SEJARAH KITAB NEGARAKERTAGAMA
Kitab Negarakertagama adalah salah satu naskah kuno yang paling penting dalam sejarah Indonesia, terutama dalam memahami masa kejayaan Kerajaan Majapahit. Kitab ini disusun oleh Mpu Prapanca pada tahun 1365 M pada masa pemerintahan Raja Hayam Wuruk. Melalui kitab ini, kita dapat mengetahui gambaran kehidupan politik, sosial, agama, dan budaya Majapahit yang dikenal sebagai kerajaan terkuat di Nusantara pada abad ke-14.
SEJARAH PENULISAN
Negarakertagama ditulis sebagai puji-pujian kepada Raja Hayam Wuruk dan menggambarkan kebesaran serta luasnya wilayah kekuasaan Majapahit. Kitab ini juga menyajikan informasi tentang struktur kerajaan, administrasi, dan kegiatan keagamaan di berbagai wilayah kekuasaan Majapahit. Negarakertagama ditulis dalam bahasa Kawi (Jawa Kuno) dan terdiri dari 98 pupuh (bab). Setiap pupuh menggunakan berbagai bentuk metrum atau pola puisi, seperti kakawin. Di dalamnya, Mpu Prapanca juga menceritakan perjalanan spiritualnya ke berbagai daerah untuk melaksanakan ritual keagamaan dan memuja para dewa.
Mpu Prapanca, selain sebagai seorang pujangga, juga merupakan seorang pegawai istana dan anggota birokrasi Majapahit yang sangat memahami situasi politik serta struktur sosial Majapahit. Kitab ini juga menampilkan hubungan diplomatik Majapahit dengan negara-negara lain, baik di Nusantara maupun di luar kawasan, serta menggambarkan harmoni antara agama Hindu dan Buddha yang dianut oleh masyarakat Majapahit.
ISI KITAB
Secara garis besar, Negarakertagama berisi:
1. Puji-pujian kepada Raja Hayam Wuruk serta keluarganya dan raja-raja Majapahit sebelumnya.
2. Wilayah kekuasaan Majapahit, termasuk pulau-pulau di Nusantara seperti Sumatra, Kalimantan, Sulawesi, Maluku, hingga bagian barat Papua, serta hubungan diplomatik dengan negara-negara tetangga.
3. Kegiatan keagamaan dan ritual yang dilakukan di kerajaan, seperti sembahyang, persembahan kepada para dewa, dan penghormatan kepada leluhur.
4. Kunjungan Raja Hayam Wuruk ke beberapa tempat penting di wilayah Majapahit, seperti tempat suci, candi, dan wilayah perbatasan kerajaan.
5. Kehidupan sosial dan budaya Majapahit, termasuk sistem pemerintahan dan peran para pejabat istana dalam mengatur kehidupan masyarakat.
PENEMUAN KEMBALI
Selama berabad-abad, Negarakertagama hampir terlupakan dan terselubung dalam sejarah, hingga akhirnya ditemukan kembali pada tahun 1894 oleh seorang ilmuwan Belanda bernama J.L.A. Brandes. Penemuan ini terjadi secara tak terduga setelah pasukan Belanda melakukan penyerangan ke Lombok. Ketika Belanda menaklukkan kerajaan Lombok, mereka merampas sejumlah besar benda-benda berharga, termasuk manuskrip-manuskrip kuno dari istana raja setempat. Di antara koleksi yang disita, terdapat sebuah naskah lontar yang dikenal kemudian sebagai Negarakertagama.
Penemuan Negarakertagama oleh Brandes memiliki dampak besar terhadap studi sejarah dan kebudayaan Nusantara. Manuskrip ini kemudian dipelajari dengan cermat oleh para sejarawan dan ahli bahasa, yang kemudian menyadari bahwa naskah ini adalah sumber penting tentang sejarah Majapahit dan kerajaan-kerajaan di Nusantara pada abad ke-14.
PENGARUH & SIGNIFIKANSI KITAB NEGARAKERTAGAMA
Negarakertagama memberikan pandangan yang sangat mendalam tentang kebesaran Majapahit dan membuktikan bahwa kerajaan ini bukan hanya sebuah entitas politik yang kuat, tetapi juga pusat kebudayaan dan spiritual yang luar biasa. Dari kitab ini, terungkap bahwa wilayah kekuasaan Majapahit mencakup banyak bagian Nusantara, termasuk daerah-daerah yang kini menjadi Indonesia, Malaysia, Singapura, Brunei, dan Filipina.
Penemuan kembali Negarakertagama juga membantu memperkuat identitas nasional Indonesia, karena kitab ini menjadi simbol kejayaan masa lalu Nusantara yang multikultural dan multireligius.
KONTROVERSI PENEMUAN
Meski penemuan Negarakertagama sangat berarti, kontroversi tidak bisa dihindari karena penemuannya terjadi dalam konteks kolonialisme. Sebagian pihak berpendapat bahwa naskah tersebut seharusnya tetap berada di tangan kerajaan setempat dan tidak disita oleh kolonial Belanda. Bahkan hingga hari ini, sebagian artefak dari perampasan di Lombok masih tersimpan di museum-museum Belanda, dan ada seruan dari beberapa pihak agar artefak-artefak ini dikembalikan ke Indonesia.
Yang pasti Kitab Negarakertagama akan tetap menjadi warisan penting bagi sejarah Indonesia. Dengan adanya kitab ini, kita dapat merekonstruksi peradaban Majapahit, memahami kekayaan budaya Nusantara, dan menghargai kebesaran kerajaan yang pernah menjadi pusat kekuatan di Asia Tenggara.
Referensi:
1. Slametmuljana, Negarakretagama dan Tafsir Sejarahnya.
2. Moertono, Soemarsaid, State and Statecraft in Old Java.
No comments:
Post a Comment