30 October 2024


Sejarah Loano Purworejo: Pertempuran Simbarjoyo & Simalodra




Loano merupakan wilayah di utara Purworejo yang penuh kisah dan memiliki sejarah panjang sejak masa kerajaan. Berawal dari nama Kadipaten Singgelopuro hingga menjadi tempat yang dikenal dengan sebutan Loano saat ini.

Salah satu wilayah Kadipaten Singgelo (Loano) adalah desa Mudalrejo. Desa Mudalrejo adalah sebuah desa yang aman dan tentram karena mempunyai sesepuh atau penasehat desa yang bijak bernama Ki Hanggabaya.

Ki Hanggabaya mempunyai saudara yang dikenal sakti yang bernama Ki Simbarjoyo. Ki Simbarjoyo mempunyai sebuah padepokan yang berada di wilayah Geger Menjangan.

Di sebuah daerah di gunung Tidar (sekarang wilayah Magelang), hiduplah gerombolan perampok yang dipimpin oleh Simalodra. Simalodra adalah seorang kepala perampok yang dikenal sakti mandraguna pilih tanding. Namun, dia mempunyai watak yang kejam dan gemar menghabisi korban rampokan.

Mendengar tentang kekayaan Kadipaten Singgelo, Simalodra berniat untuk mengadakan rampasan di sebuah desa pinggiran wilayah Kadipaten Singgelo. Dengan perencanaan yang matang, akhirnya gerombolan perampok dari Tidar ini berhasil menjarah harta kekayaan desa tersebut.

* Perang tanding antara Tumenggung Handakara dan Simalodra.

Berita tentang Simalodra didengar oleh Adipati Singgelo sehingga membuat suasan Kadipaten Singgelo menjadi resah dan tak aman. Lalu, Adipati Singgelo sowan ke Kerajaan Majapahit dan melaporkan kejadian tersebut. Prabu Brawijaya mengutus Tumenggung Handakara untuk membasmi perampok Tidar.

Namun, berita rencana penyerangan tersebut telah didengar oleh Simalodra. Dengan taktik cerdas, Simalodra pun menyongsong kedatangan para prajurit Majapahit dengan mengadakan pengepungan di hutan Margoyoso dan terjadilah perang antara prajurit Majapahit dengan gerombolan berandal Tidar.

Prajurit Majapahit ternyata tidak menandingi kekuatan pasukan berandal Tidar sehingga mengalami kekalahan. Saat itu pula, terjadi perang tanding antara Tumenggung Handakara dengan Simalodra. Pada awal mula, perang tanding antara kedua orang sakti tersebut seimbang kekuatan. Di akhir pertempuran Simalodra berhasil membunuh Tumenggung Handakara.

Jenasah Tumenggung Handakara dibawa ke Kadipaten Singgelo dan dimakam di pekuburan Danyangan, letaknya berada di dekat PDAM Mudalrejo.

* Ki Hanggabaya melawan Simalodra.

Berita tewasnya Tumenggung Handakara membuat Ki Hanggabaya ingin menumpas gerombolan perampok Tidar. Saat Simalodra sedang menikmati hasil rampokan. Tiba-tiba, datang seorang anak buah yang memberitakan adanya pasukan dari Kadipaten Singgelo menuju Tidar. Lalu, dikumpulkan anak buah Simalodra dan menentukan taktik perang dengan mengepung barisan prajurit Kadipaten Singgelo di hutan Margayasa.

Ketika pasukan Hanggabaya sampai ditujuan, gerombolan Simalodra datang dari segala arah, mengepung pasukan Hanggabaya. Namun, lagi-lagi kekuatan gerombolan Tidar berada di atas kekuatan prajurit Singgelo.

Simalodra berhadapan langsung dengan Ki Hanggabaya, Kondisi fisik Simalodra memang sangat kuat sehingga Ki Hanggabaya terdesak mundur dan di saat lengah Ki Hanggabaya berhasil dibunuh oleh Simalodra, maka tewaslah seorang sesepuh desa Mudalrejo.

Jenazah Ki Hanggabaya dimakamkan di desa Mudalrejo dukuh Onggopaten, sebelah selatan PDAM Mudalrejo.

* Ki Simbarjoyo Dikalahkan Simalodra

Berita kematian Ki Hanggabaya sampai ke wilayah Geger Menjangan dan membuat marah saudaranya, yaitu Ki Simbarjoyo. Dengan bersenjata tombak, Ki Simbarjoyo sangat optimis dapat menghabisi Simalodra. dia mendatangi gerombolan perampok Tidar seorang diri, tanpa mau dibantu oleh murid-muridnya. Terjadilah pertempuran di hutan Margoyoso, perbatasan antara Kadipaten Singgelo dan Tidar.

Meskipun dikeroyok, Ki Simbarjoyo tidak mundur bahkan banyak anak buah Simalodra yang tewas. Ki Simbarjoyo langsung berhadapan dengan Simalodra. Kedua pihak sama-sama sakti, namun, tombak Ki Simbarjoyo patah terkena sabetan pedang Simalodra. Dengan keadaan lengah, tendangan Simalodra mendarat ke dada sehingga Simbarjoyo terpelanting jauh masuk jurang, dan akhirnya jatuh ke sebuah air terjun di hutan Margoyoso, di aliran sungai Bogowonto.

* Kematian Simalodra

Salah satu saudara Ki Simbarjoyo, adalah Ki Honggopati. Honggopati merasa sudah saatnya untuk turun gunung dan menumpas perampok Tidar. Kemudian, Ki Honggopati memanggil para cantrik dan murid-muridnya untuk menemani saat perang melawan Simalodra. Para murid dan cantrik sangat setuju dan mendukung perjuangan Ki Honggopati, dan bersiap-siap menuju lembah gunung Tidar.

Singkat cerita, belum sampai ke Margoyoso, para peramp0k ternyata sudah berada di loano. dan bertemulah kedua pasukan tersebut di sebelah utara Loano sehingga terjadi perang. Tombak trisula Honggopaten yang dipegang Ki Honggopati berhasil membuat luka dan menghabisi banyak kawanan perampok. Melihat kejadian itu, Simalodra segera melompat dan menghadang sepak terjang Honggopati, terjadilan perang tanding.

Antara Honggopati dan Simalodra sama-sama kuat dan seimbang. Keduanya sama-sama lincah dan saling menangkis serangan. Namun, kelincahan Simalodra berada di bawah ketrampilan perang Honggopati. Sebuah tusukan trisula honggopaten berhasil menusuk perut Simalodra, sehingga terburai dan keluar usus Simalodra. Tewaslah sudah kepala perampok yang sakti itu. semua anak buah Simalodra dibunuh semua.

Sorak-sorai prajurit Honggopaten menyerukan suara kemenangan. Lalu, mayat para perampok di kuburkan dalam satu lobang, atau di kalong sehingga tempat tersebut sekarang bernama dukuh Kalongan. Dukuh Kalongan berada di sebelah timur PDAM Mudalrejo, di pinggir kali Kodil.

* Kembali Ke Ki Simbarjoyo

Setelah mengalami kekalahan dan dengan keadaan terluka, Ki Simbarjoyo berusaha pulang ke desa Mudalrejo. Lalu pergi ke kaki gunung Sumbing untuk bertapa. Selang beberapa tahun berlalu, Ki Simbarjoyo pulang ke Mudalrejo. Saat pulang, beliau menemukan sumber mata air yang memancar sangat jernih. Kemudian, beliau berkata pada murid-muridnya bahwa mata air tersebut diberi nama mata air Mudal. Sedangkan dukuhnya diberi nama dukuh Simbarjoyo.

Setelah wafat, Ki Simbarjoyo dimakamkan dekat mata air, tepatnya sebelah utara.

Oleh pemerintah Hindia Belanda, mata air Simbarjoyo dirubah menjadipemandian Simbarjoyo. Maka, semakin gemah ripah loh jinawi keadaan dukuh Simbarjoyo dengan adanya mata air dan pemandian Simbarjoyo. pada sekitar tahun 1980, pemandian Simbarjoyo dirubah menjadi PDAM yang bisa menyediakan air ke beberapa desa di Purworejo.

.

* https://wiyonggoputih.blogspot.com/2021/11/sekilas-sejarah-mudalrejo-loano.html

Loano merupakan wilayah di utara Purworejo yang penuh kisah dan memiliki sejarah panjang sejak masa kerajaan. Berawal dari nama Kadipaten Singgelopuro hingga menjadi tempat yang dikenal dengan sebutan Loano saat ini.

Salah satu wilayah Kadipaten Singgelo (Loano) adalah desa Mudalrejo. Desa Mudalrejo adalah sebuah desa yang aman dan tentram karena mempunyai sesepuh atau penasehat desa yang bijak bernama Ki Hanggabaya.

Ki Hanggabaya mempunyai saudara yang dikenal sakti yang bernama Ki Simbarjoyo. Ki Simbarjoyo mempunyai sebuah padepokan yang berada di wilayah Geger Menjangan.

Di sebuah daerah di gunung Tidar (sekarang wilayah Magelang), hiduplah gerombolan perampok yang dipimpin oleh Simalodra. Simalodra adalah seorang kepala perampok yang dikenal sakti mandraguna pilih tanding. Namun, dia mempunyai watak yang kejam dan gemar menghabisi korban rampokan.

Mendengar tentang kekayaan Kadipaten Singgelo, Simalodra berniat untuk mengadakan rampasan di sebuah desa pinggiran wilayah Kadipaten Singgelo. Dengan perencanaan yang matang, akhirnya gerombolan perampok dari Tidar ini berhasil menjarah harta kekayaan desa tersebut.

* Perang tanding antara Tumenggung Handakara dan Simalodra.

Berita tentang Simalodra didengar oleh Adipati Singgelo sehingga membuat suasan Kadipaten Singgelo menjadi resah dan tak aman. Lalu, Adipati Singgelo sowan ke Kerajaan Majapahit dan melaporkan kejadian tersebut. Prabu Brawijaya mengutus Tumenggung Handakara untuk membasmi perampok Tidar.

Namun, berita rencana penyerangan tersebut telah didengar oleh Simalodra. Dengan taktik cerdas, Simalodra pun menyongsong kedatangan para prajurit Majapahit dengan mengadakan pengepungan di hutan Margoyoso dan terjadilah perang antara prajurit Majapahit dengan gerombolan berandal Tidar.

Prajurit Majapahit ternyata tidak menandingi kekuatan pasukan berandal Tidar sehingga mengalami kekalahan. Saat itu pula, terjadi perang tanding antara Tumenggung Handakara dengan Simalodra. Pada awal mula, perang tanding antara kedua orang sakti tersebut seimbang kekuatan. Di akhir pertempuran Simalodra berhasil membunuh Tumenggung Handakara.

Jenasah Tumenggung Handakara dibawa ke Kadipaten Singgelo dan dimakam di pekuburan Danyangan, letaknya berada di dekat PDAM Mudalrejo.

* Ki Hanggabaya melawan Simalodra.

Berita tewasnya Tumenggung Handakara membuat Ki Hanggabaya ingin menumpas gerombolan perampok Tidar. Saat Simalodra sedang menikmati hasil rampokan. Tiba-tiba, datang seorang anak buah yang memberitakan adanya pasukan dari Kadipaten Singgelo menuju Tidar. Lalu, dikumpulkan anak buah Simalodra dan menentukan taktik perang dengan mengepung barisan prajurit Kadipaten Singgelo di hutan Margayasa.

Ketika pasukan Hanggabaya sampai ditujuan, gerombolan Simalodra datang dari segala arah, mengepung pasukan Hanggabaya. Namun, lagi-lagi kekuatan gerombolan Tidar berada di atas kekuatan prajurit Singgelo.

Simalodra berhadapan langsung dengan Ki Hanggabaya, Kondisi fisik Simalodra memang sangat kuat sehingga Ki Hanggabaya terdesak mundur dan di saat lengah Ki Hanggabaya berhasil dibunuh oleh Simalodra, maka tewaslah seorang sesepuh desa Mudalrejo.

Jenazah Ki Hanggabaya dimakamkan di desa Mudalrejo dukuh Onggopaten, sebelah selatan PDAM Mudalrejo.

* Ki Simbarjoyo Dikalahkan Simalodra

Berita kematian Ki Hanggabaya sampai ke wilayah Geger Menjangan dan membuat marah saudaranya, yaitu Ki Simbarjoyo. Dengan bersenjata tombak, Ki Simbarjoyo sangat optimis dapat menghabisi Simalodra. dia mendatangi gerombolan perampok Tidar seorang diri, tanpa mau dibantu oleh murid-muridnya. Terjadilah pertempuran di hutan Margoyoso, perbatasan antara Kadipaten Singgelo dan Tidar.

Meskipun dikeroyok, Ki Simbarjoyo tidak mundur bahkan banyak anak buah Simalodra yang tewas. Ki Simbarjoyo langsung berhadapan dengan Simalodra. Kedua pihak sama-sama sakti, namun, tombak Ki Simbarjoyo patah terkena sabetan pedang Simalodra. Dengan keadaan lengah, tendangan Simalodra mendarat ke dada sehingga Simbarjoyo terpelanting jauh masuk jurang, dan akhirnya jatuh ke sebuah air terjun di hutan Margoyoso, di aliran sungai Bogowonto.

* Kematian Simalodra

Salah satu saudara Ki Simbarjoyo, adalah Ki Honggopati. Honggopati merasa sudah saatnya untuk turun gunung dan menumpas perampok Tidar. Kemudian, Ki Honggopati memanggil para cantrik dan murid-muridnya untuk menemani saat perang melawan Simalodra. Para murid dan cantrik sangat setuju dan mendukung perjuangan Ki Honggopati, dan bersiap-siap menuju lembah gunung Tidar.

Singkat cerita, belum sampai ke Margoyoso, para peramp0k ternyata sudah berada di loano. dan bertemulah kedua pasukan tersebut di sebelah utara Loano sehingga terjadi perang. Tombak trisula Honggopaten yang dipegang Ki Honggopati berhasil membuat luka dan menghabisi banyak kawanan perampok. Melihat kejadian itu, Simalodra segera melompat dan menghadang sepak terjang Honggopati, terjadilan perang tanding.

Antara Honggopati dan Simalodra sama-sama kuat dan seimbang. Keduanya sama-sama lincah dan saling menangkis serangan. Namun, kelincahan Simalodra berada di bawah ketrampilan perang Honggopati. Sebuah tusukan trisula honggopaten berhasil menusuk perut Simalodra, sehingga terburai dan keluar usus Simalodra. Tewaslah sudah kepala perampok yang sakti itu. semua anak buah Simalodra dibunuh semua.

Sorak-sorai prajurit Honggopaten menyerukan suara kemenangan. Lalu, mayat para perampok di kuburkan dalam satu lobang, atau di kalong sehingga tempat tersebut sekarang bernama dukuh Kalongan. Dukuh Kalongan berada di sebelah timur PDAM Mudalrejo, di pinggir kali Kodil.

* Kembali Ke Ki Simbarjoyo

Setelah mengalami kekalahan dan dengan keadaan terluka, Ki Simbarjoyo berusaha pulang ke desa Mudalrejo. Lalu pergi ke kaki gunung Sumbing untuk bertapa. Selang beberapa tahun berlalu, Ki Simbarjoyo pulang ke Mudalrejo. Saat pulang, beliau menemukan sumber mata air yang memancar sangat jernih. Kemudian, beliau berkata pada murid-muridnya bahwa mata air tersebut diberi nama mata air Mudal. Sedangkan dukuhnya diberi nama dukuh Simbarjoyo.

Setelah wafat, Ki Simbarjoyo dimakamkan dekat mata air, tepatnya sebelah utara.

Oleh pemerintah Hindia Belanda, mata air Simbarjoyo dirubah menjadipemandian Simbarjoyo. Maka, semakin gemah ripah loh jinawi keadaan dukuh Simbarjoyo dengan adanya mata air dan pemandian Simbarjoyo. pada sekitar tahun 1980, pemandian Simbarjoyo dirubah menjadi PDAM yang bisa menyediakan air ke beberapa desa di Purworejo.

.

* https://wiyonggoputih.blogspot.com/2021/11/sekilas-sejarah-mudalrejo-loano.html

No comments:

Post a Comment