09 October 2024

SRI SULTAN HAMENGKUBUWANA VI Dilahirkan dengan nama Gusti Raden Mas (GRM) Mustojo pada tanggal 10 Agustus 1821, beliau adalah putera dari Sri Sultan Hamengku Buwono IV dari permaisuri Gusti Kanjeng Ratu (GKR) Kencono. Pada tahun 1839 ketika sudah berganti nama menjadi Pangeran Adipati Mangkubumi beliau mendapat pangkat Letnan Kolonel dari pemerintah Hindia Belanda. Kelak pangkat beliau naik menjadi Kolonel pada tahun 1847. Sri Sultan Hamengku Buwono V wafat dalam kondisi belum meninggalkan putera. Mengatasi kondisi tersebut, pemerintah kolonial Hindia Belanda menetapkan Pangeran Adipati Mangkubumi sebagai Sri Sultan Hamengku Buwono VI yang dinobatkan pada tanggal 5 Juli 1855. Menginjak usia 27 tahun, beliau menikah dengan GKR Kencono yang merupakan puteri dari Susuhunan Paku Buwono VIII dari Surakarta. Sebagai permaisuri Sultan Hamengku Buwono VI, Ratu Kencono bergelar GKR Hamengku Buwono. Pernikahan tersebut menjadi sejarah terjalinnya kembali hubungan baik di antara Kasultanan Yogyakarta dan Kasunanan Surakarta yang sejak Perjanjian Giyanti sering terjadi ketegangan. Hubungan baik dengan kerajaan lain juga semakin terjalin setelah Sri Sultan Hamengku Buwono VI menikahi puteri dari Kerajaan Brunei. Pola pemerintahan yang dilaksanakan oleh Sri Sultan Hamengku Buwono VI pada dasarnya melanjutkan model yang dijalankan oleh kakaknya, perang pasif. Hal ini cukup berbeda dengan sikap beliau sebelum naik tahta, dimana beliau cukup keras menentang sikap sang kakak. Perubahan sikap ini kiranya yang menimbulkan kekecewaan dan akhirnya memunculkan gejolak di Kasultanan. Adalah kebetulan beliau didampingi oleh Patih Danurejo V yang terkenal pandai dalam hal siasat, sehingga banyak masalah pelik dapat terselesaikan. Pada masa pemerintahan Sri Sultan Hamengku Buwono VI, terjadi bencana alam yang memilukan. Gempa dengan kekuatan dahsyat menggoncang bumi Yogyakarta pada tanggal 10 Juni 1867. Tercatat gempa 6,8 SR Pada tanggal 20 Juli 1877 (9 Rejeb 1806 TJ), ketika beliau menginjak usia 56 tahun, Sri Sultan Hamengku Buwono VI tutup usia. Beliau dimakamkan di Astana Besiyaran, Pajimatan Imogiri. Peninggalan Sri Sultan Hamengku Buwono VI Sri Sultan Hamengku Buwono VI meninggalkan dua buah karya seni tari, yaitu tari Bedhaya Babar Layar dan Srimpi Endra Wasesa. Di masa beliau pula, dipesan kereta Kyai Wimono Putro yang nantinya menjadi kereta yang dipergunakan ketika diadakan upacara pelantikan putra mahkota menjadi sultan. Adapun kereta kebesaraan beliau sendiri, yang nantinya dipakai hingga sekarang, adalah Kyai Kanjeng Garudho Yakso. Sri Sultan Hamengku Buwana VI memiliki 2 permaisuri dan 8 selir serta 23 putra putri, yaitu : A. Ada dua (2) istri Permaisuri dari Sri Sultan Hamengku Buwana VI (Raja keenam dari Kraton Kesultanan Ngayogyakarta Hadiningrat), yaitu : 1. Gusti Kanjeng Ratu Kencana adalah putri dari Sri Susuhunan Paku Buwana VIII (Raja kedelapan dari Kraton Kesunanan Surakarta). 2. Gusti Kanjeng Ratu Sultan adalah putri dari Ki Ageng Prawirarejasa. B. Ada delapan (8) istri Selir dari Sri Sultan Hamengku Buwana VI, yaitu : 1. Bendara Raden Ayu Tejaningrum. 2. Bendara Raden Ayu Pujaratna. 3. Bendara Raden Ayu Ratnaningdia. 4. Bendara Raden Ayu Sasmitaningrum. 5. Bendara Raden Ayu Puspitaningrum. 6. Bendara Raden Ayu Murtiningrum. 7. Bendara Raden Ayu Ratna Adiningrum. 8. Bendara Raden Ayu Dewaningrum. C. Ada dua puluh tiga (23) putra putri dari Sri Sultan Hamengku Buwana VI, yaitu : 1. Gusti Raden Mas Murteja atau Gusti Pangeran Harya Hangabehi atau Sri Sultan Hamengku Buwana VII (Raja ketujuh dari Kraton Kesultanan Ngayogyakarta Hadiningrat). Lahir dari Ibu Permaisuri yang bernama GKR Sultan. 2. Bendara Raden Mas Sulaiman, meninggal muda. Lahir dari Ibu Selir yang bernama BRAy Pujaratna. 3. Bendara Pangeran Harya Purbaya. Lahir dari Ibu Selir yang bernama BRAy Ratnaningdia. 4. Gusti Pangeran Harya Surya Mataram. Lahir dari Ibu Permaisuri yang bernama GKR Sultan. 5. Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Mangkubumi. Lahir dari Ibu Permaisuri yang bernama GKR Sultan. Pangeran Mangkubumi adalah kakek dari Sri Sultan Hamengku Buwana IX dari pihak ibu. 6. Bendara Pangeran Harya Hadiwinata. Lahir dari Ibu Selir yang bernama BRAy Puspitaningrum. 7. Bendara Pangeran Harya Hadiwijaya. Lahir dari Ibu Selir yang bernama BRAy Ratna Adiningrum. 8. Gusti Pangeran Harya Buminata. Lahir dari Ibu Permaisuri yang bernama GKR Sultan. 9. Gusti Pangeran Harya Puger. Lahir dari Ibu Permaisuri yang bernama GKR Sultan. 10. Gusti Pangeran Harya Suryaputra. Lahir dari Ibu Permaisuri yang bernama GKR Sultan. 11. Gusti Pangeran Harya Anom. Lahir dari Ibu Permaisuri yang bernama GKR Sultan. 12. Bendara Raden Ajeng Samilah, meninggal muda. Lahir dari Ibu Selir yang bernama BRAy Tejaningrum. 13. Gusti Kanjeng Ratu Hangger. Lahir dari Ibu Permaisuri yang bernama GKR Sultan. GKR Hangger menikah dengan Kanjeng Raden Adipati Danureja VI, Patih Kesultanan Ngayogyakarta. 14. Gusti Kanjeng Ratu Pembayun. Lahir dari Ibu Permaisuri yang bernama GKR Sultan. GKR Pembayun menikah dengan Kanjeng Raden Adipati Danureja V, Patih Kesultanan Ngayogyakarta. 15. Gusti Kanjeng Ratu Anom. Lahir dari Ibu Permaisuri yang bernama GKR Sultan. GKR Anom menikah dengan Kanjeng Raden Tumenggung Danuningrat. 16. Bendara Raden Ayu Purwadiningrat. Lahir dari Ibu Selir yang bernama BRAy Sasmitaningrum. BRAy Purwadiningrat menikah dengan Kanjeng Raden Tumenggung Purwadiningrat. 17. Gusti Kanjeng Ratu Hayu. Lahir dari Ibu Permaisuri yang bernama GKR Sultan. GKR Hayu menikah dengan Sri Paduka Paku Alam IV, lalu bercerai, kemudian menikah lagi dengan Raden Mas Adipati Harya Hadiningrat atau Kanjeng Pangeran Harya Candranegara IV, Bupati Demak. GKR Hayu adalah nenek dari Raden Ajeng Kartini dari pihak ayah. 18. Gusti Kanjeng Ratu Bendara. Lahir dari Ibu Permaisuri yang bernama GKR Sultan. GKR Bendara menikah dengan Kanjeng Raden Tumenggung Wijil. 19. Gusti Raden Ajeng Kusdilah, meninggal muda. Lahir dari Ibu Permaisuri yang bernama GKR Kencana. 20. Gusti Kanjeng Ratu Sasi. Lahir dari Ibu Permaisuri yang bernama GKR Kencana. GKR Sasi menikah dengan Kanjeng Bendara Pangeran Harya Suryaning Ngalaga (putra dari Sri Sultan Hamengkubuwana V), kemudian bercerai, lalu GKR Sasi menikah lagi dengan Kanjeng Raden Tumenggung Suryadirja atau Kanjeng Raden Tumenggung Jayawinata. 21. Bendara Raden Ayu Natayuda. Lahir dari Ibu Selir yang bernama BRAy Murtiningrum. BRAy Natayuda menikah dengan Kanjeng Raden Tumenggung Natayuda. 22. Bendara Raden Ayu Mangkuyuda. Lahir dari Ibu Selir yang bernama BRAy Ratna Adiningrum. BRAy Mangkuyuda menikah dengan Kanjeng Raden Tumenggung Mangkuyuda. 23. Bendara Raden Ayu Suryamurcita. Lahir dari Ibu Selir yang bernama BRAy Dewaningrum. BRAy Suryamurcita menikah dengan Kanjeng Raden Tumenggung Suryamurcita.

 SRI SULTAN HAMENGKUBUWANA VI


Dilahirkan dengan nama Gusti Raden Mas (GRM) Mustojo pada tanggal 10 Agustus 1821, beliau adalah putera dari Sri Sultan Hamengku Buwono IV dari permaisuri Gusti Kanjeng Ratu (GKR) Kencono. Pada tahun 1839 ketika sudah berganti nama menjadi Pangeran Adipati Mangkubumi beliau mendapat pangkat Letnan Kolonel dari pemerintah Hindia Belanda. Kelak pangkat beliau naik menjadi Kolonel pada tahun 1847.



Sri Sultan Hamengku Buwono V wafat dalam kondisi belum meninggalkan putera.  Mengatasi kondisi tersebut, pemerintah kolonial Hindia Belanda menetapkan Pangeran Adipati Mangkubumi sebagai Sri Sultan Hamengku Buwono VI yang dinobatkan pada tanggal 5 Juli 1855.


Menginjak usia 27 tahun, beliau menikah dengan GKR Kencono yang merupakan puteri dari Susuhunan Paku Buwono VIII dari Surakarta. Sebagai permaisuri Sultan Hamengku Buwono VI, Ratu Kencono bergelar GKR Hamengku Buwono. Pernikahan tersebut menjadi sejarah terjalinnya kembali hubungan baik di antara Kasultanan Yogyakarta dan Kasunanan Surakarta yang sejak Perjanjian Giyanti sering terjadi ketegangan. Hubungan baik dengan kerajaan lain juga semakin terjalin setelah Sri Sultan Hamengku Buwono VI menikahi puteri dari Kerajaan Brunei.


Pola pemerintahan yang dilaksanakan oleh Sri Sultan Hamengku Buwono VI pada dasarnya melanjutkan model yang dijalankan oleh kakaknya, perang pasif. Hal ini cukup berbeda dengan sikap beliau sebelum naik tahta, dimana beliau cukup keras menentang sikap sang kakak. Perubahan sikap ini kiranya yang menimbulkan kekecewaan dan akhirnya memunculkan gejolak di Kasultanan. Adalah kebetulan beliau didampingi oleh Patih Danurejo V yang terkenal pandai dalam hal siasat, sehingga banyak masalah pelik dapat terselesaikan.


Pada masa pemerintahan Sri Sultan Hamengku Buwono VI, terjadi bencana alam yang memilukan. Gempa dengan kekuatan dahsyat menggoncang bumi Yogyakarta pada tanggal 10 Juni 1867. Tercatat gempa 6,8 SR  


Pada tanggal 20 Juli 1877 (9 Rejeb 1806 TJ), ketika beliau menginjak usia 56 tahun, Sri Sultan Hamengku Buwono VI tutup usia. Beliau dimakamkan di Astana Besiyaran, Pajimatan Imogiri. 


Peninggalan Sri Sultan Hamengku Buwono VI

Sri Sultan Hamengku Buwono VI meninggalkan dua buah karya seni tari, yaitu tari Bedhaya Babar Layar dan Srimpi Endra Wasesa.


Di masa beliau pula, dipesan kereta Kyai Wimono Putro yang nantinya menjadi kereta yang dipergunakan ketika diadakan upacara pelantikan putra mahkota menjadi sultan. Adapun kereta kebesaraan beliau sendiri, yang nantinya dipakai hingga sekarang, adalah Kyai Kanjeng Garudho Yakso.


Sri Sultan Hamengku Buwana VI memiliki 2 permaisuri dan 8 selir serta 23 putra putri, yaitu :


A. Ada dua (2) istri Permaisuri dari Sri Sultan Hamengku Buwana VI (Raja keenam dari Kraton Kesultanan Ngayogyakarta Hadiningrat), yaitu :


1. Gusti Kanjeng Ratu Kencana adalah putri dari Sri Susuhunan Paku Buwana VIII (Raja kedelapan dari Kraton Kesunanan Surakarta).


2. Gusti Kanjeng Ratu Sultan adalah putri dari Ki Ageng Prawirarejasa.


B. Ada delapan (8) istri Selir dari Sri Sultan Hamengku Buwana VI, yaitu :


1. Bendara Raden Ayu Tejaningrum.


2. Bendara Raden Ayu Pujaratna.


3. Bendara Raden Ayu Ratnaningdia.


4. Bendara Raden Ayu Sasmitaningrum.


5. Bendara Raden Ayu Puspitaningrum.


6. Bendara Raden Ayu Murtiningrum.


7. Bendara Raden Ayu Ratna Adiningrum.


8. Bendara Raden Ayu Dewaningrum.


C. Ada dua puluh tiga (23) putra putri dari Sri Sultan Hamengku Buwana VI, yaitu :


1. Gusti Raden Mas Murteja atau Gusti Pangeran Harya Hangabehi atau Sri Sultan Hamengku Buwana VII (Raja ketujuh dari Kraton Kesultanan Ngayogyakarta Hadiningrat). Lahir dari Ibu Permaisuri yang bernama GKR Sultan.


2. Bendara Raden Mas Sulaiman, meninggal muda. Lahir dari Ibu Selir yang bernama BRAy Pujaratna.


3. Bendara Pangeran Harya Purbaya. Lahir dari Ibu Selir yang bernama BRAy Ratnaningdia.


4. Gusti Pangeran Harya Surya Mataram. Lahir dari Ibu Permaisuri yang bernama GKR Sultan.


5. Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Mangkubumi. Lahir dari Ibu Permaisuri yang bernama GKR Sultan. Pangeran Mangkubumi adalah kakek dari Sri Sultan Hamengku Buwana IX dari pihak ibu.


6. Bendara Pangeran Harya Hadiwinata. Lahir dari Ibu Selir yang bernama BRAy Puspitaningrum.


7. Bendara Pangeran Harya Hadiwijaya. Lahir dari Ibu Selir yang bernama BRAy Ratna Adiningrum.


8. Gusti Pangeran Harya Buminata. Lahir dari Ibu Permaisuri yang bernama GKR Sultan.


9. Gusti Pangeran Harya Puger. Lahir dari Ibu Permaisuri yang bernama GKR Sultan.


10. Gusti Pangeran Harya Suryaputra. Lahir dari Ibu Permaisuri yang bernama GKR Sultan.


11. Gusti Pangeran Harya Anom. Lahir dari Ibu Permaisuri yang bernama GKR Sultan.


12. Bendara Raden Ajeng Samilah, meninggal muda. Lahir dari Ibu Selir yang bernama BRAy Tejaningrum.


13. Gusti Kanjeng Ratu Hangger. Lahir dari Ibu Permaisuri yang bernama GKR Sultan. GKR Hangger menikah dengan Kanjeng Raden Adipati Danureja VI, Patih Kesultanan Ngayogyakarta.


14. Gusti Kanjeng Ratu Pembayun. Lahir dari Ibu Permaisuri yang bernama GKR Sultan. GKR Pembayun menikah dengan Kanjeng Raden Adipati Danureja V, Patih Kesultanan Ngayogyakarta.


15. Gusti Kanjeng Ratu Anom. Lahir dari Ibu Permaisuri yang bernama GKR Sultan. GKR Anom menikah dengan Kanjeng Raden Tumenggung Danuningrat.


16. Bendara Raden Ayu Purwadiningrat. Lahir dari Ibu Selir yang bernama BRAy Sasmitaningrum. BRAy Purwadiningrat menikah dengan Kanjeng Raden Tumenggung Purwadiningrat.


17. Gusti Kanjeng Ratu Hayu. Lahir dari Ibu Permaisuri yang bernama GKR Sultan. GKR Hayu menikah dengan Sri Paduka Paku Alam IV, lalu bercerai, kemudian menikah lagi dengan Raden Mas Adipati Harya Hadiningrat atau Kanjeng Pangeran Harya Candranegara IV, Bupati Demak. GKR Hayu adalah nenek dari Raden Ajeng Kartini dari pihak ayah.


18. Gusti Kanjeng Ratu Bendara. Lahir dari Ibu Permaisuri yang bernama GKR Sultan. GKR Bendara menikah dengan Kanjeng Raden Tumenggung Wijil.


19. Gusti Raden Ajeng Kusdilah, meninggal muda. Lahir dari Ibu Permaisuri yang bernama GKR Kencana.


20. Gusti Kanjeng Ratu Sasi. Lahir dari Ibu Permaisuri yang bernama GKR Kencana. GKR Sasi menikah dengan Kanjeng Bendara Pangeran Harya Suryaning Ngalaga (putra dari Sri Sultan Hamengkubuwana V), kemudian bercerai, lalu GKR Sasi menikah lagi dengan Kanjeng Raden Tumenggung Suryadirja atau Kanjeng Raden Tumenggung Jayawinata.


21. Bendara Raden Ayu Natayuda. Lahir dari Ibu Selir yang bernama BRAy Murtiningrum. BRAy Natayuda menikah dengan Kanjeng Raden Tumenggung Natayuda.


22. Bendara Raden Ayu Mangkuyuda. Lahir dari Ibu Selir yang bernama BRAy Ratna Adiningrum. BRAy Mangkuyuda menikah dengan Kanjeng Raden Tumenggung Mangkuyuda.


23. Bendara Raden Ayu Suryamurcita. Lahir dari Ibu Selir yang bernama BRAy Dewaningrum. BRAy Suryamurcita menikah dengan Kanjeng Raden Tumenggung Suryamurcita.

No comments:

Post a Comment