28 March 2025

DIEN TAMAELA (Gadis Ambon yang menjadi Inspirasi Lahirnya Karya Puisi Penyair Chairil Anwar yang Berjudul BETA PATTIRADJAWANE - Cerita Buat Dien Tamaela)) Beta Pattirajawane Yang dijaga datu-datu Cuma satu Beta Pattirajawane Kikisan laut Berdarah laut Beta Pattirajawane Ketika lahir dibawakan Datu dayung sampan Beta Pattirajawane, menjaga hutan pala. Beta api di pantai. Siapa mendekat Tiga kali menyebut beta punya nama. Dalam sunyi malam ganggang menari Menurut beta punya tifa, Pohon pala, badan perawan jadi Hidup sampai pagi tiba. Mari menari! Mari beria! Mari berlupa! Awas jangan bikin beta marah Beta bikin pala mati, gadis kaku Beta kirim datu-datu! Beta ada di malam, ada di siang Irama ganggang dan api membakar pulau.... Beta Pattirajawane Yang dijaga datu-datu Cuma satu. (1946) Puisi Cerita Buat Dien Tamaela menyimpan banyak cerita. Salah satunya dalam puisi tersebut adalah kisah tentang pohon pala. Chairil memang tidak pernah menjelajahi kebun pala karena penyair tidak pernah menginjakkan kaki ke Maluku. Namun puisinya telah mengabadikan pala secara utuh dan penuh daya magis. Dalam Puisi tersebut, Pertama kali muncul pala pada bait keempat dan tercatat tiga kali terdapat kata pala. Negeri rempah-rempah itulah sebutan dari Maluku, the Spice Islands, kota yang begitu identik dengan cengkih dan pala. Dalam lazimnya penyebutan orang menyebut cengkih barulah pala. Dalam konteks cengkih memang lebih dominan di Maluku, karena Pohon cengkih lebih banyak dan gampang ditemukan di pulau ketimbang pala. Tapi dalam puisi Chairil, dia tidak menggunakan simbolisme cengkih melainkan pala. Hutan pala, pohon pala, dan pala. Namun simbolisme pala tidak muncul begitu saja. Tetapi, sebagai penyair memiliki kemerdekaan kreatif untuk memunculkan apapun. TENTANG PERKENALAN CHAIRIL DAN DIEN TAMAELA Seseorang telah bercerita kepada media tentang Chairil Anwar dan Dien Tamaela Semasa muda dia adalah Tokoh masyarakat Maluku Des Alwi (82), , Des berkawan dengan dua tokoh tersebut. Perjumpaan mereka bermula dari rumah Sutan Syahrir di Jalan Damrin Jakarta, yang kini menjadi Jalan Latuharhary. Des Merupakan anak angkat Sutan Syahrir, Des datang dari Banda Neira dan tinggal di rumah Sutan Syahrir. Di rumah itulah, Des berjumpa dengan Chairil. Sebagai sesama orang Padang, Ibunda Chairil yakni Saleha, punya hubungan kerabat dengan Bung Kecil, julukan Sutan Syahrir. Sebab itu Des dan Chairil ditempatkan pada satu kamar yang sama. “Beta satu kamar dengan Nini. Chairil itu disapa Nini. Katong dua tidur sama-sama,” kenang Des. Di kamar itulah, dua sahabat ini sering terlibat diskusi. Chairil sangat berminat pada kisah-kisah tentang Maluku. Des mengaku selalu bercerita tentang Bandaneira, tentang perkebunan pala, serta juga tentang hal-hal gaib. “Beta cerita tentang orang-orang alus (makluk halus) dan Nini antusias sekali. Tidak heran puisi Cerita Buat Dien Tamaela menjadi seperti itu,” kata Des. Sedangkan perkenalan dengan Dien juga terjadi karena rumah keluarga dr Tamaela memang tidak jauh dari rumah Sutan Syahrir. Sebagai tetangga, mereka sudah biasa saling berkunjung. Des akui, Chairil memang berkawan akrab dengan Dien. Hanya saja soal hubungan Chairil dan Dien, menurut Des, tidak sampai pada hubungan asmara. Tapi Des akui hubungan Chairil dan Dien sangat akrab. Hal itu bisa dilihat ketika Dien harus menjalani operasi usus buntu di Yogyakarta, Des dan Chairil jauh-jauh datang menjenguk di rumah sakit. Keduanya bahkan iseng meminta izin dokter agar bisa mengajak Dien jalan-jalan. “Dokter itu menjawab, tunggu saja kalau Dien sudah bisa kentut,” cerita Des sambil tertawa lebar. Des sendiri sempat menulis pengalaman bersama Chairil dalam sebuah bukunya “Friends and Exiles: A Memoir of the Nutmeg Isles and the Indonesian Nationalist Movement” yang diterbitkan Cornell University. Des mengakui bahwa Chairil adalah seorang seniman yang urakan tapi sosok mengagumkan.

 DIEN TAMAELA

(Gadis Ambon yang menjadi Inspirasi  Lahirnya Karya Puisi Penyair Chairil Anwar yang Berjudul BETA PATTIRADJAWANE - Cerita Buat Dien Tamaela))


Beta Pattirajawane

Yang dijaga datu-datu

Cuma satu

Beta Pattirajawane

Kikisan laut

Berdarah laut

Beta Pattirajawane

Ketika lahir dibawakan

Datu dayung sampan

Beta Pattirajawane, menjaga hutan pala.

Beta api di pantai. Siapa mendekat

Tiga kali menyebut beta punya nama.

Dalam sunyi malam ganggang menari

Menurut beta punya tifa,

Pohon pala, badan perawan jadi

Hidup sampai pagi tiba.

Mari menari!

Mari beria!

Mari berlupa!

Awas jangan bikin beta marah

Beta bikin pala mati, gadis kaku

Beta kirim datu-datu!

Beta ada di malam, ada di siang

Irama ganggang dan api membakar pulau....

Beta Pattirajawane

Yang dijaga datu-datu

Cuma satu.


(1946)


Puisi Cerita Buat Dien Tamaela menyimpan banyak cerita. Salah satunya dalam puisi tersebut adalah kisah tentang pohon pala. Chairil memang tidak pernah menjelajahi kebun pala karena penyair tidak pernah menginjakkan kaki ke Maluku. Namun puisinya telah mengabadikan pala secara utuh dan penuh daya magis. Dalam Puisi tersebut, Pertama kali muncul pala pada bait keempat dan tercatat tiga kali terdapat kata pala.


Negeri rempah-rempah itulah sebutan dari Maluku, the Spice Islands, kota yang begitu identik dengan cengkih dan pala. Dalam lazimnya penyebutan orang menyebut cengkih barulah pala. Dalam konteks cengkih memang lebih dominan di Maluku, karena Pohon cengkih lebih banyak dan gampang ditemukan di pulau ketimbang pala. Tapi dalam puisi Chairil, dia tidak menggunakan simbolisme cengkih melainkan pala. Hutan pala, pohon pala, dan pala. Namun simbolisme pala tidak muncul begitu saja. Tetapi, sebagai penyair memiliki kemerdekaan kreatif untuk memunculkan apapun.



TENTANG PERKENALAN CHAIRIL DAN DIEN TAMAELA

Seseorang telah bercerita kepada media tentang Chairil Anwar dan Dien Tamaela Semasa muda dia adalah Tokoh masyarakat Maluku Des Alwi (82), , Des berkawan dengan dua tokoh tersebut. Perjumpaan mereka bermula dari rumah Sutan Syahrir di Jalan Damrin Jakarta, yang kini menjadi Jalan Latuharhary.

Des Merupakan anak angkat Sutan Syahrir, Des datang dari Banda Neira dan tinggal di rumah Sutan Syahrir. Di rumah itulah, Des berjumpa dengan Chairil. Sebagai sesama orang Padang, Ibunda Chairil yakni Saleha, punya hubungan kerabat dengan Bung Kecil, julukan Sutan Syahrir. Sebab itu Des dan Chairil ditempatkan pada satu kamar yang sama. “Beta satu kamar dengan Nini. Chairil itu disapa Nini. Katong dua tidur sama-sama,” kenang Des.

Di kamar itulah, dua sahabat ini sering terlibat diskusi. Chairil sangat berminat pada kisah-kisah tentang Maluku. Des mengaku selalu bercerita tentang Bandaneira, tentang perkebunan pala, serta juga tentang hal-hal gaib. “Beta cerita tentang orang-orang alus (makluk halus) dan Nini antusias sekali. Tidak heran puisi Cerita Buat Dien Tamaela menjadi seperti itu,” kata Des. Sedangkan perkenalan dengan Dien juga terjadi karena rumah keluarga dr Tamaela memang tidak jauh dari rumah Sutan Syahrir. Sebagai tetangga, mereka sudah biasa saling berkunjung. Des akui, Chairil memang berkawan akrab dengan Dien. Hanya saja soal hubungan Chairil dan Dien, menurut Des, tidak sampai pada hubungan asmara. Tapi Des akui hubungan Chairil dan Dien sangat akrab. Hal itu bisa dilihat ketika Dien harus menjalani operasi usus buntu di Yogyakarta, Des dan Chairil jauh-jauh datang menjenguk di rumah sakit. Keduanya bahkan iseng meminta izin dokter agar bisa mengajak Dien jalan-jalan. “Dokter itu menjawab, tunggu saja kalau Dien sudah bisa kentut,” cerita Des sambil tertawa lebar. Des sendiri sempat menulis pengalaman bersama Chairil dalam sebuah bukunya “Friends and Exiles: A Memoir of the Nutmeg Isles and the Indonesian Nationalist Movement” yang diterbitkan Cornell University. Des mengakui bahwa Chairil adalah seorang seniman yang urakan tapi sosok mengagumkan.

No comments:

Post a Comment