17 June 2024

SEJARAH DAN ASAL USUL SEMAR Semar adalah nama tokoh utama dalam punakawan (bersama Gareng, Petruk dan Bagong) di pewayangan Jawa. Di Indonesia tokoh ini cukup populer karena dikisahkan sebagai pengasuh sekaligus penasihat para ksatria Pandawa dalam wiracarita Mahabharata. Meski demikian, nama Semar tidak ditemukan dalam naskah asli wiracarita tersebut, karena tokoh ini memang merupakan ciptaan tulen pujangga Jawa. Terdapat 4 versi asal usul Semar 1. Dalam versi naskah Serat Kanda dikisahkan, penguasa kahyangan bernama Sang Hyang Batara Nurrasa memiliki dua orang putra bernama Sang Hyang Batara Tunggal dan Sang Hyang Batara Wenang. Karena Sang Hyang Tunggal berwajah jelek, maka takhta kahyangan pun diwariskan kepada Sang Hyang Wenang. Dari Sang Hyang Wenang kemudian diwariskan kepada putranya yang bernama Batara Guru. Sang Hyang Tunggal kemudian menjadi pengasuh para kesatria keturunan Batara Guru, dengan nama Semar. 2. Dalam versi naskah Paramayoga dikisahkan, Sang Hyang Tunggal adalah anak dari Sang Hyang Wenang. Sang HyangTunggal kemudian menikah dengan Dewi Rakti atau Batari Rakti, seorang putri raja jin kepiting bernama Sang Hyang Yuyut. Dari perkawinan itu lahir sebutir mustika berwujud telur yang kemudian berubah menjadi dua orang pria. Keduanya masing-masing diberi nama Ismaya untuk yang berkulit hitam, dan Manikmaya untuk yang berkulit putih. Ismaya merasa rendah diri sehingga membuat Sanghyang Tunggal kurang berkenan. Takhta kahyangan pun diwariskan kepada Manikmaya, yang kemudian bergelar Batara Guru. Sementara itu Ismaya hanya diberi kedudukan sebagai penguasa alam Sunyaruri, atau tempat tinggal golongan makhluk halus. Putra sulung Ismaya yang bernama Batara Wungkuhan memiliki anak berbadan bulat bernama Janggan Smarasanta, atau disingkat Semar. Ia menjadi pengasuh keturunan Batara Guru yang bernama Resi Manumayasa dan berlanjut sampai ke anak-cucunya. Dalam keadaan istimewa, Ismaya dapat merasuki Semar sehingga Semar pun menjadi sosok yang sangat ditakuti, bahkan oleh para dewa sekalipun. Jadi menurut versi ini, Semar adalah cucu dari Ismaya. 3. Dalam versi naskah Purwakanda dikisahkan, Sanghyang Tunggal memiliki empat orang putra bernama Sang Hyang Batara Puguh, Sang Hyang Batara Punggung, Sang Hyang Batara Manan, dan Sang Hyang Batara Samba. Suatu hari terdengar kabar bahwa takhta kahyangan akan diwariskan kepada Samba. Hal ini membuat ketiga kakaknya merasa iri. Samba pun diculik dan disiksa hendak dibunuh. Namun perbuatan tersebut diketahui oleh ayah mereka. Sanghyang Tunggal pun mengutuk ketiga putranya tersebut menjadi buruk rupa. Puguh berganti nama menjadi Togog Tejomantri sedangkan Punggung menjadi Semar. Keduanya diturunkan ke dunia sebagai pengasuh keturunan Samba, yang kemudian bergelar Batara Guru. Sementara itu Manan mendapat pengampunan karena dirinya hanya ikut-ikutan saja. Manan kemudian bergelar Batara Narada atau Resi Kanekaputra dan diangkat sebagai penasihat Batara Guru. 4. Dalam versi naskah Purwacarita dikisahkan, Sanghyang Tunggal menikah dengan Dewi Rekatawati putri Sanghyang Rekatatama. Dari perkawinan itu lahir sebutir telur yang bercahaya. Sanghyang Tunggal dengan perasaan kesal membanting telur itu sehingga pecah menjadi tiga bagian, yaitu cangkang, putih, dan kuning telur. Ketiganya masing-masing menjelma menjadi laki-laki. Yang berasal dari cangkang diberi nama Antaga, yang berasal dari putih telur diberi nama Ismaya, sedangkan yang berasal dari kuningnya diberi nama Manikmaya. Pada suatu hari Antaga dan Ismaya berselisih karena masing-masing ingin menjadi pewaris takhta kahyangan. Keduanya pun mengadakan perlombaan menelan gunung. Antaga berusaha melahap gunung tersebut dengan sekali telan namun justru mengalami kecelakaan. Mulutnya robek dan matanya melebar. Ismaya menggunakan cara lain, yaitu dengan memakan gunung tersebut sedikit demi sedikit. Setelah melewati beberapa hari seluruh bagian gunung pun berpindah ke dalam tubuh Ismaya, tetapi tidak berhasil ia keluarkan. Akibatnya sejak saat itu Ismaya pun bertubuh bulat. Sanghyang Tunggal mengetahui ambisi dan keserakahan kedua putranya itu. Mereka pun dihukum menjadi manusia biasa dan harus turun ke dunia ,Manikmaya yang kemudian diangkat sebagai raja kahyangan Tribhuwana, bergelar Batara Guru. Antaga dan Ismaya pun turun ke dunia. Masing-masing memakai nama Togog Tejomantri mempunyai teman Bilung Sarawita yang ditugaskan untuk mengemong mengasuh atau menuntun bangsa yang berwatak serakah bengis kejam angkara murka (Kurawa) dan Semar ditugaskan untuk mengasuh mengemong menuntun para manusia Satria yang mempunyai watak santun berbudi pekerti luhur (Pandawa). Itulah sejarah dan kisah asal usul Tokoh Semar semoga bermanfaat. Sumber : Wikipedia, Slamet Muljana (1979) Nagarakretagama dan Tafsir Sejarahnya. Jakarta: Bhrathara P.J. Zoetmulder (1983) Kalangwan. Sastra Jawa Kuno selayang pandang. Jakarta: Djambatan. #sejarahdunia #fypviralシ #sejarah #fbpro #fypシ゚

 SEJARAH DAN ASAL USUL SEMAR


Semar adalah nama tokoh utama dalam punakawan (bersama Gareng, Petruk dan Bagong) di pewayangan Jawa. Di Indonesia tokoh ini cukup populer karena dikisahkan sebagai pengasuh sekaligus penasihat para ksatria Pandawa dalam wiracarita Mahabharata. Meski demikian, nama Semar tidak ditemukan dalam naskah asli wiracarita tersebut, karena tokoh ini memang merupakan ciptaan tulen pujangga Jawa.

Terdapat 4 versi asal usul Semar


1. Dalam versi naskah Serat Kanda dikisahkan, penguasa kahyangan bernama Sang Hyang Batara Nurrasa memiliki dua orang putra bernama Sang Hyang Batara Tunggal dan Sang Hyang Batara Wenang. Karena Sang Hyang Tunggal berwajah jelek, maka takhta kahyangan pun diwariskan kepada Sang Hyang Wenang. Dari Sang Hyang Wenang kemudian diwariskan kepada putranya yang bernama Batara Guru. Sang Hyang Tunggal kemudian menjadi pengasuh para kesatria keturunan Batara Guru, dengan nama Semar.



2. Dalam versi naskah Paramayoga dikisahkan, Sang Hyang Tunggal adalah anak dari Sang Hyang Wenang. Sang HyangTunggal kemudian menikah dengan Dewi Rakti atau Batari Rakti, seorang putri raja jin kepiting bernama Sang Hyang Yuyut. Dari perkawinan itu lahir sebutir mustika berwujud telur yang kemudian berubah menjadi dua orang pria. Keduanya masing-masing diberi nama Ismaya untuk yang berkulit hitam, dan Manikmaya untuk yang berkulit putih. Ismaya merasa rendah diri sehingga membuat Sanghyang Tunggal kurang berkenan. Takhta kahyangan pun diwariskan kepada Manikmaya, yang kemudian bergelar Batara Guru. Sementara itu Ismaya hanya diberi kedudukan sebagai penguasa alam Sunyaruri, atau tempat tinggal golongan makhluk halus. Putra sulung Ismaya yang bernama Batara Wungkuhan memiliki anak berbadan bulat bernama Janggan Smarasanta, atau disingkat Semar. Ia menjadi pengasuh keturunan Batara Guru yang bernama Resi Manumayasa dan berlanjut sampai ke anak-cucunya. Dalam keadaan istimewa, Ismaya dapat merasuki Semar sehingga Semar pun menjadi sosok yang sangat ditakuti, bahkan oleh para dewa sekalipun. Jadi menurut versi ini, Semar adalah cucu dari Ismaya.


3. Dalam versi naskah Purwakanda dikisahkan, Sanghyang Tunggal memiliki empat orang putra bernama Sang Hyang Batara Puguh, Sang Hyang Batara Punggung, Sang Hyang Batara Manan, dan Sang Hyang Batara Samba. Suatu hari terdengar kabar bahwa takhta kahyangan akan diwariskan kepada Samba. Hal ini membuat ketiga kakaknya merasa iri. Samba pun diculik dan disiksa hendak dibunuh. Namun perbuatan tersebut diketahui oleh ayah mereka. Sanghyang Tunggal pun mengutuk ketiga putranya tersebut menjadi buruk rupa. Puguh berganti nama menjadi Togog Tejomantri sedangkan Punggung menjadi Semar. Keduanya diturunkan ke dunia sebagai pengasuh keturunan Samba, yang kemudian bergelar Batara Guru. Sementara itu Manan mendapat pengampunan karena dirinya hanya ikut-ikutan saja. Manan kemudian bergelar Batara Narada atau Resi Kanekaputra dan diangkat sebagai penasihat Batara Guru.


4. Dalam versi naskah Purwacarita dikisahkan, Sanghyang Tunggal menikah dengan Dewi Rekatawati putri Sanghyang Rekatatama. Dari perkawinan itu lahir sebutir telur yang bercahaya. Sanghyang Tunggal dengan perasaan kesal membanting telur itu sehingga pecah menjadi tiga bagian, yaitu cangkang, putih, dan kuning telur. Ketiganya masing-masing menjelma menjadi laki-laki. Yang berasal dari cangkang diberi nama Antaga, yang berasal dari putih telur diberi nama Ismaya, sedangkan yang berasal dari kuningnya diberi nama Manikmaya. Pada suatu hari Antaga dan Ismaya berselisih karena masing-masing ingin menjadi pewaris takhta kahyangan. Keduanya pun mengadakan perlombaan menelan gunung. Antaga berusaha melahap gunung tersebut dengan sekali telan namun justru mengalami kecelakaan. Mulutnya robek dan matanya melebar. Ismaya menggunakan cara lain, yaitu dengan memakan gunung tersebut sedikit demi sedikit. Setelah melewati beberapa hari seluruh bagian gunung pun berpindah ke dalam tubuh Ismaya, tetapi tidak berhasil ia keluarkan. Akibatnya sejak saat itu Ismaya pun bertubuh bulat. Sanghyang Tunggal mengetahui ambisi dan keserakahan kedua putranya itu. Mereka pun dihukum menjadi manusia biasa dan harus turun ke dunia ,Manikmaya yang kemudian diangkat sebagai raja kahyangan Tribhuwana, bergelar Batara Guru. Antaga dan Ismaya pun turun ke dunia. Masing-masing memakai nama Togog Tejomantri mempunyai teman Bilung Sarawita yang ditugaskan untuk mengemong mengasuh atau menuntun bangsa yang berwatak serakah bengis kejam angkara murka (Kurawa) dan Semar ditugaskan untuk mengasuh mengemong menuntun para manusia Satria yang mempunyai watak santun berbudi pekerti luhur (Pandawa).


Itulah sejarah dan kisah asal usul Tokoh Semar semoga bermanfaat. 


Sumber : Wikipedia, 

Slamet Muljana (1979) Nagarakretagama dan Tafsir Sejarahnya. Jakarta: Bhrathara

P.J. Zoetmulder (1983) Kalangwan. Sastra Jawa Kuno selayang pandang. Jakarta: Djambatan.


 #sejarahdunia #fypviralシ #sejarah #fbpro #fypシ゚

No comments:

Post a Comment