Oleh : Liem Ang Ewoo
Suratri Karma Trimurti atau biasa disebut S K Trimurti merupakan istri dari Sayuti Melik, yang bertugas sebagai Juru ketik naskah proklamasi kemerdekaan Indonesia.
Surastri Karma Trimurti lahir pada 11 Mei 1912 dan meninggal pada 20 Mei 2008. Dirinya berprofesi sebagai seorang wartawan dan juga guru.
Pernikahannya dengan Sayuti Melik mendapatkan dua orang anak laki-laki yaitu Moesafir Karma Boediman (MK Boediman) dan Heru Baskoro.
S. K Trimurti lahir di Desa Sawahan Boyolali Karesidenan Surakarta, Jawa Tengah. Trimurti memiliki hubungan kekerabatan dengan Keraton Kasunanan Surakarta, Jawa Tengah.
Ia terlahir dari seorang ibu bernama R.A. Saparinten dan ayahnya adalah seorang asisten wedana bernama R.Ng. Salim Banjaransari Mangunkusumo.
Trimurti diawal pendidikannya dirinya menempuh pendidikan di Normaal School dan AMS di Surakarta. Kemudian melanjutkan studi di Jurusan Ekonomi, Universitas Indonesia (UI). Trimurti akhirnya mendapatkan gelar Doktor dari UI.
S K Trimurti pernah menjadi Menteri Perburuhan pada Kabinet Amir Syarifuddin I dan Kabinet Amir Syarifuddin II.Nama SK Trimurti tercatat dalam sejarah perjuangan bangsa dan punya tempat khusus dalam sejarah pergerakan perempuan. Putri pasangan R Ngabehi Salim Banjaransari dan RA Saparinten binti Mangunbisomo yang dilahirkan di Boyolali, Jawa Tengah, tanggal 11 Mei 1912, itu tertarik masuk ke dunia pergerakan setelah mendengarkan pidato-pidato Bung Karno.
Ia mengikuti kursus kader yang diadakan Soekarno dan Partindo (Partai Indonesia) tahun 1933 setelah lulus dari Tweede Indlandche School atau Sekolah Ongko Loro dan sempat mengajar. Bu Tri menjadi pejuang militan, sampai dipenjarakan Belanda di Semarang tahun 1936 karena menyebarkan pamflet antipenjajah.
Ia kembali masuk penjara tahun 1939 karena tulisan-tulisannya di media massa dianggap membahayakan pemerintah kolonial. Saat itu ia baru setahun menikah dengan Sayuti Melik, tokoh pemuda yang ikut andil dalam persiapan proklamasi, dan mengetik naskah proklamasi.
Anak pertamanya, Moesafir Karma Boediman (meninggal tahun 2005), lahir dalam penjara. Bu Tri baru keluar dari penjara pada tahun 1943.
Dialah perempuan berkebaya yang membelakangi kamera di sebelah kanan Fatmawati Soekarno dalam foto pengibaran Sang Merah Putih seusai pembacaan naskah proklamasi tanggal 17 Agustus 1945.
Hubungan Bu Tri dengan Bung Karno terganggu ketika Bung Karno menikahi Hartini. Bu Tri dikenal antipoligami. Namun, sikap itu tak menghalangi Soekarno memberikan Bintang Mahaputra Tingkat V kepadanya.
Tahun 1956 ia memimpin Gerakan Wanita Sedar (Gerwis), cikal bakal Gerakan Wanita Indonesia (Gerwani). Ia pernah diutus Dewan Perancang Nasional (sekarang Bappenas) ke Yugoslavia untuk mempelajari manajemen pekerja. Kegiatannya hingga usianya mendekati 80 tahun masih penuh. Ia ikut menandatangani Petisi 50 tahun 1980.
Bu Tri pernah mengalami peristiwa tabrakan hebat pada tahun 1994. Mobil sampai harus digergaji untuk mengeluarkan tubuh Bu Tri. "Orang menyangka Ibu meninggal saat itu,". Bu Tri dirawat berbulan-bulan di rumah sakit, tetapi ia bertahan. Hanya, setelah itu, ia harus memakai tongkat kalau berjalan.
Sebagai mantan menteri, Bu Tri sebenarnya berhak atas rumah di kawasan Menteng, tetapi ia memilih Jalan Kramat Lontar dekat kampung. Bu Tri lebih suka tinggal dekat rakyat, dan ia inginnya jadi rakyat biasa. Itu sebabnya, Ibu menolak ketika ditawari menjadi Menteri Sosial.
Bu Tri akhirnya meninggal dunia pada tanggal 20 Mei 2008 pukul 06.20, pada usia 96 tahun, di Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat Gatot Soebroto (RSPAD), Jakarta setelah dirawat di rumah sakit selama dua minggu.
No comments:
Post a Comment