03 October 2024

Ratu Kencono Wungu Pemimpin Perempuan Terakhir di Majapahit Dyah Suhita, atau lebih dikenal sebagai Ratu Kencono Wungu, adalah ratu perempuan terakhir dari Kerajaan Majapahit yang memerintah pada periode 1429-1447. Ia merupakan sosok yang melanjutkan garis keturunan kerajaan yang kuat, dan mengukir sejarah sebagai salah satu pemimpin perempuan yang berhasil memimpin kerajaan besar ini. Asal Usul Dyah Suhita Berdasarkan beberapa sumber sejarah, ada beberapa pendapat yang berbeda mengenai asal-usul Dyah Suhita. NJ Krom menyatakan bahwa Dyah Suhita adalah putri dari Bhre Wirabhumi, sedangkan Kitab Pararaton menyebutnya sebagai cucu Bhre Wirabhumi. Pendapat lain menyatakan bahwa ia adalah putri Wikramawardhana, raja Majapahit sebelumnya, dari selirnya. Perbedaan pendapat ini tidak mengurangi fakta bahwa Dyah Suhita adalah sosok berpengaruh dalam sejarah Majapahit, dan ia menikah dengan Aji Ratnapangkaja, seorang panglima perang yang memainkan peran penting dalam Perang Paregreg. Menjadi Ratu Majapahit Setelah wafatnya Wikramawardhana pada tahun 1429, terjadi perebutan kekuasaan di kalangan keluarga kerajaan. Dyah Suhita akhirnya naik takhta menjadi ratu Majapahit, menggantikan ayahnya. Bersama suaminya, Aji Ratnapangkaja, ia memimpin Majapahit dengan bijaksana, berusaha mengembalikan kejayaan kerajaan yang sempat terpuruk akibat konflik politik dan perang saudara. Dalam masa pemerintahannya, Dyah Suhita dikenal sebagai pemimpin yang memperhatikan kearifan lokal dan mendirikan berbagai bangunan pemujaan di lereng-lereng gunung sebagai punden berundak, termasuk di Gunung Penanggungan dan Gunung Lawu. Di bawah kepemimpinannya, Majapahit secara perlahan berhasil memulihkan kendali atas Nusantara, meskipun kemunduran kerajaan ini sudah mulai terlihat. Akhir Pemerintahan dan Warisan Dyah Suhita memimpin selama 18 tahun sebelum wafat pada tahun 1447. Sayangnya, ia dan suaminya tidak memiliki keturunan, sehingga setelah kematiannya, takhta Majapahit diteruskan oleh adiknya, Bhre Kertawijaya, yang kemudian dikenal sebagai Brawijaya. Sebagai ratu kedua dan terakhir di Majapahit setelah Tribhuwana Tunggadewi, Dyah Suhita dikenang sebagai simbol kepemimpinan perempuan di era kerajaan Nusantara. Ia tidak hanya berperan dalam mempertahankan stabilitas kerajaan, tetapi juga dalam menjaga warisan budaya Majapahit yang terus dihormati hingga kini. #Hashtags: #RatuKenconoWungu #KerajaanMajapahit #PerempuanMajapahit #DyahSuhita #SejarahNusantara #KepemimpinanPerempuan #MajapahitTerakhir

 Ratu Kencono Wungu

Pemimpin Perempuan Terakhir di Majapahit


Dyah Suhita, atau lebih dikenal sebagai Ratu Kencono Wungu, adalah ratu perempuan terakhir dari Kerajaan Majapahit yang memerintah pada periode 1429-1447. Ia merupakan sosok yang melanjutkan garis keturunan kerajaan yang kuat, dan mengukir sejarah sebagai salah satu pemimpin perempuan yang berhasil memimpin kerajaan besar ini.



Asal Usul Dyah Suhita Berdasarkan beberapa sumber sejarah, ada beberapa pendapat yang berbeda mengenai asal-usul Dyah Suhita. NJ Krom menyatakan bahwa Dyah Suhita adalah putri dari Bhre Wirabhumi, sedangkan Kitab Pararaton menyebutnya sebagai cucu Bhre Wirabhumi. Pendapat lain menyatakan bahwa ia adalah putri Wikramawardhana, raja Majapahit sebelumnya, dari selirnya. Perbedaan pendapat ini tidak mengurangi fakta bahwa Dyah Suhita adalah sosok berpengaruh dalam sejarah Majapahit, dan ia menikah dengan Aji Ratnapangkaja, seorang panglima perang yang memainkan peran penting dalam Perang Paregreg.


Menjadi Ratu Majapahit Setelah wafatnya Wikramawardhana pada tahun 1429, terjadi perebutan kekuasaan di kalangan keluarga kerajaan. Dyah Suhita akhirnya naik takhta menjadi ratu Majapahit, menggantikan ayahnya. Bersama suaminya, Aji Ratnapangkaja, ia memimpin Majapahit dengan bijaksana, berusaha mengembalikan kejayaan kerajaan yang sempat terpuruk akibat konflik politik dan perang saudara.


Dalam masa pemerintahannya, Dyah Suhita dikenal sebagai pemimpin yang memperhatikan kearifan lokal dan mendirikan berbagai bangunan pemujaan di lereng-lereng gunung sebagai punden berundak, termasuk di Gunung Penanggungan dan Gunung Lawu. Di bawah kepemimpinannya, Majapahit secara perlahan berhasil memulihkan kendali atas Nusantara, meskipun kemunduran kerajaan ini sudah mulai terlihat.


Akhir Pemerintahan dan Warisan Dyah Suhita memimpin selama 18 tahun sebelum wafat pada tahun 1447. Sayangnya, ia dan suaminya tidak memiliki keturunan, sehingga setelah kematiannya, takhta Majapahit diteruskan oleh adiknya, Bhre Kertawijaya, yang kemudian dikenal sebagai Brawijaya.


Sebagai ratu kedua dan terakhir di Majapahit setelah Tribhuwana Tunggadewi, Dyah Suhita dikenang sebagai simbol kepemimpinan perempuan di era kerajaan Nusantara. Ia tidak hanya berperan dalam mempertahankan stabilitas kerajaan, tetapi juga dalam menjaga warisan budaya Majapahit yang terus dihormati hingga kini.


#Hashtags: #RatuKenconoWungu

#KerajaanMajapahit

#PerempuanMajapahit

#DyahSuhita

#SejarahNusantara

#KepemimpinanPerempuan

#MajapahitTerakhir

No comments:

Post a Comment