SUPRIYADI - 1
Supriyadi lahir di Trenggalek, Jawa Timur, Hindia Belanda. Ia adalah putra sulung dari keluarga bangsawan Bupati Blitar, Raden Darmadi dan ibunya Rahayu yang memiliki gelar bangsawan Raden. Pada saat kelahiran putra sulungnya, R. Darmadi menduduki suatu jabatan di pemerintahan Kabupaten Blitar, yang pada waktu itu termasuk wilayah Trenggalek. Ketika Supriyadi berusia dua tahun, ibunya meninggal karena keguguran. Setahun kemudian, R. Darmadi menikah lagi dengan seorang wanita bernama Susilih, yang melahirkan sebelas anak.
Setelah kematian ibu Supriyadi, kakeknya (ayah Rahayu) memainkan peran penting dalam pengasuhan Supriyadi. Supriyadi memilih hidup dengan kakeknya. Sang Kakek menggemblengnya siang malam secara lahir batin. Kerapkali, untuk merasakan penderitaan rakyat kecil, Supriyadi diperintahkan tidur di depan halaman rumah, berselimutkan bintang-bintang di langit, hanya beralaskan tikar pandan . Pada saat yang sama, hubungan saling percaya antara ibu tiri Supriyadi dan dirinya akhirnya terjalin dari waktu ke waktu. Ketika ia dewasa dan mulai hidup terpisah dari keluarganya, ia memelihara korespondensi dengan ibu tirinya, dimana ia berbagi banyak rencana dan impian dengannya.
Supriyadi menerima pendidikan yang sangat baik untuk orang Indonesia pada tahun-tahun itu. Ia menamatkan sekolah dasar Belanda untuk penduduk asli (Europeesche Lagere School) dan melanjutkan pendidikannya di Meer Uitgebreid Lager Onderwijs. Ia kemudian memasuki Sekolah Pamong Praja yang berada di Magelang. Namun, Jepang menyerbu Hindia Belanda sebelum ia lulus yang mengakibatkan studi terakhirnya terganggu. Namun pada tahun berikutnya, Supriyadi akhirnya dapat menyelesaikan pendidikannya dengan mengikuti pelatihan Seimendoyo yang diselenggarakan oleh administrasi pendudukan di Tangerang, Banten. seangkatan dengan Zulkifli Lubis dan Kemal Idris. Setelah itu, ia mengikuti pelatihan instruktur PETA di Bogor.
No comments:
Post a Comment