalah enam gelar nama pribadi para raja raja Dinasti Mataram:
1). Senopati Ingalaga
Gelar ini dalam bahasa Jawa kurang lebih berarti “jenderal pemimpin pasukan di medan pertempuran”. Yang paling dikenal sebagai pemakai gelar adalah pendiri sekaligus raja pertama Mataram Islam, yakni Sutawijaya yang bertakhta 1586-1601. Penggunaan gelar tersebut juga menggambarkan gencarnya kampanye militer penaklukan yang dilakukan Mataram di Jawa Bagian Tengah maupun Jawa Bagian Timur semasa bertakhtanya Panembahan Senopati.
Gelar "Senopati Ingalaga" juga terus diwarisi dan digunakan oleh para raja Dinasti Mataram setelah Panembahan Senopati wafat. Oleh para penerusnya, gelar Senopati Ingalaga lebih merupakan gelar pelengkap saja, bukan gelar nama utama. Tidak ada di antara para pengganti Panembahan Senopati yang dikenal dalam penyebutan gelar nama versi ringkas Senopati Ingalaga II atau Senopati Ingalaga III dan seterusnya.
2. Hanyakrawati
Gelar ini merupakan versi bahasa Jawa dari Cakrawarti dalam bahasa Kawi dan Cakravat dalam Sanskerta yang maknanya adalah “penguasa besar yang kereta perangnya dapat berputar kemana pun tanpa terhalang”, atau “penguasa dunia”, atau juga “maharaja atas negeri yang tanahnya berbatas satu lautan ke lautan lainnya”.
Pengguna gelar Hanyakrawati ini adalah raja kedua Mataram Islam sekaligus putra Panembahan Senopati, yaitu Mas Jolang. Satu-satunya pengguna gelar nama Hanyakrawati di antara para raja Dinasti Mataram Islam ini bertakhta antara 1601-1613.
3). Hanyakrakusuma
Gelar nama raja ini menurut bahasa Jawa kurang lebih bermakna “penguasa yang mampu menebar keharuman”, atau bisa diartikan juga “penguasa yang termasyhur”. Satu-satunya di antara para raja Dinasti Mataram Islam yang menjadi pengguna gelar nama pribadi ini adalah raja ketiga Mataram, yaitu Mas Jatmika yang dikenal dengan sebutan Sultan Agung Hanyakrakusuma yang bertakhta 1613-1646. Ia adalah putra Panembahan Hanyakrawati dan cucu Panembahan Senapati Ingalaga.
Dalam 33 tahun masa bertakhtanya, Hanyakrakusuma tercatat pernah mengggunakan tiga gelar jabatan berbeda di depan gelar nama pribadinya. Panembahan dipakainya 1613 hingga 1625. Susuhunan dipakaianya 1625 hingga 1641. Sultan Agung dipakainya 1641 hingga 1646.
4). Amangkurat
Gelar nama ini bersumber dari bahasa Jawa dan tepatnya merupakan gabungan dari dua kata: amangku atau mangku dan rat. Amangku berarti memangku, sedangkan rat berarti dunia. Dengan demikian, Amangkurat berarti “ia yang memangku dunia”.
Gelar nama Amangkurat resminya tercatat sampai dipakai oleh lima raja yang bertakhta dari Amangkurat I sampai Amangkurat V pada kurun 1646-1743. Orang yang pertama menggunakan gelar ini adalah raja keempat Mataram, yaitu Mas Sayyidin putra Sultan Agung, ia bergelar Susuhunan Amangkurat I dan bertakhta sejak 1646-1677.
5). Pakubuwana
Gelar nama ini bersumber dari bahasa Jawa dan tepatnya merupakan gabungan dari dua kata: paku dan buwana. Paku adalah paku, sedangkan buwana berarti dunia. Dengan demikian, Pakubuwana berarti “paku bagi dunia”.
Orang pertama yang memakai gelar nama Pakubuwana di antara para raja Mataram Islam adalah raja ketujuh. Sebelum naik takhta ia dikenal dengan nama Pangeran Puger.
Pangeran Puger ini adalah putra dari Amangkurat I, adik dari Amangkurat II, paman sekaligus mertua dari Amangkurat III, juga ayah dari Amangkurat IV
6). Hamengkubuwana
Gelar nama ini bersumber dari bahasa Jawa dan tepatnya merupakan gabungan dari dua kata: hamengku atau mangku dan buwana. Hamengku berarti memangku, sedangkan buwana berarti dunia. Dengan demikian, Hamengkubuwana berarti “ia yang memangku dunia”.
Gelar nama "Hamengkubuwana" muncul ketika Mataram Islam sudah mengalami perpecahan Sebagai konsekuensi dari Perjanjian Giyanti yang membagi Mataram Islam menjadi dua bagian, yakni Surakarta dan Yogyakarta.
Orang pertama yang memakai gelar nama ini adalah pendiri sekaligus raja pertama Kasultanan Yogyakarta, yaitu Pangeran Mangkubumi yang bergelar Sultan Hamengkubuwana I. ia memakai gelar tersebut sejak 1755.
*Abror Subhi, Dikutip Dan Disusun Kembali Dari Berbagai Sumber
Gambar Ilustrasi AI
No comments:
Post a Comment