24 June 2025

Jepang menguasai Yogyakarta pada 5 Maret 1942, Sultan HB IX melakukan 2 hal : 1. Menemui fihak Jepang dan menyatakan bahwa segala sesuatu yang menyangkut wilayah Kesultanan harus dibicarakan dahulu dengan Sultan. Tindakan ini untuk memastikan dan memberikan legitimasi kekuasaan Sultan atas wilayah kesultanan. 2. Memusatkan kekuasaan hanya kepada Sultan, dengan membubarkan jabatan "pepatih dalem" Danurejan yg selama ini menjadi kekuatan mewakili pemerintah Belanda. Kebijakan sultan ini nyatanya diiyakan oleh Jepang. Dan untuk kali kedua pada 1 Agustus 1942 Sultan diangkat kembali sebagi Sultan Nagari Djokjakarta, di Jakarta. Pengangkatan ini terekam dalam foto, dimana Djokja-ko (HB IX) dan Pakoealam-ko (PA VIII) bersama opsir jepang di kraton & pakualaman (gambar 1 dan 2); serta foto sultan dengan Jenderal Immamura di Jakarta (gambar 3) Seperti Belanda, Yogyakarta juga ditempatkan seorang Gubernur Jepang (Gunseikan). Gunseikan pertama hanya bertahan 3 bulan. Sedangkan penggantinya selalu berganti setiap tahun karena konflik dan perbedaan pendapat dengan Sultan. Kata beliau, dalam wawancara mengenang zaman Jepang, secara keseluruhan sebenarnya hubungan beliau dengan pemerintah Jepang selalu agak tegang. Karena beliau selalu memprotes perlakuan Jepang terhadap rakyat. Beliau secara teratur bersama para raja Jawa dipanggil ke Jakarta oleh pemerintah pusat Jepang (Saiko Shikikan) untuk menerima instruksi. Biasanya Sultan akan dipanggil secara sendiri dan memperoleh teguran karena sikap mbalelo beliau. Sumber : tahta untuk rakyat

 Jepang menguasai Yogyakarta pada 5 Maret 1942, Sultan HB IX melakukan 2 hal :


1. Menemui fihak Jepang dan menyatakan bahwa segala sesuatu yang menyangkut wilayah Kesultanan harus dibicarakan dahulu dengan Sultan. Tindakan ini untuk memastikan dan memberikan legitimasi kekuasaan Sultan atas wilayah kesultanan.


2. Memusatkan kekuasaan hanya kepada Sultan, dengan membubarkan jabatan "pepatih dalem" Danurejan yg selama ini menjadi kekuatan mewakili pemerintah Belanda. 



Kebijakan sultan ini nyatanya diiyakan oleh Jepang. Dan untuk kali kedua pada 1 Agustus  1942 Sultan diangkat kembali sebagi Sultan Nagari Djokjakarta, di Jakarta. 


Pengangkatan ini terekam dalam foto,  dimana Djokja-ko (HB IX) dan Pakoealam-ko (PA VIII) bersama opsir jepang di kraton & pakualaman (gambar 1 dan 2); serta foto sultan dengan Jenderal Immamura di Jakarta (gambar 3)


Seperti Belanda, Yogyakarta juga ditempatkan seorang Gubernur Jepang (Gunseikan). 


Gunseikan pertama hanya bertahan 3 bulan. Sedangkan penggantinya selalu berganti setiap tahun karena konflik dan perbedaan pendapat dengan Sultan.


Kata beliau, dalam wawancara mengenang zaman Jepang, secara keseluruhan sebenarnya hubungan beliau dengan pemerintah Jepang selalu agak tegang. Karena beliau selalu memprotes perlakuan Jepang terhadap rakyat. 


Beliau secara teratur bersama para raja Jawa dipanggil ke Jakarta oleh pemerintah pusat Jepang (Saiko Shikikan) untuk menerima instruksi.


Biasanya Sultan akan dipanggil secara sendiri dan memperoleh teguran karena sikap mbalelo beliau.


Sumber : tahta untuk rakyat

No comments:

Post a Comment