SANG ALANJUNG AHYES
Pemerintahan Alanjung Ahyes hanya meninggalakan satu bukti sejarah, berupa Prasasti Banjaran tahun 1052.
Prasasti tersebut berisi kisah pelarian Alanjung Ahyes ke hutan Marsma karena ibukota Janggala diserang musuh. Ia kemudian berhasil merebut kembali ibukota Janggala berkat bantuan para pemuka desa Banjaran. Serangan musuh tersebut diyakini berasal dari Kadiri yang berhasil menyingkirkan Mapanji Garasakan dan keluarganya keluar dari ibukota Janggala (catatan: Mapanji Garasakan tidak tewas pada tahun 1052, karena pada tahun 1053, masih mengeluarkan Prasasti Garaman.)
Tidak diketahui dengan pasti kapan akhir pemerintahan Alanjung Ahyes. Prasasti selanjutnya yang ditemukan ialah Prasasti Sumengka tahun 1059, dikeluarkan oleh Samarotsaha, yang mengaku sebagai putra Airlangga dan raja Janggala. Dengan demikian dapat diperkirakan kalau Alanjung Ahyes tidak memiliki keturunan, atau mungkin mati muda, karena takhta Janggala selanjutnya jatuh ke tangan Samarotsaha, pamannya.
Alanjung Ahyes adalah Raja kedua dari Kerajaan Janggala yang berpusat di Ibu Kota Kahuripan memerintah sekitar tahun 1052 - 1059, dengan bergelar abhiseka Sri Maharaja Mapanji Alanjung Ahyes Makoputadhanu Sri Ajnajabharitamawakana Pasukala Nawanamanitaniddhita Sastrahetajnadewati.
No comments:
Post a Comment