03 October 2024

TENTARA BAYARAN DALAM SEJARAH JAWA: KSATRIA BAYANGAN DARI BERBAGAI PENJURU NUSANTARA Sejarah Jawa dipenuhi dengan kisah-kisah heroik yang melibatkan tentara bayaran—prajurit tangguh dari berbagai sudut Nusantara yang dipanggil untuk melindungi kerajaan besar di pulau ini. Bagaikan sosok tak terlihat, mereka adalah bayangan di balik kemenangan para penguasa. Dari Madura hingga Makassar, dari Bugis hingga Bali, para prajurit ini berdatangan, membawa nyali baja dan kemampuan tempur yang tak diragukan. Majapahit, kerajaan yang agung dan tak terkalahkan, selalu mengandalkan prajurit-prajurit dari Madura. Sebagai garis pertahanan pertama, mereka berdiri gagah menghadapi musuh, sementara para panglima Jawa beristirahat di balik perisai emas, menunggu saat yang tepat untuk turun tangan. Demak juga mengikuti tradisi yang sama. Pada zaman Arya Panggiri di Pajang, tentara bayaran dari Bali—dikenal dengan keberanian bak singa di medan perang—menjadi tameng pertama dalam melawan serangan musuh. Di bawah panji Mataram Islam, tentara dari Madura, Bugis, dan Makassar dipanggil untuk bertempur. Para panglima dan pendekar Jawa menahan diri di belakang, seolah menguji kekuatan tentara bayaran mereka. Namun, saat pertempuran memanas dan musuh tak lagi terhalang, para jagoan Jawa akhirnya turun, menghujani musuh dengan kekuatan yang seakan tak tertandingi. Ternyata, strategi licik dan cerdas ini menarik perhatian VOC Belanda. Mereka pun meniru cara penguasa Jawa, merekrut tentara bayaran dari seantero Nusantara: Jawa, Madura, Bugis, Makassar, Bali, Ambon, Manado, dan Nusa Tenggara. Tak cukup hanya merekrut, VOC dengan lihai menjadikan tentara bayaran Jawa sebagai komandan untuk memimpin para prajurit dari suku lain. Sebuah kombinasi mematikan yang membuat VOC terus memperluas cengkeraman kekuasaannya. Begitulah sejarah Jawa dituliskan. Tentara bayaran, yang dulunya hanya dianggap sebagai prajurit sewaan, berubah menjadi garda terdepan yang menentukan nasib kerajaan-kerajaan besar. Mereka adalah ksatria-ksatria bayangan, tak selalu terlihat, namun selalu ada di saat-saat paling genting. #sejarah #fyp

 TENTARA BAYARAN DALAM SEJARAH JAWA: KSATRIA BAYANGAN DARI BERBAGAI PENJURU NUSANTARA


Sejarah Jawa dipenuhi dengan kisah-kisah heroik yang melibatkan tentara bayaran—prajurit tangguh dari berbagai sudut Nusantara yang dipanggil untuk melindungi kerajaan besar di pulau ini. Bagaikan sosok tak terlihat, mereka adalah bayangan di balik kemenangan para penguasa. Dari Madura hingga Makassar, dari Bugis hingga Bali, para prajurit ini berdatangan, membawa nyali baja dan kemampuan tempur yang tak diragukan.



Majapahit, kerajaan yang agung dan tak terkalahkan, selalu mengandalkan prajurit-prajurit dari Madura. Sebagai garis pertahanan pertama, mereka berdiri gagah menghadapi musuh, sementara para panglima Jawa beristirahat di balik perisai emas, menunggu saat yang tepat untuk turun tangan. Demak juga mengikuti tradisi yang sama. Pada zaman Arya Panggiri di Pajang, tentara bayaran dari Bali—dikenal dengan keberanian bak singa di medan perang—menjadi tameng pertama dalam melawan serangan musuh.


Di bawah panji Mataram Islam, tentara dari Madura, Bugis, dan Makassar dipanggil untuk bertempur. Para panglima dan pendekar Jawa menahan diri di belakang, seolah menguji kekuatan tentara bayaran mereka. Namun, saat pertempuran memanas dan musuh tak lagi terhalang, para jagoan Jawa akhirnya turun, menghujani musuh dengan kekuatan yang seakan tak tertandingi.


Ternyata, strategi licik dan cerdas ini menarik perhatian VOC Belanda. Mereka pun meniru cara penguasa Jawa, merekrut tentara bayaran dari seantero Nusantara: Jawa, Madura, Bugis, Makassar, Bali, Ambon, Manado, dan Nusa Tenggara. Tak cukup hanya merekrut, VOC dengan lihai menjadikan tentara bayaran Jawa sebagai komandan untuk memimpin para prajurit dari suku lain. Sebuah kombinasi mematikan yang membuat VOC terus memperluas cengkeraman kekuasaannya.


Begitulah sejarah Jawa dituliskan. Tentara bayaran, yang dulunya hanya dianggap sebagai prajurit sewaan, berubah menjadi garda terdepan yang menentukan nasib kerajaan-kerajaan besar. Mereka adalah ksatria-ksatria bayangan, tak selalu terlihat, namun selalu ada di saat-saat paling genting.


#sejarah #fyp

No comments:

Post a Comment