TIGA SEJARAH PENTING DI TIMUR JAWA
Kemaharajaan Majapahit menjadi sangat maju saat dipimpin Maharajadiraja Sri Rajasanagara Dyah Hayam Wuruk dengan didampingi oleh seorang Mapatih Amangkubhumi ri Wilwatikta yaitu Gajah Mada. Hal ini tidak terlepas dari usaha Gajah Mada menyatukan seluruh Nusantara dibawah duli Majapahit dengan dikumandangkan nya sumpah Amukti Palapa.
Kadipaten Balumbungan yang merupakan satu dari wilayah kadipaten di Majapahit pun tidak terlepas dari peristiwa-peristiwa penting di tanah Jawa. Sira Dalem Sri Bima Chili Kepakisan yang saat itu memimpin Kadipaten Balumbungan selalu diikutkan dalam setiap upacara kenegaraan Majapahit karena dianggap sebagai Lumbung nya orang-orang kutharaja Majapahit.
Pada tahun 1369, Sri Maharaja Rajasanagara Dyah Hayam Wuruk menaikkan status Kadipaten Amancanagari Patukangan menjadi sebuah Mandala yang diberi nama Wirabhumi, dengan menunjuk menantunya yang bernama Negarawardhani sebagai penguasa bergelar Bhre Wirabhumi I ( 1369-1375 ). Sementara itu, Adipati Patukangan sebelumnya yaitu Arya Sura Adikara dipindah tugaskan menjadi Adipati di Lamajang.
Mandala Wirabhumi terletak diantara pantai utara dan jajaran Gunung Brahma-Hyang/Argapura-Mahameru/Bayu. Diberi nama Wirabhumi karena disanalah para Wira seperti Mapatih Gajah Mada dan Jalasenopati Mpu Nala mendapat perdikannya. Selain itu, di hutan yang angker dan penuh binatang buas yang berada di selatan Gunung Hyang dan di timur Gunung Mahameru berdiri banyak pasraman dan kadewaguruan tempat para Ajar memberikan ilmu kepada para calon tandha di berbagai daerah Nusa Jawa ini.
Ketika Rajadewi dan Tribuwana tunggadewi mangkat pada tahun 1372 dan 1375, Bhre Wirabhumi I Negarawardhani dipindah tugaskan menjadi Bhre Lasem II. Kemudian Sri Maharaja Hayam Wuruk menunjuk putranya yaitu Aji Rajanatha Dyah Kebo Mercuet/ Lembu Amisani menggantikan kedudukan istrinya sebagai Bhre Wirabhumi II di Patukangan( 1375-1388 ).
Bhre Wirabhumi II Aji Rajanatha Dyah Kebo Mercuet memiliki 3 orang istri.
1. Permaisuri Bhre Lasem II Negarawardhani, memiliki 4 orang putra
●. Bhre Pakembangan Aji Paramishora
●. Bhre Mataram IV Dewi Alun Sasmitapuri Dyah Aniswari
●. Bhre Lasem V Duhitawardhani
●. Bhre Matahun II Dewi Seruni
2. Istri kedua Gusti Mahisawardhani( adik tiri Arya Sura Adikara adipati Lamajang ), memiliki 2 orang anak
●. Mahisa Kumbharawa di Wanasalam dan,
●. Mahisa Argapura di Gunung Lamongan
3. Istri ketiga Gusti Ayu Kepakisan( putri Sira Dalem Sri Bima Chili Kepakisan di Balumbungan )memiliki 2 orang anak
●. Pangeran Kendali ( Adipati Balumbungan ke-3 ) dan,
●. Dewi Nandiswari
Pada tahun 1376, Sri Maharaja Hayam Wuruk membentuk badan koordinasi wilayah yaitu Nusantara, Dwipantara, dan Desantara yang terbagi menjadi tiga Kedhaton; Kulon di Pajajaran, pusat di Trowulan, dan wetan di Pamwatan. Sri Maharaja Hayam Wuruk menunjuk mertuanya Bhre Wengker I Wijayarajasa Dyah Kudamerta( 136-1388 ) menjadi penguasa di Kedhaton Wetan yang berkedudukan di Pamwatan( Porong, Sidoarjo ) dengan gelar Bhattara Parameswara Ring Pamwattan I dengan tetap tunduk pada penguasa pusat di Trowulan. Wilayahnya meliputi Mandala Kahuripan/Surabhaya, Mandala Tumapel/Malang, Mandala Wirabhumi/Patukangan, Kadipaten Pasadehan/Pasuruhan, Kadipaten Lamajang, Kadipaten Balumbungan, dan Mandala Pakembangan/Bondowoso serta daerah-daerah terluar Nusantara dibagian Timur.
Ketika penguasa Kedaton Wetan Dyah Kudamerta mangkat, kedudukannya dijabat oleh Aji Rajanatha Dyah Kebo Mercuet.
Bhre Wirabhumi II Aji Rajanatha Dyah Kebo mercuet merangkap jabatan sebagai Bhattara di Pamwatan dan Bhre di Mandala Wirabhumi, hal itu disetujui oleh Sri Maharaja Hayam Wuruk dengan menyerahkan beberapa pusaka Nagara Jawa sebagai simbol penyerahan kekuasaan kepada Aji Rajanatha Dyah Kebo Mercuet yang kemudian disusul mangkatnya Sang Raja pada tahun 1389.
Setelah mangkat, Maharatu Prabustri Sri Kusumawardhani diangkat menjadi penguasa Kemaharajaan Majapahit. Setelah mencapai puncaknya, Prabustri Kusumawardhani melantik suaminya Bhre Mataram I Wikramawardhana menjadi Ratu Agahabaya dan Gajah Manghuri sebagai senopati.
Sumber ;
Negarakŕtagãma
Pararaton
Siwisang, Girindra
Babad Balumbunan
Pict by, google search
No comments:
Post a Comment