KEKUATAN PRAJURIT & ARMADA KERAJAAN MAJAPAHIT & SRIWIJAYA
KERAJAAN MAJAPAHIT (1293–1500-an M)
Majapahit merupakan salah satu kerajaan terbesar di Nusantara yang mencapai puncak kejayaannya pada abad ke-14 di bawah kekuasaan Hayam Wuruk dan Mahapatih Gajah Mada. Kekuatannya meliputi aspek militer darat dan laut, yang sangat penting untuk menjaga kekuasaan dan pengaruhnya di wilayah maritim Asia Tenggara.
KEKUATAN DARAT
Pasukan darat Majapahit terdiri dari berbagai elemen yang dilatih secara khusus untuk mempertahankan wilayah daratan yang luas serta untuk menaklukkan daerah-daerah lain. Struktur pasukan Majapahit dibagi menjadi beberapa komponen:
1. Infanteri: Infanteri Majapahit merupakan tulang punggung utama pasukan darat. Mereka dilengkapi dengan senjata seperti tombak, keris, parang, dan pedang. Prajurit infanteri terlibat dalam pertempuran frontal serta operasi penguasaan wilayah yang sulit dijangkau seperti pegunungan dan hutan-hutan lebat di Pulau Jawa.
2. Kavaleri: Meski kuda tidak banyak ditemukan di Nusantara, Majapahit memiliki pasukan kavaleri yang terbatas, namun sangat efektif. Kuda-kuda ini diperoleh dari perdagangan dengan pedagang luar, terutama dari India dan Arab. Kavaleri digunakan dalam serangan cepat atau untuk mengepung musuh di medan terbuka.
3. Pasukan Pemanah: Pasukan pemanah Majapahit memainkan peran penting dalam pertempuran, terutama ketika bertempur di daerah terbuka dan dalam perang jarak jauh. Mereka menggunakan busur tradisional dan panah beracun untuk melemahkan musuh sebelum melakukan serangan darat.
4. Senjata Artileri: Meskipun artileri seperti meriam masih sangat sederhana pada masa itu, Majapahit mulai mengadopsi teknologi senjata api dari luar, terutama dari India dan Tiongkok. Penggunaan meriam yang dinamakan cetbang dan senjata api mulai terlihat dalam pertahanan benteng dan kapal perang Majapahit di akhir masa kejayaannya.
5. Pasukan Elit: Majapahit memiliki pasukan khusus yang dikenal sebagai Bhayangkara, yang berfungsi sebagai penjaga pribadi raja dan pejabat tinggi kerajaan. Mereka dilatih untuk melakukan tugas pengamanan dan pengawalan di dalam istana, tetapi juga dapat ditugaskan untuk misi-misi militer yang lebih kompleks.
ARMADA LAUT
Sebagai kerajaan maritim, Majapahit menyadari betul pentingnya mengendalikan jalur perdagangan dan melindungi pantai serta kepulauan di Nusantara. Kekuatan laut Majapahit didukung oleh armada yang kuat, yang terutama digunakan untuk ekspansi dan pengawasan wilayah kekuasaan maritim.
1. Kapal Perang Jong: Kapal terbesar yang digunakan oleh armada laut Majapahit adalah jong, sebuah kapal layar besar yang dirancang untuk membawa banyak prajurit, senjata, dan perbekalan. Jong bisa mencapai panjang lebih dari 30 meter dan mampu mengangkut hingga 100 prajurit. Jong dilengkapi dengan senjata-senjata seperti tombak dan panah serta meriam pada masanya.
2. Kapal Cepat (Penjajap): Selain jong, Majapahit juga memiliki kapal kecil yang lebih cepat, yang disebut penjajap atau ghurab. Kapal ini digunakan untuk patroli cepat dan pengintaian, serta untuk melakukan serangan mendadak ke kapal-kapal musuh.
3. Perdagangan dan Ekspansi Maritim: Kekuatan maritim Majapahit tidak hanya digunakan untuk perang, tetapi juga untuk mengendalikan perdagangan internasional. Armada lautnya melindungi jalur perdagangan yang melintasi Selat Malaka dan Laut Jawa, serta memfasilitasi perdagangan dengan wilayah Asia lainnya seperti Tiongkok, India, dan Timur Tengah.
4. Pertempuran Laut Terkenal: Armada laut Majapahit terlibat dalam berbagai pertempuran penting untuk mempertahankan wilayah maritimnya. Salah satu pertempuran laut terkenal adalah pertempuran di perairan Pasai ketika Majapahit berhasil menghancurkan kekuatan armada laut Kesultanan Pasai.
KERAJAAN SRIWIJAYA (650–1377 M)
Sriwijaya merupakan kerajaan maritim yang mendominasi jalur perdagangan di Asia Tenggara pada abad ke-7 hingga abad ke-14. Sriwijaya adalah salah satu kerajaan terbesar yang menguasai perdagangan maritim, terutama di Selat Malaka dan Laut Jawa, menjadikannya kekuatan laut yang tak tertandingi di Nusantara pada masa kejayaannya.
KEKUATAN DARAT
Meskipun Sriwijaya dikenal sebagai kekuatan maritim, mereka juga memiliki kekuatan darat yang digunakan untuk mempertahankan wilayah di daratan Sumatra dan semenanjung Melayu.
1. Infanteri: Prajurit darat Sriwijaya terdiri dari infanteri yang dilengkapi dengan senjata-senjata tradisional seperti tombak, pedang, dan panah. Kekuatan infanteri Sriwijaya dikerahkan untuk menjaga ibu kota dan pusat-pusat perdagangan utama mereka di darat.
2. Pertahanan Benteng: Kerajaan ini memiliki benteng pertahanan yang kuat di sepanjang jalur perdagangan strategis, terutama di Selat Malaka dan sekitar Sungai Musi di Palembang. Benteng-benteng ini dilindungi oleh pasukan darat yang siap mempertahankan posisi strategis dari serangan luar.
ARMADA LAUT
Sriwijaya dikenal sebagai salah satu kerajaan maritim terbesar yang mendominasi jalur perdagangan internasional di Asia Tenggara. Armada laut Sriwijaya sangat terkenal dalam sejarah karena kekuatannya yang mengendalikan rute perdagangan dari Tiongkok hingga India.
1. Kapal-Kapal Besar: Armada laut Sriwijaya terdiri dari kapal-kapal besar yang mampu berlayar di perairan internasional. Salah satu kapal terbesar yang digunakan adalah kapal jong, yang juga digunakan untuk perdagangan dan perang. Kapal ini dirancang untuk membawa muatan besar dan mampu bertahan dalam perjalanan jauh di lautan.
2. Penguasaan Jalur Perdagangan: Sriwijaya menguasai Selat Malaka, salah satu jalur perdagangan terpenting di dunia, yang menghubungkan India dan Tiongkok. Kekuatan lautnya memungkinkan mereka untuk mengendalikan dan melindungi jalur ini, serta memungut pajak dari kapal-kapal yang melintas.
3. Kapal Perang dan Patroli Laut: Armada laut Sriwijaya dilengkapi dengan kapal perang yang siap menjaga perairan Nusantara dari ancaman bajak laut maupun invasi dari kerajaan lain. Kapal-kapal perang ini digunakan untuk menegakkan hukum maritim Sriwijaya dan melindungi kapal dagang dari perompak.
4. Ekspansi Maritim: Sriwijaya melakukan berbagai ekspansi maritim untuk menguasai wilayah-wilayah strategis di Asia Tenggara. Mereka menaklukkan beberapa wilayah seperti Semenanjung Malaya, Jawa bagian barat, dan beberapa pulau di sekitar Selat Sunda dan Selat Malaka. Ekspansi ini menambah kekuatan armada laut Sriwijaya dalam mempertahankan hegemoni maritimnya.
5. Perang Laut Terkenal: Sriwijaya juga terlibat dalam berbagai konflik laut, termasuk melawan Dinasti Chola dari India Selatan pada abad ke-11, yang mengakibatkan invasi ke ibu kota Sriwijaya di Palembang. Meski mengalami kekalahan di beberapa pertempuran, kekuatan maritim Sriwijaya tetap dihormati dan mampu bertahan hingga abad ke-14.
Baik Majapahit maupun Sriwijaya menunjukkan superioritas dalam hal militer darat dan laut, meski dengan penekanan yang berbeda. Majapahit lebih fokus pada kekuatan darat yang mendukung ekspansi wilayah daratan di Nusantara, sementara Sriwijaya lebih dikenal sebagai kekuatan maritim yang mengendalikan perdagangan internasional dan laut di Asia Tenggara.
Referensi:
1. Cœdès, George. The Indianized States of Southeast Asia. University of Hawaii Press, 1968.
2. Manguin, Pierre-Yves. Southeast Asian Kingdoms and the Maritime Silk Route. National University of Singapore Press, 2016.
3. Munoz, Paul Michel. Early Kingdoms of the Indonesian Archipelago and the Malay Peninsula. Editions Didier Millet, 2006.
No comments:
Post a Comment