23 June 2025

Kisah tragis di tahun 1982 Tersebutlah Kasinem, seorang gadis yang saat itu usianya menjelang 20 tahun. Asal Desa Karangudi, Kecamatan Ngrampal, Kabupaten Sragen. Kurang berpendidikan dan kehidupannya dilalui dengan amat sederhana. Nasibnya tragis, hidupnya harus berakhir sebagai korban penyiksaan yang dilakukan secara beramai-ramai oleh sekelompok orang yang tidak bertanggung jawab. Melibatkan tidak kurang dari sepuluh orang pelaku. Berbulan-bulan, kuburan Kasinem yang malang tidak pernah ditengok untuk sekedar menerima taburan bunga dan doa dari keluarganya. Tidak dijenguknya Kasinem bukan karena ditelantarkan oleh keluarganya, semata karena orangtuanya belum mengetahui di lokasi kuburannya. Mbok Joyo Tayem, merupakan “pahlawan” bagi Kasinem. Karena dari Mbok Joyolah jenasah Kasinem segera diketahui. Pukul 18.30 Mbok Joyo ketika lewat dipinggir Jembatan Jaran Mati, tidak menemukan apa-apa. Tetapi ketika hendak pulang sekitar pukul 19.00 jenazah Kasinem ditemukan dalam posisi menungging. Beruntung cepat diketemukan, karena dimasa itu, bisa saja sekawanan binatang buas datang. Setelah dilakukan pemeriksaan oleh pihak berwajib dan dokter Puskesmas. Hasil otopsi sementara disimpulkan bahwa kematainnya dikarenakan kesulitan pernapasan. Tak lama Kasinem dimakamkan di pekuburan umum Kebun Dalem Desa Slogohimo Kabupaten Wonogiri. Makamnya hanya ditandai oleh dua buah kayu tua sebagai pertanda makam sesorang. Ketika proses pemakaman, banyak penduduk merasa iba, beramai-ramai mengeluarkan lampu petromaks. Penduduk dengan suka rela melakukan penguburan sekitar jam 01.00 dini hari. Penduduk merasa meninggalnya Kasinem yang tidak wajar dan mereka berdoa bersama semoga si pembunuh bisa ditemukan segera. Anehnya ada satu oknum petugas desa yang menolak mengurusi jenazah Kasinem karena tidak mau direpotkan sebagai saksi bila dikemudian hari diketahui bahwa kematian Kasinem tidak wajar. Tanggal 23 September 1982, seorang pelaku ditangkap. Dan mengaku jenasah Kasinem dibuang pada 30 Agustus 1982. Beberapa hari kemudian, mayat Kasinem dibongkar, sayangnya hasil otopsi tidak sesuai yang diharapkan. Hasil laboratoris dan mikroskopis tidak dilakukan sama sekali. Sampai-sampai Majelis Hakim Pengadilan dalam pembacaan hasil keputusan pengadilan menyatakan keraguan atas hasil otopsi: “Inilah pelayanan terhadap orang kecil dan melarat dari desa oleh seorang ahli”… Terlepas dari itu semua, seorang penduduk bernama Simin Wikarno yang tinggal di sekitar kuburan Kebun Dalem Dalem, merasa iba dengan Kasinem. Hatinya tergerak untuk memberi taburan bunga sekadarnya. Terlebih ketika ia sedang “punya gawe” mendirikan rumah. Ia melakukan “nyekar” ke makam Kasinem terlebih dahulu. Menurutnya, gawenya hasilnya menjadi memuaskan. Memang sifat manusia, tidak mengenal puas dan Kasimin ketagihan. Ketika ramai judi buntut di desanya, ia ikut-ikutan. Sebagai petani sederhana, ia sering beli tetapi tak pernah menang. Dengan mengendap-ngedap ia datang ke makam Kasinem dan tidak lupa membawa bunga. Entah kebetulan atau tidak, Simin ketiban rejeki nompok yaitu nomor buntutnya “nembus”. Hal ini diulang beberapa kali dan nembus terus. Akibat ulang Simin, mendadak muncul Simin-simin yang lain. Gara-gara hal ini, kuburan Kasinem dijaga warga. Dan tidak berselang lama, makamnya kembali dibongkar untuk diotopsi ulang karena beberapa dari pembunuhnya sudah tertangkap. Setelah itu nomor Simin tidak pernah “nembus” lagi. Sumber: Berita Buana, 10-03-1983. Koleksi Surat Kabar Langka Salemba –Perpustakaan Nasional RI #kriminal #pembunuhan #JudiBuntut #Hukum

 Kisah tragis di tahun 1982


Tersebutlah Kasinem, seorang gadis yang saat itu usianya menjelang 20 tahun. Asal Desa Karangudi, Kecamatan Ngrampal, Kabupaten Sragen. Kurang berpendidikan dan kehidupannya dilalui dengan amat sederhana. Nasibnya tragis, hidupnya harus berakhir sebagai korban penyiksaan yang dilakukan secara beramai-ramai oleh sekelompok orang yang tidak bertanggung jawab. Melibatkan tidak kurang dari sepuluh orang pelaku.



Berbulan-bulan, kuburan Kasinem yang malang tidak pernah ditengok untuk sekedar menerima taburan bunga dan doa dari keluarganya. Tidak dijenguknya Kasinem bukan karena ditelantarkan oleh keluarganya, semata karena orangtuanya belum mengetahui di lokasi kuburannya.


Mbok Joyo Tayem, merupakan “pahlawan” bagi Kasinem. Karena dari Mbok Joyolah jenasah Kasinem segera diketahui. Pukul 18.30 Mbok Joyo ketika lewat dipinggir Jembatan Jaran Mati, tidak menemukan apa-apa. Tetapi ketika hendak pulang sekitar pukul 19.00 jenazah Kasinem ditemukan dalam posisi menungging.  Beruntung cepat diketemukan, karena dimasa itu, bisa saja sekawanan binatang buas datang.


Setelah dilakukan pemeriksaan oleh pihak berwajib dan dokter Puskesmas. Hasil otopsi sementara disimpulkan bahwa kematainnya dikarenakan kesulitan pernapasan.  Tak lama Kasinem dimakamkan di pekuburan umum Kebun Dalem Desa Slogohimo Kabupaten Wonogiri.  Makamnya hanya ditandai oleh dua buah kayu tua sebagai pertanda makam sesorang. 


Ketika proses pemakaman, banyak penduduk merasa iba, beramai-ramai mengeluarkan lampu petromaks.  Penduduk dengan suka rela melakukan penguburan sekitar jam 01.00 dini hari. Penduduk merasa meninggalnya Kasinem yang tidak wajar dan mereka berdoa bersama semoga si pembunuh bisa ditemukan segera.  Anehnya ada satu oknum petugas desa yang menolak mengurusi jenazah Kasinem karena tidak mau direpotkan sebagai saksi bila dikemudian hari diketahui bahwa kematian Kasinem tidak wajar.


Tanggal 23 September 1982, seorang pelaku ditangkap. Dan mengaku jenasah Kasinem dibuang pada 30 Agustus 1982. Beberapa hari kemudian, mayat Kasinem dibongkar, sayangnya hasil otopsi tidak sesuai yang diharapkan.  Hasil laboratoris dan mikroskopis tidak dilakukan sama sekali. Sampai-sampai Majelis Hakim Pengadilan dalam pembacaan hasil keputusan pengadilan menyatakan keraguan atas hasil otopsi:  “Inilah pelayanan terhadap orang kecil dan melarat dari desa oleh seorang ahli”…


Terlepas dari itu semua, seorang penduduk bernama Simin Wikarno yang tinggal di sekitar kuburan Kebun Dalem Dalem, merasa iba dengan Kasinem. Hatinya tergerak untuk memberi taburan bunga sekadarnya. Terlebih ketika ia sedang “punya gawe” mendirikan rumah. Ia melakukan “nyekar” ke makam Kasinem terlebih dahulu. Menurutnya, gawenya hasilnya menjadi memuaskan. 


Memang sifat manusia, tidak mengenal puas dan Kasimin ketagihan. Ketika ramai judi buntut di desanya, ia ikut-ikutan.  Sebagai petani sederhana, ia sering beli tetapi tak pernah menang. Dengan mengendap-ngedap ia datang ke makam Kasinem dan tidak lupa membawa bunga. Entah kebetulan atau tidak, Simin ketiban rejeki nompok yaitu nomor buntutnya “nembus”. Hal ini diulang beberapa kali dan nembus terus. Akibat ulang Simin, mendadak muncul Simin-simin yang lain.


Gara-gara hal ini, kuburan Kasinem dijaga warga. Dan tidak  berselang lama, makamnya kembali dibongkar untuk  diotopsi ulang karena beberapa dari pembunuhnya sudah tertangkap. Setelah itu nomor Simin tidak pernah “nembus” lagi.


Sumber: Berita Buana, 10-03-1983. Koleksi Surat Kabar Langka Salemba –Perpustakaan Nasional RI


#kriminal #pembunuhan #JudiBuntut #Hukum

No comments:

Post a Comment